29

1.6K 240 63
                                    



Yerin kaget setengah mati saat mendapati Chanwoo kini ada di depannya. Lelaki itu terdiam dan melihat Yerin ragu. "Boleh masuk?"

Yerin mengerjapkan matanya. "Boleh." Yerin menyingkir dari pintu dan mempersilahkan Chanwoo masuk ke dalam kamarnya. Gadis itu menutup pintu dan melihat Chanwoo yang berdiri canggung di tengah kamarnya yang luas.

"Duduk aja di kursi."

Chanwoo dengan canggung duduk di kursi meja belajar Yerin sedangkan Yerin duduk di kasur.

"Kenapa?"

Chanwoo menghela nafas, "Gue cuman mau bilang terima kasih udah nyelametin kemarin, dan juga gak bilang siapapun soal ini."

"Ur welcome." ucap Yerin sambil terus menatap Chanwoo.

Chanwoo sendiri melihat Yerin agak risih, "Apa?"

"Gak mungkin lo ke kamar gue cuman mau ngomong terima kasih."

"Hh, fine. Gue cuman, mau kasitau kenapa gue dikeroyok." ucap Chanwoo. Yerin mengangguk dan mendengarkan dengan seksama. "Go on."

"Mereka, ngemanfaatin gue. Gue harus bayar apapun yang mereka mau. Padahal gue nganggap mereka temen."

"Lo kan bisa berhenti bayar atau ngejauhin mereka."

"Gue maunya gitu. Tapi mereka ngeroyok gue karena gue gak ngikuti kemauan mereka. Dan mereka nge-blackmail gue."

"Blackmail? blackmail apa?!"

"Itu, dulu.. kita pernah tawuran sama anak sekolah lain dan—"

"LO TAWURAN?"

"Gue cuman ngikut aja! Terus salah satu dari mereka ada yang sampe masuk rumah sakit dan mereka nuduh gue, bilang kalo mereka punya buktinya. Gue takut bakal ketahuan dan dad bakal ngusir gue lagi."

Yerin menghela nafas. Ia memijit pelipisnya. "Kenapa lo bisa milih temen kayak gitu.."

"Maaf gue gak tau gimana! Gue kira mereka baik jadi gue sering bayari tapi mereka nuntut lebih."

Yerin terdiam. "Terus, gimana kabar mereka?"

"Mereka ada yang masuk rumah sakit. Dan beberapa mau nuntut tapi gue ancem mereka yang bakal gue tuntut."

"Bagus."

Chanwoo melihat jari Yerin yang dipenuhi plester. "Tangan lo? Gimana?"

"Gak papa. Udah diobati."

"Oh.."

Diam.

"K..kalo gitu gue pergi dulu." ucap Chanwoo canggung.

"Chanwoo."

Chanwoo menoleh melihat Yerin. "Kalo ada apa-apa, bilang sama kakak ya?"

Chanwoo melebarkan matanya kaget. Namun beberapa saat kemudian ia tersenyum dan mengangguk. "Oke."

Ia lalu pergi keluar kamar Yerin. Yerin sendiri tersenyum dan merebahkan tubuhnya di kasur.


***


"Apa? Lo sama Chanwoo sekarang makin deket?" Joy melebarkan matanya kaget.

Yerin mengangguk. "Semenjak gue nyelamatin dia itu. Kita jadi lebih deket."

"Itu bagus. Setidaknya sekarang ada satu orang yang di sisi lo."

"Huh, belum tentu. Kita belum deket banget."

"Tapi Chanwoo ngajak lo pulang bareng, itu udah bagus. Mungkin dia juga mau ngelindungi lo takut-takut kalo temennya bakal ngelukai lo." ucap Joy sambil tersenyum senang.

"Mungkin. Atau dia butuh bodyguard."

Joy tertawa. "Setidaknya dia udah membuka diri. Itu bagus. Setelah sekian lama kan?"

