RANI POV
"Udah puas kamu menghukum aku?" Gumamku sendiri, kala dokter sudah membolehkan Angga untuk dijenguk.
Aku duduk di samping ranjang, memandangi wajahnya, menggenggam erat tangannya.
"Aku benci dengan perlakuan kamu ke aku Ngga! Kamu udah buat aku khawatir!"
Elektrokardiograf itu terus bergerak. Mengeluarkan nada-nada yang membuat hatiku teriris.
"Kamu benar aku bohong. Aku bohong aku cuma sandiwara Ngga!"
Angga masih belum membuka matanya.
"Seharusnya kamu mikir dong! Kenapa aku lakuin ini? Karena aku tau Ngga, aku tau itu adalah ketidakmungkinan yang akan terjadi..." Aku terisak. Menahan tangisku agar tidak pecah.
"Seharusnya kamu mikir apa yang nantinya bakalan terjadi kalo aku jadi milik kamu." Pada akhirnya tangisku pecah juga.
"Itu salah satu alasan aku Ngga. Kenapa aku ngehancurin hati kamu saat itu. Aku mau kamj benci sama aku Ngga. Dan gak lagi mau temuin aku."
Aku mengangkat gengaman tanganku pada Angga. Meletakkan punggung tangannya ke kulit pipiku. Membiarkan dia tau kalau air mataku sedang mengalir saat ini.
Dan aku butuh dia untuk menghapus air mata itu.
"Cukup, aku mohon cukup."
Kuletakkan tangannya yang tadi di samping tubuhnya. Lalu membiarkan tanganku yang dingin menyentuh pipinya. Mengusap pipinya lembut. Dengan harapan supaya dia cepat bangun.
"Mungkin semuanya akan jauh lebih hancur, jika aku menjadi milikmu. Tapi ada satu hal yang perlu kamu tau."
Wajahku mendekat ke arahnya. Mencium keningnya lembut. lalu menatapnya lebih lekat.
"Aku tidak bersandiwara, Ngga..." aku berdiam sejenak.
"Aku mencintaimu, setulus hatiku. Bahkan ketika semua orang menentang hubungan kita, aku akan tetap mencintaimu."
Lalu dengan gerakan lamban, aku menggerakkan wajahku, maju lebih dekat. Dan berhenti kala hidungku dan hidungnya saling bersinggungan.
Membiarkannya merasakan nafasku yang berada dekat dengannya. Tepat di depan wajahnya. Dan bergumam lembut.
"Rani milik Angga."
***
Di akhir bulan mei setelah satu minggu Angga di rawat di rumah sakit. Aku tengah menyusun pakaianku masuk ke dalam koper. Visa, paspor, dan lainnya, semuanya tidak lupa ku bawa.
Aku juga memasukkan kaset cd yang melambangkan pertemuan pertama kaliku dengannya. Saat di depan toko kaset kala itu. Juga selembar tiket untuk mencoba sky diving yang berujung gagal kala itu.
Dan juga semua hal yang mengingatkan aku mengenai kenanganku bersama Angga. Semuanya tertata rapi di dalam koper.
Emm.. ya..., meskipun hubunganku dan dia tidak berakhir happy ending sih.
Tapi setidaknya aku pernah merasa bahagia bersama dia sebelumnya. Walau itu tidak lama. Tapi aku bersyukur akan itu.
Kini aku memandangi jam setelah itu mengingat-ingat lagi.
Jam 15.45 nanti adalah jadwal keberangkatanku. Jam 15.20 boarding pass, dan harus bisa sampai bandara jam 14.50.
Aku memang akan berangkat ke amerika hari ini. Walaupun Angga masih tengah dalam perawatan di rumah sakit.
Tapi bagaimanapun, aku harus menuruti janji. Janji itu adalah hutang bukan? Dan harus ditepati.
Aku sudah siap. Siap untuk semuanya. Siap untuk pergi. Dan siap untuk merelakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
If I'm Yours [SELESAI]
Romance"Sehebat apapun sandiwaramu, hatimu tetap tak akan bisa berbohong." Copyright©2017-All Rights Reserved