Chapter 2

102 19 4
                                    

Author POV

5 menit. 10 menit. 15 menit. 20 menit. Hingga setengah jam sudah Syifa menunggu Rendy di depan gerbang sekolahnya. Syifa terus-terusan mengomel karena saudaranya itu tak kunjung datang untuk menjemputnya. Bahkan, Syifa tak sadar jika setiap orang yang lewat menatapnya dengan tatapan aneh.

"Ah, Bang Rendy kemana sih? Katanya bentar aja nyampe. Eh tau-taunya lama banget. Kalo kayak gini mah, sempet aku punya suami baru dijemput. Uhhhh, lamanyaa." omel Syifa.

"Eh, lo! Ngomel mulu kerjaannya. Berisik tau ngga!" ucap seseorang di sebelah Syifa.

"Ah? Eh, kamu kan yang tadi pagi. Tris..tan kan?" ucap Syifa.

"Iya, gue Tristan. Ngga usah pakai aku-kamu bisa? Berasa kek pacaran tau ngga." ucap Tristan sambil tersenyum nakal.

"Ngga usah geer deh. Aku udah terbiasa pakai aku-kamu, menurutku itu lebih sopan." jawab Syifa sambil mendengus kesal.

"Lo nunggu siapa? Pacar?" tanya Tristan.

"Bukan. Aku nunggu Abang." jawab Syifa.

Tak berapa lama kemudian Rendy pun datang dengan mobilnya tepat di depan Syifa dan Tristan.

"Ah, itu Abangku. Aku duluan ya Tris." pamit Syifa.

Tristan hanya tersenyum menanggapi perkataan Syifa. Sedangkan Syifa dengan cepat memasuki mobil karena dia sudah sangat lelah dan ingin cepat sampai di kamar tercintanya di rumah.

"Princess?" panggil Rendy dengan lembut.

"Iya?" sahut Syifa.

"Yang tadi siapa? Gebetan kamu ya? Atau pacar kamu? Ciee, sudah ada aja nih. Padahal baru masuk sekolah." ucap Rendy dengan nada mengejek.

"Apaan sih Bang! Bukan gitu, yang tadi itu namanya Tristan. Pertemuan kami sih ngga sengaja gitu. Susah jelasinnya. Dan dia cuma sekedar orang asing yang ngga sengaja ketemu. Jadi jangan salah paham." jelas Syifa sambil mencebikkan bibir.

"Iya deh iya. Maafin Abang ya Princess. Tapi kalo menurut Abang sih, si Tristan itu bukan orang yang baik. Dalam artian dia sekarang masih orang yang labil, jadi jangan baper sama dia ya. Abang ngga mau Princess tersakiti cuma karena cowok kayak dia. Paham kan maksudnya?" jelas Rendy.

"Abang tenang aja. Aku ngga bakal jatuh cinta sama siapapun. Karena sekarang emang belum saatnya. Dan Abang jangan menilai orang kayak gitu, kita kan ngga tau dia orangnya gimana." ucap Syifa.

***

Saat sampai di rumah, Syifa langsung menuju kamar dan menghempaskan tubuhnya di kasur tercintanya. Ya, Syifa memang sangat lelah hari ini. Padahal hari ini, dia tidak banyak beraktivitas.

Tanpa ia sadari, sekarang Syifa telah memasuki alam mimpi yang tenang. Kelelahan membuatnya dengan mudah untuk tidur.

***

Rendy POV

"Rendy, adik kamu mana?" tanya Mama padaku.

"Paling juga di kamar, Ma." jawabku dengan sopan.

"Ren, sudah dulu main PS nya. Cepet panggil adik kamu, ini sudah mau makan malam. Kamu sudah sholat belum?" tanya Mama lagi.

"Sudah kok, Ma. Kalo gitu, Rendy ke atas dulu ya, manggil Princess." jawabku.

