27

1.1K 258 10
                                    




"Yerin ditungguin pangeran lo."

Yerin melihat Joy yang cekikikan itu dengan sebal. "Not funny Sooyoung." ucapnya kesal. Gadis itu mengambil tasnya, memukul Joy dan pergi keluar kelas. Melihat Hanbin yang kini bersandar di tembok, menunggunya.

"Sori lama."

"Nah, gak papa." Hanbin tersenyum lalu mengajak Yerin pergi.

Mereka berdua berjalan menuju parkiran. Hanbin memberi helm pada Yerin.

"Kita mau kemana?"

"Somewhere."

Yerin memutar bola matanya dan memakai helmnya. Gadis itu naik ke sepeda motor. "Pegangan dong nanti jatuh."

"Hh, fine." Yerin memegang pundak Hanbin.

"JANGAN DISITU GELI!"

"KALO DI PINGGANG BUKANNYA TAMBAH GELI?!"

"NGGAK!"

"HHHH FINE."

Yerin memegang pinggang Hanbin. Namun sedetik kemudian ia memeluk perut bidang Hanbin karena takut lelaki itu tertawa tak karuan di perjalanan nanti.

Hanbin sendiri tersenyum dalam helmnya.

Aih indahnya hidup.


***


"Wow," Yerin melihat danau di depannya. Gadis itu berjalan mendekat lalu duduk di rerumputan. Hanbin mengikutinya dan duduk di sebelahnya.

"Hehe gue nemu kebetulan."

"Kebetulan? Lo ngapain emang ke daerah sini?"

"Cuman jalan-jalan."

"What a weirdo."

"Tapi lo suka kan?"

Yerin mendorong Hanbin keras sedangkan lelaki itu tertawa. Mereka berdua terdiam melihat pemandangan di depannya.

"Gue rasa lo sekarang udah gak peduli banget sama Wonwoo."

Yerin memutar bola matanya. "Ya, gue males sama dia."

"Hmm? lo udah gak suka sama dia?"

"Mungkin." ucapnya. "Buktinya gue gak deg-degan lagi liat dia tuh."

"Terus deg-degannya sama siapa?"

"No one."

"Ck, masa?" Hanbin tersenyum menggoda. "Lo gak deg-degan sama gue hm?"

"Nope."

"Gue sedih." ucapnya sambil membuat raut wajah sedih pura-pura.

Yerin tersenyum kecil, sebenarnya dia tidak sepenuhnya jujur. Sebenarnya Yerin kerap kali deg-degan saat bertemu Hanbin. Tapi deg-degan bukan berarti suka kan?

"Tapi gue seneng lo lebih membuka diri."

"Maksud lo?"

"Dulu lo bener-bener dingin. Ogah senyum. Tapi sekarang, yah sebenernya masih jarang senyum tapi setidaknya itu lebih baik." ucap Hanbin.

"Oke gue bakal balik dingin lagi."

"BUKAN GITU MAKSUD GUE!"

Yerin tertawa pelan. "Nggak, sejujurnya gue yang harusnya terima kasih sama lo Mbin." ucapnya.

"Huh?"

"Yah, gue lagi gak punya semangat waktu itu dan meskipun lo annoying as hell tapi lo bisa naikin mood gue. Dan.. entahlah. Gue tersentuh lo ngedeketin gue disaat yang lain ngejauhin gue." ucap Yerin sambil tersenyum.

"Apa ini? Yerin? Ini beneran Yerin kan? Yerin baik ke gue?" tanya Hanbin sambil melihat Yerin kaget.

"Gue ambil lagi kata-kata gue."

"Gue cuman bercanda Yerin."

Yerin mendengus. "Terserah."

"Untung gue tetep ngedeketin lo meskipun lo kasar ke gue. Btw kenapa lo kasar ke gue?" tanya Hanbin penasaran.

Yerin terdiam. Gadis itu menghela nafas pelan. "Gue gak bisa cepet membuka diri ke orang asing. Gue gak mau disakiti lagi." ucapnya sambil tersenyum sendu. "Nggak, tapi alasan gue gak mau bikin banyak temen karena.."

Yerin menghela nafas.

"Karena gue gak mau pisah sama mereka. Lo tau kan, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan? Gue.. gak mau hal itu terjadi ke banyak orang."

"Dan, gue nyuruh lo ngejauh karena gue tau gimana buruknya sifat gue, gimana reputasi gue di sekolah. Sedangkan lo anak ayam baru lahir, gue gak mau lo terkontaminasi sama ejekan mereka."

"Wow, gue tersentuh." Hanbin menyentuh dadanya. "Tapi, ya gue tau gimana perasaan lo. Apa mungkin, ada orang yang juga pergi dari kehidupan lo?"

Yerin terdiam. Ia memandang danau di depannya. Tangannya mencengkram ujung mantelnya. "Ada." ucapnya pelan.

"Hm? Siapa?"

Yerin masih diam sehingga Hanbin tertawa canggung. "Kalo gak mau kasitau juga gak papa kok. Mungkin itu terlalu privasi. Maaf ya."

Yerin tersenyum kecil. "Maaf,"

"Gak papa."


Mungkin, suatu saat.

antagonist; [KH + JY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang