Si Keras Kepala

257 11 0
                                    

RANI POV

Aku sedang berada di pasar saat ini. Membeli beberapa persediaan makanan dan buah segar untuk Syifa.

Persetan dengan larangan gadis itu, aku akan tetap memberinya buah-buahan ini. Lagipula aku kan bisa menitipkannya dengan security atau apapun. Aku ini sahabatnya. Tidak ada salahnya kan aku peduli?

"Berapa semuanya, mbak?" Tanyaku kepada pedagang buah.

"Rp. 54.000" Setelah menyebutkan nominalnya aku langsung membayar. Setelah menerima kembalian kini aku beralih untuk pulang.

Ketika di perjalanan tak sengaja kulihat seorang wanita yang tengah menjerit. Seseorang mencoba merebut sesuatu miliknya dengan paksa.

Aku tersentak, tanganku menutup mulutku yang sedikit terbuka. Segera ku hampiri wanita itu untuk mencoba membantunya. Walaupun aku bukanlah pahlawan dan jago silat. Tapi aku tetap akan membantunya dengan caraku.

"Hey!" Pekikku.

Aku mencoba membantu wanita itu untuk merebut tas yang tengah jadi bahan rebutan itu. Kutarik tangan si jambret untuk melepaskannya. Namun dengan kekuatan prianya ia mendorongku kesamping membuatku terpental.

Aku terjatuh ke aspal kurasa aku melukai lenganku.

Tapi aku bangkit lagi dan mencoba untuk menolong wanita itu tadi. Aku berhasil membuatnya terlepas. Yes!

Namun ternyata dia mengeluarkan senjata andalannya. Pisau tajam.

"Berikan itu padaku!" Paksanya. Wanita itu menggeleng ketakutan. Bukan hanya wanita itu yang takut, tapi aku juga. Sialnya orang tidak ada yang berlalu di sekitar sini.

Aku mencoba melawannya. Dengan menahan lengan pria itu yang memegang pisau agar ia tidak bisa bermain dengan pisau tersebut.

"Lari aja bu! Lari!" Pekikku. Namun wanita itu menggeleng dan malah maju mencoba membantu.

Pret. Ini bagaikan sinetron di tv saja.

"TOLONGG!! TOLONGGG!! TOLONGG ORANG-ORANG PADA KEMANA SIH??!!"

Srit!

Refleks pisaunya menyayat lenganku ketika pria itu memberontak. Tenaganya benar-benar kuat hingga aku terdorong olehnya. Rasanya perih tapi aku tidak memperdulikannya saat ini.

"Kau terlalu ikut campur!"

Beruntungnya beberapa orang lewat. Aku kembali menjerit dan berteriak minta tolong. Melihat itu si jambret ketakutan dan berlari terbirit-birit. Aku pun menghampiri wanita tersebut dan bertanya apakah ia baik-baik saja.

"Syukurlah ibu baik-baik aja" kataku senang.

Wanita yang masih setengah ketakutan itu melirik lenganku yang ternyata sudah berceceran banyak darah.

"Kamu terluka, nak" katanya prihatin.

"Ah tidak apa-apa, bu. Hanya luka sayat biasa. Paling hanya butuh jahitan aja"

Seketika aku teringat sesuatu. Sesuatu yang sempat ikut terjatuh saat aku terjatuh ketika menolong wanita itu. Aku segera bergerak menghampiri sesuatu itu dan mencarinya.

Ah syukurlah! Buah-buahan Syifa tidak kenapa-napa.

●●●

SYIFA POV

Aku tengah berbaring di ranjang rawat. Tersenyum cerah karena Angga tidak lagi marah padaku dan menemaniku disini.

Aku senang sekali.

Tapi rasanya bosan disini terlalu lama. Aku bangkit duduk dan menyelonjorkan kaki ke bawah. Ku lihat ada kursi roda di samping ranjang. Aku pun mencoba untuk duduk di atas kursi roda dengan hati-hati.

Berkeliling di sekitar penjuru rumah sakit, berhubung Angga sedang sholat di mushala.

Selang berapa detik, ku dapati seseorang yang tampaknya ku kenal sedang berjalan menyusuri lorong rumah sakit dengan antengnya sembari menenteng sesuatu.

Gadis itu tak lain tak bukan adalah Rani.

