15

1.8K 381 36
                                    




Hanbin membereskan bukunya hingga mendengarkan beberapa teman kelasnya yang mulai berbicara ramai. Lelaki itu berjalan mendekati Doyoung yang sibuk ngobrol bersama Ten.

"Yung, ngomongin apa sih? Rame banget."

"Oh, itu tadi si Eunha sama Yerin tengkar di kantin."

Hanbin membelalakkan matanya lebar. "Serius? Kenapa? Kok bisa?"

"Yah biasa, paling masalah Wonwoo lagi." Ten tertawa kecil, "Yerin kan masih belum putus asa ngejar si Wonwoo."

"Tapi tadi topiknya beda kok. Bukan Yerin yang mulai duluan. Justru si Eunhanya." ucap Doyoung yang langsung ditatap Ten dan Hanbin.

"Hah?"

"Hooh, gue liat sendiri tuh si Eunha nyiram kuah mie panas ke Yerin. Terus Yerin langsung mukul si Eunha. Gue salah satu saksi disana bro."

"Lo gak salah lihat? Yakali Eunha nyiram si Yerin? Gak kebalik?" Ten menatap Doyoung kaget.

"Gue juga gak percaya. Tapi si Eunha beneran nyiram Yerin. Lo tanya aja orang-orang yang liat disana itu."

"Wih, gak nyangka ya, si Eunha.."

"Hooh, si polos udah berubah." Doyoung tertawa bersama Ten. Hanbin sendiri masih terdiam, pikirannya melayang ke Yerin. Ia mengkhawatirkan gadis itu.

"Terus Eunha sama Yerin dimana?"

"Uh, Eunha kayaknya di bk. Yerin di uks, ngobatin lukanya."

Hanbin mengangguk mengerti. Ia hendak pergi keluar kelas namun gurunya sudah datang. Lelaki itu duduk di bangkunya sendiri dan tanpa sengaja mendengar pembicaraan teman-temannya.

"Katanya Eunha Yerin tiba-tiba mukul dia."

"Lah katanya orang-orang Yerin mukul Eunha gara-gara Eunha nyiram kuah panas itu ke Yerin?"

"Tau deh, Eunhanya bilang Yerin nyenggol mangkuk panas itu."

Hanbin mengerutkan alisnya. Lelaki itu melirik Eunha yang duduk di dekat jendela. Ia meliriknya sinis dan menatap lurus ke papan tulis.

.

.

Yerin berjalan dengan malas ke gerbang sekolah. Ia tidak ingin bertemu siapa-siapa. Gadis itu melangkahkan kakinya pelan-pelan sambil menunduk. Moodnya sedang jelek sekarang. Mungkin jika ada orang yang datang ia sudah menendangnya sejauh mungkin.

Gadis itu berjalan keluar gerbang sekolah dan berbelok keluar, ia ingin kabur dari sopirnya. Tak peduli ibunya akan memarahinya karena dengan seenaknya pergi menghilang.

Tin tin!

Yerin menoleh melihat seseorang mengendarai motor sportnya di sampingnya. Ia memandangnya sedikit lama sebelum sosok orang itu membuka kaca helmnya.

"Kenapa?" tanya Yerin malas.

"Gak dijemput?"

"Pengen pulang sendiri." ucap Yerin lalu pergi meninggalkannya. Lelaki itu mengegas motornya lagi mengikuti Yerin. Yerin menoleh dan menatapnya sebal, "Gak usah ngikutin gue Mbin."

Hanbin tertawa kecil, "Lo gak capek apa pulang sendiri jalan kaki?"

"Gak jalan kaki juga lah. Otak taruh dimana sih."

"Mau pulang bareng gue gak?"

Yerin menoleh melihat Hanbin. Hanbin turun dari motornya dan mengambil helm dari bagasi. Lelaki itu menyerahkan helm itu ke Yerin. "Kuy. Jarang-jarang gue ngajak pulang cewek."

Yerin mengambil helm itu ragu dan Hanbin makin melebarkan senyumannya. "Lumayan kan? Pulang bareng cogan."

BUAG!

Yerin memukul punggung Hanbin dengan helm. "Gak usah kepedean."

"Ck, sakit tau. Kalo berdarah gimana?"

"Gak sampe kali." Yerin menggelengkan kepalanya dan memakai helmnya. Hanbin tersenyum kecil dan menaiki motornya. Yerin pun naik dan duduk sambil membenarkan roknya.

"Pegangan yang kuat ya."

"Hmm." Yerin mengangguk namun tiba-tiba Hanbin menarik tangan Yerin hingga memeluk perut bidangnya. "Ntar jatuh."

"Apaan sih—"

Yerin hendak menarik tangannya namun Hanbin menahannya. Lelaki itu memegang telapak tangan Yerin lembut dan menepuknya sejenak. "Pegangan. Jangan dilepas. Kalo nggak ntar gue pegangin terus lo."

"Iya iya bacot."

Hanbin tertawa pelan dan akhirnya mengegas motornya. Yerin memegang perut Hanbin erat sambil melihat jalanan sekitarnya.

.

.

"Hanbin kampret." umpat Yerin sambil memukul keras lengan Hanbin. "Lo kira lo balapan hah? Gue kira gue mau mati tau gak?"

"Takut nih ya? Uu, untung tadi pegangan."

Yerin memutar bola matanya kesal dan berjalan mendahului Hanbin. Hanbin menyusul dan berjalan di sebelahnya.

"Tempat apaan nih?" tanya Yerin sambil melihat sekitarnya.

Jalan yang dipenuhi pohon berbunga, di sebelah kanannya terdapat danau dengan angsa-angsa yang berenang disana. Angin berhembus meniup daun-daun dan bunga hingga jatuh menghiasi jalan.

"Tempat bagus. Gue baru nemu ini."

Yerin mengangguk-anggukkan kepalanya mengerti. Hanbin membuka dompetnya dan menoleh, "Mau permen kapas?"

Yerin mengangguk pelan dan Hanbin pergi membeli permen kapas itu. Yerin mengikutinya dari belakang.

"Beli 2 ya pak."

"Wah, permen kapasnya tinggal satu nih." ucap penjualnya.

Hanbin mengangguk sambil tersenyum. "Gak papa. Beli satu." Penjual itupun memberi permen kapas pada Hanbin setelah lelaki itu membayarnya. Hanbin memberikan permen kapas itu pada Yerin.

"Makasih ya." Yerin memandang Hanbin, "Lo yakin gak mau?"

Hanbin mengangguk. "Gak papa kok."

Yerin memakan permen kapasnya dan berjalan dengan pelan. Gadis itu melirik Hanbin yang sibuk memandang jalan.

"Yakin gak mau?" tanya Yerin sambil menggigit permen kapasnya. "Sayang lho—"





Yerin terdiam ketika Hanbin tiba-tiba mendekatkan wajahnya dan memakan permen kapas itu di saat yang bersamaan dengannya. Hanbin memandang langsung mata Yerin dari dekat. Mereka berdua terdiam hingga Yerin langsung menarik wajahnya sambil menggigit permen kapas itu.

Yerin mengalihkan pandangannya dan wajahnya memerah. Hanbin memakan permen kapas itu dalam diam dan wajahnya pun sama merahnya dengan Yerin.


Aih, itu karena bibir mereka sempat bersentuhan saat memakan permen kapas tadi.

antagonist; [KH + JY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang