RANI POV
"Rani..."
Ucap seseorang memanggilku. Sontak aku langsung menoleh kepada sang empunya suara. Itu Syifa.
Gadis itu datang menghampiriku yang tengah duduk di kursi salah satu kafe. Syifa merentangkan tangannya seolah meminta pelukan dariku. Sesampainya di dekatku, dia langsung memeluk erat tubuhku. Aku heran kenapa Syifa bersikap aneh seperti itu.
"Kenapa?" Tanyaku cemas. Meskipun sudah terbiasa mendapatkan suasana seperti ini, tetap saja aku masih cemas.
Dia merenggangkan pelukannya dariku lalu menatap wajahku. Kulihat wajahnya cemberut. "Angga..." ucapnya lirih.
Sudah kutebak. Ini pasti menyangkut paut dengan kekasihnya.
"Semua orang pada bilang kayak gitu." katanya lagi seraya melepas pelukannya lalu beralih meletakkan kedua tangannya di atas meja.
Aku masih belum mengerti dengan ucapannya. "Bilang apa?"
Syifa menghela nafas. "Mereka bilang, Angga itu tukang selingkuh. Tapi aku gak percaya. Aku yakin Angga pasti sayang sama aku. Dia gak mungkin selingkuh." jelasnya seraya menumbuk-numbukkan kepalan tangannya pada meja.
"Tapi itu kan cuma gosip." Aku memberikan segelas jus padanya. Mungkin saja wanita itu haus sekaligus juga mencoba menenangkan perasaannya.
Syifa acuh. "Tapi udah berkali-kali mereka ngomong gitu. Aku takut itu beneran."
"Paling itu cara mereka aja supaya hubungan lo sama Angga retak. Itu karena banyak orang yang iri sama hubungan kalian."
Syifa menoleh padaku. "Terus aku harus apa, Ran?" Tatapannya lugu.
"Mmm.." Aku diam sejenak. Mencoba berfikir seraya memainkan sedotan di gelas jus.
Detik berikutnya kudapatkan sebuah ide. "Kenapa gak lo uji aja?"
Syifa menaikkan sebelah alis tanda bingung. "Maksudnya?"
"Iya. Lo uji, sebenernya Angga itu suka nyeleweng atau enggak."
Syifa langsung menatapku lekat seolah tertarik dengan pernyataanku. "Caranya?"
"Misalnya, lo sewa orang buat ngegoda si Angga, dia tergoda gak? Kalo iya berarti dugaan lo bener." kataku santai seraya menyerut air jus. Sebenarnya aku tak begitu serius dengan ucapanku bisa jadi aku asal ceplos tapi entahlah kata itu terlontar saja dari mulutku.
"Oh gitu. Aku ngerti." Syifa mengangguk-angguk paham. Aku lalu melihat pemandangan taman yang ada lurus di hadapanku.
"Gimana kalo kamu aja, Ran!"
Aku tersentak kaget. Hampir saja aku tersedak air jus yang sedang kuserut dengan nikmatnya. Celetukan Syifa langsung membuatku terbelalak kaget.
"Gimana kalo kamu masuk ke kehidupan aku sama Angga? Angga 'kan belum kenal sama kamu. Kamu juga 'kan sahabat aku, jadi aku jauh lebih percaya sama kamu!" Polos dan lugu. Kurasa dia tidak paham dengan apa yang sedang dia ucapkan. Tapi tetap saja aku masih tercengang.
"Hah? Maksudnya gue pura-pura jadi orang ketiga gitu? Ih enggak ah. Entar hubungan gue sama Iqbal gimana?" Gerutuku seraya menatapnya. Sekilas ku langsung teringat Iqbal, yang notabenenya adalah kekasihku.
"Ya, secara diam-diam. Biar gak ketahuan. Please, Ran! Kamu mau 'kan bantuin aku?" Syifa memelas. Gadis itu menyatukan kedua tangannya tanda memohon.
Aku agaknya menganga tak menyangka. Sungguh aku menyesal mengucapkan permisalan itu. Aku lalu memikirkan berbagai alibi.
"Entar kalo dia ngelakuin yang lewat dari batas wajar gimana? Misalnya dia meluk gue? Atau nyium gue? Entar lo cemburu lagi sama gue. Gue gak mau hubungan persahabatan kita hancur"
"Kamu 'kan bisa ngehindar"
"Kalo dia langsung nyerbu meluk atau nyium gue gimana?"
Syifa diam sejenak. "Tapi 'kan belum tentu dia kayak gitu." kata Syifa agaknya cemberut. Tak bisa kutebak, kurasa mungkin dia sedikit tersinggung.
"Yaudah, kalo gitu jangan Syif! Jangan bawa gue masuk ke dalam hubungan kalian."
Syifa diam sejenak lagi. Agaknya gadis itu berfikir. "Tapi aku masih pengen mastiin, Ran! Mm.. Yaudah. Kalo dia peluk atau cium kamu, kamu kasih tau aku aja. Aku janji gak bakal marah. Kamu kasih tau aku apa-apa aja yang dilakuin sama dia. Biar aku tau dia itu nyatanya gimana, oke?" Ucapnya memohon. Syifa menatapku lekat. Tatapannya nelangsa.
Aku diam. Sungguh aku tak yakin. Aku tak ingin ikut dalam permainan ini. Tapi Syifa sahabatku, aku tak mungkin tak membantunya. Ah! Baiklah, Aku akan berfikir-fikir lagi.
Aku lalu menatapnya pasrah. "Yaudah."
Syifa langsung tersenyum sumringah dan memelukku erat. "Makasih Rani! Aku janji, aku gak bakalan ngehancurin hubungan persahabatan kita. Meski apapun hasilnya nanti." katanya di pelukanku seraya tersenyum hangat.
Dan sejak saat itulah skenario dalam hidupku dimulai.
●●●
Note : vomment dan jan lupa share ya! Thanks.😘
KAMU SEDANG MEMBACA
If I'm Yours [SELESAI]
Romantizm"Sehebat apapun sandiwaramu, hatimu tetap tak akan bisa berbohong." Copyright©2017-All Rights Reserved