Aku segera menghampirinya dengan mendorong-dorong roda kursi roda ini.

"Hey! Sedang apa kamu disini?" Tanyaku berbisik untuk was was terhadap orang lain. Ia kemudian menoleh menyadari kehadiranku di dekatnya.

"Ingin menjengukmu lah" jawabnya anteng.

Padahal dia sudah ku larang untuk datang tapi dia tetap saja keras kepala untuk menjengukku. AKu pun berdengus.

"Ini ada buah-buahan segar. Baru gue beli" ucapnya tersenyum sambil meletakkan keranjang buah ke pangkuan.

"Ehm.. makasih ya." Ucapku. Aku terus melirik-lirik ke sekitar, takutnya ada yang melihat keberadaan Rani di rumah sakit ini.

Kalo ada yang curiga bisa gawat.

"Yaudah sekarang kamu pulang, ya?" Kataku sambil membalikkan tubuhnya dan mendorong-dorong pinggul belakangnya untuk segera keluar dari rumah sakit.

Namun ia bertahan pada bingkai pintu dan berbalik lagi. "Gak mau. Gue kan udah dateng masa langsung di usir. Tega lu ya sama gue?" Wajahnya berlagak sedih, agar aku kasihan padanya.

Tapi tidak untuk saat ini.

"Ya tapi kalo Angga tau semuanya bisa gawat, Ran. Dia bisa kecewa sama aku" jelas ku. Rani tampak menimang-nimang perkataanku barusan.

"Tapu gue kan masih pengen ngejenguk elo" bujuknya masih.

Tapi aku tetap tidak peduli. Bagaimana pun Rani harus segera keluar dari rumah sakit ini kalau tidak semua rencanaku akan kacau.

"Tapi kamu uda liat kan kalo aku baik-baik aja?"

"Baik-baik gimana? Leher lo patah gitu"

"Cuma patah doang. Udah pulang sana"

"Enggak. Pokoknya gue mau tetap disini!" Rani bersedekap sambil berpaling. Seolah tidak mau dibantah lagi.

Tapi aku tetap mendorongnya dan mendesaknya untuk pulang.

"Iih pulang aja sana. Hush hush..."

Aku terus mendorongnya hingga ia berjalan menuju pintu keluar. Setelah itu ia pun mengalah untuk pergi saja. Aku menghela nafas lega.

"Syifa?"

Aku tersentak lalu kemudian aku berbalik dan kaget. "A--Angga?"

●●●

ANGGA POV

Setelah selesai sholat, aku langsung kembali ke ruangan Syifa dirawat.

Kerika aku hendak berbelok, ku dapati Syifa dengan kursi roda berbicara dengan seseorang. Penasaran aku pun menghampirinya.

Perlahan-lahan kuhampiri dia. Seseorang yang diajak bicaranya itu membelakangiku jadi aku tak bisa melihat wajahnya. Ketika aku sampai di dekat Syifa, gadis itu sudah keburu pergi. Aku tak sempat tau siapa dia.

Namun kurasa aku mengenali punggung itu.

"Syifa?" Kupanggil gadis itu. Ia berbalik dengan gugup.

"A-angga?"

"Kenapa kamu disini?" Tanyaku mengernyit. Heran dengan bagaimana bisa gadis itu berkeliaran disaat kondisinya sedang buruk seperti ini.

"E--emm... itu.." dia gelagapan seperti sedang menyembunyikan sesuatu. Aku memiringkan kepala dengan dahi yang mengkerut.

"Habis bicara dengan siapa?"

"Itu. Tadi ada penjual bunga langganan aku. Dia bilang aku ada order banyak bunga padahal sih enggak. Jadinya ya aku bilang aku gak mau bayar tapi dia tetep ngotot minta uang sama aku. Terus... aku usir aja dia"

Aku melirik punggung gadis yang dibicarakan Syifa itu. Ia sudah lumayan jauh namun insting penasaranku menuntutku untuk mengejar gadis itu.

Baru saja aku melangkah tiba-tiba Syifa menarik tanganku. Ia meringis kesakitan.

"Yaudah kita balik aja ke kamar kamu."

●●●

TBC

Budayakan Vote, comment, & share after read! Wkwkwk😂😂

If I'm Yours [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang