13

1.9K 382 44
                                    




Yerin berjalan sambil menguap lebar. Semalam ia tidak bisa tidur karena sibuk belajar. Gadis itu masuk ke dalam kelas dengan kantung mata yang tebal. Hal ini sudah menjadi hal biasa bagi gadis itu mengingat saudara-saudaranya yang lain pun mengalami hal yang serupa—walau tak seekstrim dirinya.

"Good morning, princess."

Yerin menoleh ke belakang sebelum memasuki kelasnya. Ia melihat Hanbin yang kini berdiri di depannya dengan senyum yang tercetak lebar di wajahnya.

"Huh. Morning."

Yerin masuk ke dalam tanpa memperdulikan Hanbin yang kini mengekorinya. Gadis itu duduk di bangku sambil menata rambutnya yang berantakan.

"ANJ—ngapain lo masuk ke sini?!" Yerin menatap Hanbin kaget karena tau-tau lelaki itu ada disana.

"Gak boleh?"

"Gak. Udah sana!" usir Yerin sambil mengusir Hanbin keluar. Namun lelaki itu kini duduk di bangku sambil menatapnya manis. Yerin memijit pelipisnya dan mendorong lelaki itu.

"Minggir."

"Gak mau."

"Minggir nggak?"

Hanbin menggeleng dan mau tak mau, dengan cukup terpaksa Yerin menarik tangan Hanbin untuk pergi dari bangkunya—dan juga kelasnya. Lelaki itu tidak bergeming, seberapa kuat Yerin menarik lelaki itu.

Inilah kenapa Yerin benci dirinya di saat yang seperti ini karena ia sangat terlihat sangat lemah di depan laki-laki.

Yerin menarik lelaki itu lebih kuat hingga tangannya tak sengaja terlepas dari tangan Hanbin.

"Eh!"

BRUK!

Yerin membuka matanya sejenak dan langsung berjengit kaget ketika melihat wajah Hanbin yang tepat di depan wajahnya sendiri. Tangan lelaki itu menahan kepalanya agar tidak terbentur ujung meja.

"Lo gak papa?"

Hembusan nafas lelaki itu menerpa wajahnya dan percaya atau tidak, jantungnya langsung berdegup tidak karuan.

"I..Iya, gue gak papa." Yerin langsung berdiri dari posisinya yang tidak enak dan mendorong pelan Hanbin menjauh darinya.

Ini bukan semacam drama romantis yang pemerannya harus bertatapan 5 menit setelah jatuh bersama.

Yerin mengalihkan pandangannya, tak berniat mengucapkan sesuatu. Hanbin sendiri masih terdiam sambil menggaruk tengkuknya yang tidak gatal, merasa canggung.

"Mending lo keluar, ntar banyak anak kelas yang masuk."

Hanbin mengangguk kecil dan pergi meninggalkan Yerin. Yerin menatap punggung itu sejenak lalu mengepalkan tangannya, "E..EH!"

Hanbin menoleh melihat Yerin yang kini menggigit bibirnya gugup. "M..Makasih, udah nolongin."

"Gak papa." jawabnya dengan senyum manis di wajahnya.

Ini sudah kedua kalinya Yerin mengucapkan terima kasih pada lelaki itu dan itu sebuah perubahan ekstrim bagi seorang Jung Yerin yang kaku.

.

Bel sudah berbunyi, murid-murid langsung berhamburan keluar kelas, berlari menuju kantin. Beberapa orang pun berlari ke arah yang berbeda, ke lapangan atau tempat lain untuk menghabiskan waktu istirahat. Sebagian hanya berdiam diri di kelas, terlalu malas untuk keluar.

Yerin berjalan bersama Joy ke kantin. Gadis itu belum memberitahu kejadian tadi pagi karena ia terlalu malu untuk menceritakannya.

Mereka sampai di kantin dan langsung mencari meja yang kosong. "Yer! Yer! Itu mejanya kosong!" ucap Joy sambil langsung berlari menuju meja kosong itu. Yerin mengikuti dari belakang dengan santai.

TAP!

Joy memukulkan tangannya di meja sambil langsung duduk disana.

"Heh! Gue duluan yang disini!"

Joy menoleh melihat Sana dan yang lainnya kini menatapnya tajam. Joy tertawa kecil, "Sori, gue duluan. Lamban sih."