"Yeah. Chanwoo dari dulu memang gak pernah ngatain gue dan lebih cuek. Jadi gue seneng."

"Yep. Tapi kalo Chanwoo ngajak lo pulang bareng, Hanbin jadi gak bisa ngajak lo kan?"

"Uh.."

"Ngomong-ngomong lo makin deket aja sama Hanbin. Gimana? Lo udah deg-degan gitu?"

"Apaan, kita cuman temen."

"Dih. Gue kan ngomong aja. Siapa tau kan Hanbin bakal jadi pacar lo."

"Jangan ngomong ngelantur!"

"Kok ngelantur? Hanbin tuh suka sama lo, udah keliatan banget. Nah, lo? Suka nggak sama dia?"

Yerin terdiam. "Yah, kadang deg-degan sih.."

"YES! PADA AKHIRNYA! SEORANG YERIN MOVE ON DARI WONWOO!" Teriak Joy keras.

"Joy jangan keras-keras!"

"Hehe maaf. Tapi gue seneng banget lo bisa ngelupain Wonwoo. Dan suka sama cowok lain."

"Gue belum positif suka banget sama Hanbin, Joy."

"Iya, tapi positif menuju suka." Joy cekikikan sedangkan Yerin memukul Joy keras.

Joy berhenti tertawa dan memandang Yerin. "Harusnya tadi gue teriaknya bukan bisa move on dari Wonwoo, tapi move on dari cowok itu."

Yerin menoleh lalu tersenyum kecil. "Nggak, sampai kapanpun gue gak ngelupain dia."

"Plis, lo harus ngerelain dia Yer. Kalo gini lo yang bakal sakit hati terus."

"Gue gak mau Joy. Gue gak bisa. Karena gue takut," Yerin tersenyum sendu. "Gue takut kalo gue ngerelain dia, dia bakal langsung pergi selamanya."

Joy memandang Yerin sedih dan menghembuskan nafas pelan. "Whatever you say, Yerin."

.

.

Yerin melihat hpnya sambil menaikkan alisnya. Menunggu sosok Chanwoo untuk muncul. Mereka berdua makin dekat dan Chanwoo menawarkan untuk pulang bersama.

"Cantik, nunggu siapa?"

Yerin nyaris memukul siapapun orang yang muncul tiba-tiba di belakangnya. Gadis itu melihat Hanbin yang kini tersenyum lebar. "Hanbin, ngagetin."

"Ngapain? Nunggu siapa?"

"Jemputan."

"Omong-omong soal jemputan, lo jadi jarang pulang sama gue.. gue jadi sedih.."

Yerin melihat Hanbin yang kini pura-pura sedih. "Memangnya lo siapa? Bukan pacar kok."

"Habis ini bakal kok."

Yerin memutar kepalanya secepat mungkin, ia yakin lehernya bisa patah seketika. "Apa?"

Hanbin hanya tersenyum dan mengelus rambut Yerin lembut.

Yerin mengerjapkan matanya dan melihat jalanan di depannya. Jantungnya mulai berdegup tidak karuan.

Untung saja Chanwoo menelepon hpnya sehingga ia tidak perlu gugup lebih lama lagi.

"Halo? Udah di depan? Ya."

Yerin memasukkan hpnya sambil menatap Hanbin. "Hanbin, gue pergi dulu ya. Met besok."

"Ya. Hati-hati."

Yerin berjalan masuk ke dalam mobil dan melihat Chanwoo yang ada di kursi belakang. "Siapa itu?"

"No one." ucap Yerin cepat. Namun ia langsung berdehem, "Maksud gue temen."

"Hmm.." Chanwoo mengangguk mengerti. Lelaki itu melihat keluar jendela. Mobil mereka berjalan melewati Hanbin dan Chanwoo memandangnya seksama.

Rasanya Chanwoo pernah melihat Hanbin.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 10, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

antagonist; [KH + JY]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang