RANI POV
Ting ting ting..
Suara bel rumah yang berbunyi menuntun kakiku untu pergi kesana. Setelah kakiku sudah sampai di depan pintu tersebut, aku pun segera membukanya.
Karena mulutku sedang tersumpel sendok es krim, jadilah mataku yang menganga.
Seorang pria berdiri di hadapanku dengan sebucket bunga menutupi wajahnya. Aku memiringkan kepala mencari tau siapa dia sambil menelan es krim yang sudah cair di dalam mulut.
Perlahan bunga itu diturunkannya dari wajahnya. Wajahnya kini terlihat dengan sebuah senyuman yang tersungging dengan entahlah manis atau tidak itu aku tidak tau.
Yang jelas aku merasa jijik dengan senyuman itu. Ilfil aku pun menutup kembali pintu rumah ketika ia menahan pintu itu untuk tetap terbuka.
"Mau apa lo kesini?" Tanyaku galak.
Ia terkekeh geli. "Galak banget sih, sayang"
"Ewh. Pulang sana!"
"Gak dikasih masuk apa aku?"
"ENGGAK! pergi sana lo!"Sergahku cepat. Aku mendorong-dorong bahunya menyuruhnya untuk pergi.
For your information, dia itu adalah Gobi, mantanku waktu SMP.
Waktu itu aku masih polos jadi ku terima saja dia. Hanya satu bulan saja kami menjalani hubungan setelah itu kami putus karena dia selingkuh. Namun ia terus saja mengejarku sampai sekarang. Mengharapkan cintaku kembali. Tapi pret.. masa bodoh dengan dia.
"Nih bunga untuk kamu" ia menyodorkan bunga itu padaku.
"Enggak usah, kasih kupu-kupu aja gih sono dia lebih butuh daripada gua. Sekarang pergi lo!"
Namun ia malah menaruh sebucket bunga mawar itu ke lantai.
"Kamu tenang aja ya sayang. Aku bakalan datang kesini lagi kok besok. Terus lusa besok. Kemudian lusanya lagi. Kemudian lusa lusanya lagi. Kemudian--"
"ENGGGAAAAKKK!!" Sergahku berteriak sangking kesalnya. Ia pun meringis sambil menutup lubang telinganya.
"Yaudah aku pulang dulu ya sayang" katanya sok manis. Sumpah aku ingin muntah sekarang.
"Ewh. Udah pegi sono! Hush hush..!! Dan jangan balik lagi atau gua panggilin polisi lo!" Ancamku. Gobi malah memberikan kerlingan mata kepadaku membuatku bergidik jijik.
Detik berikutnya ia pun pergi meninggalkan rumahku dan aku pun berdengus.
"Sumpah demi apa gua rasa gua gak ada mimpi buruk deh semalam" gumamku kemudian menggeleng-geleng tak kuasa.
Setelah itu aku berniat makan es krim lagi. Baru saja aku ingin menutup pintu rumah kembali ketika sebuah mobil berhenti dan terparkir mulus di depan rumah. Seseorang keluar dari dalam mobil dan langsung datang menghampiriku.
Kali ini yang datang Iqbal.
"Tadi itu siapa?" Tanyanya sambil melirik Gobi yang baru saja pergi lalu kemudian menatapku lagi.
"Gak tau. Orang gila, sama kayak elo" jawabku acuh.
"Ciiiah? Kok gue?" Ucapnya sambil terkekeh lalu menerka-nerka sendiri. "Emm.. gue tau. Ngambek ya? Ciiee ciiee.." Iqbal menggodaku dengan kurang ajar manisnya.
Rasanya ingin sekali ku cakar wajahnya sekarang juga kayak macan afrika yang baru aja lepas dari kandang.
"Maafin aku dong peri cantik. Kemaren itu gak disengaja. Aku itu lagi sibuukk banget sampe-sampe sensian pas ada yang ngeganggu. Jangan marah gitu dong"
Aku hanya memandangnya sinis sambil mengerucutkan bibir.