"Pergi gak?"

"Ogah."

"Gue tuh yang duluan disini! Jangan nyerobot seenaknya dong!" teriaknya kesal. Joy mengendikkan bahunya tidak peduli.

"Heh! Denger gak lo?!"

Yerin berjalan menuju mereka dengan wajah datar. "Apaan nih?"

Joy menoleh dan tersenyum sinis, "Nih, gerombolan Yang Mulia dateng, ngeklaim nih meja tuh punya mereka. Padahal gue yang duluan dateng. Ya kan?"

Sana tersenyum sinis, "Oh, ratu ularnya udah dateng nih."

"Bukannya lo yang ular? Nama lo kan udah mengindikasikan ular? Sanake?" Yerin tertawa kecil bersama Joy. Sana sendiri mengepalkan tangannya marah.

Eunha mengerutkan dahinya, "Kita duluan yang disini."

"Oh ya? Kalo lo yang duluan disini kenapa gak langsung duduk disini? Oh lupa. Lo kan kalah cepet sama Joy yang udah duduk disini."

"Makanya jadi cewek jangan lamban-lamban. Emang lo siapa? Putri Solo?" ejek Joy.

"Dia jadi Putri Solo? Malu-maluin. Kalo gue ogah ngakuin dia jadi putri." Yerin tertawa. Eunha menatap Yerin kesal, "Kenapa sih lo selalu nggangguin gue?!"

"Huh? Kenapa nih anak?" Yerin memandang Eunha aneh. "Tiba-tiba ngalihin topik pembicaraan. Kenapa? Biar dikasihani?"

"Gue cuman tanya kenapa lo selalu nggangguin gue!"

Yerin berdecak kesal, "Ck, lo pikun? Gue ngebully lo gara-gara lo deket sama Wonwoo. Udah kan?"

"Asal lo tau ya, Wonwoo tuh udah jadi milik gue! Lo udah kalah sama gue! Jadi berhenti gangguin gue!"

"Lho? Nih curut udah mulai berani? Heh, lo gak nyadar gue sekarang gak ngebully lo? Bukannya temen-temen lo yang ganggu gue dulu? Cih, jangan sok naif ya. Gak usah sok polos. Jijik." ucap Yerin.

"Dan lo bilang Wonwoo milik lo? Masih pacaran aja udah berani. Klaimnya waktu udah nikah sana njing." Yerin menatap Eunha tajam. "Gak tau diri."

Eunha menatap gadis itu tajam dan tanpa aba-aba langsung mengambil mangkok berisi mie panas dan menyiramkannya pada Yerin.

BYUR!

"ANJENG! NGAPAIN LO KAMPRET?!" Teriak Yerin keras. Joy berteriak dan seisi kantin langsung menoleh kaget.

"Berani lo? Berani?!"

Yerin langsung menarik rambut Eunha dan melemparkannya ke lantai. Gadis itu menginjak tangan Eunha keras dan menarik kerah seragamnya. "Lo pengen gue patahin tangan lo? Pengen gue buat gak bisa jalan selamanya?"

Yerin memukul wajah Eunha keras dan menendangnya.

"HEH NGAPAIN LO?!"

Yerin menoleh melihat Wonwoo yang langsung berlari menuju Eunha. Wonwoo menoleh, "Lo keterlaluan njing! Gak usah nyari gara-gara!"

Joy melotot lebar. "Heh lo gak tau siapa yang nyari gara-gara duluan? Tuh anak. Sama nih temennya. Gak usah sok buta ya Won."

"Jelas-jelas dia yang mulai!" ucap Wonwoo keras.

Yerin berdecih, "Won, mau gue patahin tulang lo? Ayo. Sini, ayo tarung sama gue kalo berani." ucap Yerin. Semua orang tau Yerin adalah pemegang sabuk hitam dan maka dari itu tidak ada yang berani cari gara-gara dengannya.

"Patahin aja tulang gue, lo bakal dapet yang lebih dari gue."

Joy mengacungkan jari tengah pada lelaki itu dan menatap Yerin. "Udah Yer, Mending obatin dulu, pasti panas kan? Ayo cepet ke uks!"

Yerin menatap tajam Eunha dan langsung pergi meninggalkan kantin.

antagonist; [KH + JY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang