Syifa POV
Setelah kejadian hari itu tepatnya lima hari yang lalu, aku menjadi uring-uringan. Perasaanku pun jadi labil. Di sekolah pun aku lebih banyak diam.
"Yaampun, aku kenapa sih. Dasar si Tristan, Delvin, Devan, semua sama aja. Bikin aku labil aja deh." gerutuku kesal.
"Lo ngomong apa barusan?" ucap Jeje membuatku kaget.
"Ha? Ngga kok, ini nih soal biologinya bikin mumet." alibiku.
Jeje hanya diam menatapku. Jujur saja, aku malu jika harus menceritakan semuanya. Aku takut jika aku dianggap terlalu bawa perasaan.
Tiba-tiba ponselku bergetar menandakan ada pesan masuk di WAku.
Baru saja aku ingin membalas pesan dari Tristan, tapi ada pesan lain yang masuk.
Aku memasang ekspresi terkejut dan mendapat respon bingung dari Jeje.
"Syif, lo ngga kesurupan kan? Muka lo serem tau." ucap Jeje dengan ekspresi ketakutan.
"Apaan sih kamu, Je. Aku ngga kesurupan kok, Je." ucapku.
'Aku harus gimana?' ucapku dalam hati.
****
Kini aku sedang berjalan sendirian di koridor. Aku sengaja pulang lambat agar tidak bertemu Tristan dan Delvin. Aku sudah meminta supir untuk menjemputku lebih lambat satu jam dari biasanya dengan alasan ada pelajaran tambahan.
Tapi sial, aku malah bertemu mereka berdua sekarang. Seketika aku terlonjak kaget dan salah tingkah karena tidak tahu apa yang harus aku lakukan.
"Hai, Syif!" sapa Tristan dan Delvin bersamaan.
"Ah, hai." jawabku canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Fall But Fly [Completed]
Teen FictionAku pernah diterbangkan setinggi-tingginya. Tapi, aku juga pernah dijatuhkan sesakit-sakitnya. Apakah kamu juga akan begitu padaku?