Dia meraih tanganku untuk digenggam. Namun aku menarik kembali karena aku tak ingin disentuhnya. Ia hanya tersenyum.
"Maafin aku ya?" Ia menyunggingkan senyuman.
Aku memutar bola mataku lalu berdengus. Tidak ku jawab aku hanya diam dan memandangi hal lain. Tapi ia malah menganggap diam adalah iya dan langsung menyerobos masuk ke dalam rumahku dengan seenak jidat.
Kenapa sih semua orang pada suka nyelonong masuk ke dalam rumahku disaat aku lagi diam?
Shit.
●●●
ANGGA POV
Setelah Syifa di diagnosis sudah boleh pulang ke rumah, aku kemudian mengantarnya pulang.
Kupinta ia untuk perbanyak istirahat. Setelah itu aku pulang dengan mengendarai mobil SUV ku.
Tanganku fokus mengendalikan setir, tak hanya tangan, mataku juga ikut berperan dalam hal itu. Sesekali kulirik pinggir jalan, banyak pedagang kaki lima berjualan disana. Ada penjual kue, ada tukang bakso, tukang mie ayam, batagor, penjual lukisan, dan banyak lagi.
Melihat penjual lukisan seketika aku jadi teringat Rani. Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengannya sejak acara jalan-jalan yang berujung tidak jadi itu. Aku malah menjaga Syifa, yang aku tidak yakin, ku lakukan dengan terpaksa.
Jujur aku merasa bersalah. Bersalah kepada kedua gadis itu.
Aku merasa bersalah pada Rani karena sudah mengingkari janji. Dan ku pikir Rani pasti sudah menunggu sangat lama kala itu. Ah aku menyesal sekali.
Aku juga merasa bersalah pada Syifa karena kurasa aku telah curang padanya. Karena aku menuruti permintaannya tidak dengan kejujuran. Melainkan karena kasihan.
Serba salah.
Selang beberapa detik, seorang pedagang dengan gerobaknya tiba-tiba menyeberang dihadapanku. Sontak aku pun mengerem secara mendadak.
"Nyetir hati-hati dong mas! Memang jalanan ini punya mas aja. Emang sih sampeyan punya mobil bagus tapi gak usah sombong juga kali mas! Eehh..!" Sungut pedagang tersebut bergeleng sambil lalu. Pedagang itu kembali membawa gerobaknya menyeberang jalan.
"I-Iya pak. Maaf pak"
Aku berdengus dan meringis mengelus pelipis. Kurasa aku terlalu banyak melamun.
"Makanya jangan ngelamun terus. Jalan ini bahaya tau. Lo mau ngebahayain diri lo sendiri gara-gara ngelamun?" Suara yang bercerocos panjang lebar itu membuatku menoleh.
Memandangi Rani dengan wajah mengejeknya yang begitu kentara. Ia tertawa gadis itu menertawaiku dengan kurang ajar cantiknya. Kemudian ia memandangiku lekat.
Aku tertawa halus.
Rambutnya tergerai dengan sempurna. Ia memandangiku sambil tersenyum. Bibirnya merah muda menggoda. Ingin rasanya merasakan sesuatu yang lembut itu. Wajah cantiknya itu mendorongku untuk mendekat kearahnya.
Aku menyampirkan rambut yang mengganggu di wajahnya itu ke belakang telinga. Aku menatap matanya lekat lalu jatuh ke bibir. Aku terus mendekat. Dan..
Ah!
Sialnya itu hanya halusinasi bodohku saja. Aku mengerjapkan mata beberapa kali untuk menyadarkan diri. Kurasa aku mulai sedikit aneh.
"Gua mesti ke dokter jiwa deh kayaknya. Ah kampret" gumamku. Lebih tepatnya kepada diriku sendiri.
●●●
Lanjut enggak yaa??😂😂😂
KAMU SEDANG MEMBACA
If I'm Yours [SELESAI]
Romantizm"Sehebat apapun sandiwaramu, hatimu tetap tak akan bisa berbohong." Copyright©2017-All Rights Reserved