Ya, kedua orang tuaku memang selalu ketat dalam mengawasi anak-anaknya. Tapi baik aku maupun Syifa, tidak ada yang merasa terkekang dan terbebani akan hal itu. Bagi kami, mereka adalah segalanya. Makanya, kami selalu patuh pada mereka.

Entah sudah bangun atau masih tidur kah Syifa sekarang. Aku pun tidak tau. Sejak pulang sekolah tadi sore, dia tidak keluar kamar. Bahkan, dia tidak menanyakan kenapa aku telat menjemputnya. Ya, setidaknya aku tidak dimarahi olehnya dan dia tidak ngambek padaku.

Tok.. Tok.. Tok..

"Princess?" panggilku.

Belum ada jawaban.

"Princess? Kamu belum bangun juga?" panggilku sekali lagi.

Masih tak ada jawaban.

"Princess? Kalo kamu ngga bangun, sayur buncis yang dimasak sama Mama, Abang aja ya yang ngabisin?" ucapku sengaja mengejek agar mendapat respon.

Dan lagi, lagi, dan lagi tak ada jawaban. Akhirnya, aku memutuskan untuk langsung masuk ke dalam kamar Syifa. Dan, damn! Yang benar saja? Seorang anak gadis yang cantik dan pintar sepertinya, tidur dengan gaya yang.. Uh, sangat tidak seperti cewek biasanya. Princessku memang beda.

"Princess? Ayo bangun, ini udah mau makan malam. Kamu kebo banget deh." ucapku sambil mengelus kepalanya lembut.

"Engghh.. Abang ya?" jawabnya dengan suara serak.

"Iya, ini Abang. Cepet bangun, mandi, lalu turun ke bawah. Ini udah mau makan malam." ucapku dengan lembut.

"Engghhhh.. Memangnyaa ini jam berapa?" tanyanya lagi.

"Jam 7.15 malam." jawabku.

"Oh, yasudah. Abang duluan saja ke bawah, aku ntar nyusul. Bilang Mama, 15 menit lagi aku ke bawah. Aku mau mandi dulu." sahutnya sambil berjalan menuju kamar mandi.

***

Syifa POV

Malam ini aku sangat bosan. Setelah makan malam tadi, aku langsung pamit pada kedua orang tuaku untuk langsung tidur. Padahal biasanya aku nonton bareng mereka di ruang keluarga. Tapi, rasanya aku sedang malas untuk nonton. Sedangkan, Abangku malah pergi sama pacarnya.

"Ah, bosennya. Nonton males, PR juga udah selesai. Lalu aku harus ngapain?" ucapku pada diriku sendiri.

Drrttt.. Drttt.. Drrttt..

Tiba-tiba ada seseorang yang nomornya tidak ku kenal menghubungi ponselku.

'Siapa sih ini yang nelpon?' batinku.

Sejenak aku hanya memandangi layar ponselku saja. Aku bingung apakah harus ku terima atau tolak saja panggilan itu. Dengan pikir panjang, akhirnya aku pun menerima panggilan itu.

"Halo?" ucapku hati-hati.

"Gue pikir lo ngga bakal terima panggilan gue." sahutnya.

"Maaf, ini siapa ya?" tanyaku.

"Ini gue Syifa. Gue Tristan. Yakali lo lupa sama suara gue yang merdu ini." jawabnya dengan sedikit sombong.

"Oh, kamu." ucapku cuek.

"Loh? Kok lo cuma 'oh' doang sih? Lo ngga nanya gitu gue dapat nomor lo dari mana?" tanyanya.

"Ah, maaf ya Tris. Aku lagi sibuk." ucapku dan langsung menutup panggilannya.

'Ah, kok aku bodoh sih? Harusnya kan aku nanya dari mana dia dapat nomor aku. Ah, Syifaaaa. Kamu bodoh banget tau!" batinku.




Semoga sukaa yeyy.
-Silva

Don't Fall But Fly [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang