Janji

281 16 0
                                    

ANGGA POV

Aku beruntung, tiket sky diving ini akhirnya tidak jadi terbuang sia-sia. Kenapa? Karena seorang Rani Ramadhany, akan segera memanfaatkan tiket ini dengan baik bersama denganku. Yes!

Tapi,, alangkah baiknya kalau aku memberitahu dahulu tempat janji ketemuan agar kita bisa bersama-sama naik bus nantinya.

Mungkin... halte adalah tempat yang paling tepat. Ya, memang seharusnya.

Angga : Inget lho mba hari ini lho!😊
Angga : Jangan lupa!

Rani : ENGGAK! lupa gw😜
Rani : Wleeeekkk....😝😝😝😝😝

Angga : Makanya gw ingatin
Angga : baek kan gue😉

Rani : Kampret. Iya deh mas😄

Angga : Halte Diponegoro ok! jam tengah empatan

Rani : Oke Oppa!😉

Angga : Oppa, oppa. PRETT..

Rani : Wkwkkwkq:v
Rani : Tapi suka kan?😉

Lagi. Dia selalu berhasil membuatku tersenyum sendiri dan tertawa kecil karena membaca pesan darinya. Ah memang tipeku sekali dia. Eh! Ngomong apa aku ini? Kampret.

"Angga?" Itu suara mama.

Ya, aku sedang tidak tinggal di apartemen sekarang lebih tepatnya lagi aku sedang tinggal di rumah mama.

"Iya ma.. sebentar" setelah itu aku pun menuju mamaku tercinta dan kemudian bersiap-siap. Memakai pakaian yang pas untuk pergi bersama Rani.

Ganteng dikit gapapa kali kan?

●●●

Aku berlari-lari kecil menuruni  anak tangga. Mengambil kunci mobil dan.. ohiya! Aku kan naik angkutan umum lalu buat apa kunci mobil? Aku pun menaruhnya kembali dan bergegas keluar rumah setelah sebelumnya pamit kepada sang mama.

Berjalan santai sambil memasukkan tangan ke saku jaket dan menyusuri jalan, di pinggir jalan, atau lebih tepatnya di jalan dimana pejalan kaki seharusnya melintas. Merasakan semilir angin, hijaunya pepohonan, Suara klakson kendaraan, ah! Mantap jiwa.

Seorang wanita keluar dari salah satu pusat pembelanjaan. Aku mengenalnya. Sangat mengenalnya. Namun entah kenapa sekarang aku sedang tidak perduli. Bukan apa-apa, hanya saja aku sedang letih bercekcok.

Ya, cewek itu tak lain tak bukan adalah Syifa. Si pacar. Tersayang.

"Angga!" Dia memanggilku. Sudah kuduga.

Kuyakini bahwa dia pasti sedang mengejarku yang terus berjalan.

"Angga! Kamu marah ya sama aku?" Syifa bertanya ketika ia sudah sampai di dekatku, memberhentikan langkahku.

Aku tak bergumam. "Kenapa kamu gak angkat telepon dan balas chat aku?" Tanyanya lagi, sayangnya aku sedang malas meresponnya.

"Kamu marah ya?" Tanyanya lagi. Kemudian ia menunduk.

"Oke, aku tau. Aku emang salah. Tapi tolong maafin aku Ngga.." katanya lagi setelah ia mendongak. Wajahnya memelas membuatku sedikit merasa kasihan.

Aku pun mendengus. "Aku gak marah sama kamu. Tapi sekarang aku lagi ada janji dan.. biarin aku sendiri dulu ya. Aku lagi butuh waktu untuk free, bisa kan?" kataku. Ku usap bahunya sekilas sambil menatapnya, kemudian berlalu pergi menyeberangi zebra cross meninggalkan dia sendiri.

"Angga..!!" Panggilnya lagi di belakang, tapi aku hanya terus berjalan. Tidak memperdulikan, dia.

●●●

If I'm Yours [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang