"Van, si Syifa kok ngga kelihatan? Dia lagi pergi?" tanya Rey sambil celingak-celinguk.
Devan hanya diam. Dia bingung ingin menjawab apa.
Tiba-tiba Mama Syifa pun datang membawa minuman untuk Rey dan juga Devan.
"Tan, Syifa kemana?" tanya Rey lagi.
"Hm, sebenarnya kami masih mencari Syifa," desis Mama Syifa pelan namun terdengar oleh Rey.
"Mencari? Memangnya Syifa kemana? Kebiasaan ya tuh anak, kalo pergi pasti ngga bilang-bilang," ucap Rey sedikit geram.
"Syifa diculik, Rey." ucap Devan yang sedari tadi diam.
"DICULIK?! Tan, ini ngga bener kan? Kamu kalo ngomong jangan sembarangan, Van!" bentak Rey.
"Sudahlah, Rey. Devan benar, Syifa diculik dan kami masih belum ada titik temu untuk Syifa. Kami pun bingung harus ngapain lagi," ucap Mama Syifa menenangkan Rey.
Mendengar itu, tubuh Rey langsung melemas dan terjatuh. Gadis kecil yang sangat disayanginya itu sekarang dalam bahaya.
Beberapa saat kemudian, Rey langsung keluar tanpa pamit. Dia langsung menuju garasi dan melajukan mobilnya dengan kencang tanpa mempedulikan teriakan Mama Syifa dan Devan.
'Aku harus cari kamu sampai ketemu, Syif." batin Rey.
****
Di sisi lain, Syifa masih terikat dengan erat di kursi dalam gudang tua itu.
"Ini sudah larut malam, aku harus bisa pergi dari sini secepatnya," lirih Syifa. "Ah, ponselku!" ucap Syifa pelan.
Dia melihat keadaan di sekitarnya. Setelah dirasa aman, dia mencoba melepaskan salah satu tangannya yang terikat.
Berhasil! Satu tangannya terlepas sekarang. Kini giliran mencari ponsel di saku bajunya yang tersembunyi.
"Ah, ini dia. Syukurlah," gumam Syifa.
Baru saja dia menghidupkan kembali ponselnya yang sengaja ia matikan sebelumnya, tiba-tiba orang itu datang lagi. Syifa panik. Dengan cepat Syifa langsung melemparkan ponselnya ke sembarang tempat dan memasukan tangannya kembali pada ikatan.
"Selamat malam, sayang. Rupanya kamu belum tidur, ya?" ucap orang itu lembut namun terdengar mengerikan bagi Syifa.
Syifa hanya diam memperhatikan orang itu dengan tatapan sendu.
"Oh, ayolah. Jangan menatapku seperti itu, aku tau aku tampan tapi kau tak perlu menatapku berlebihan begitu. Hm, apakah kamu lapar, sayangku?" ucapnya lagi.
Lagi-lagi Syifa hanya diam. Ingin menangis tapi rasanya itu hanya memperburuk keadaan.
'Aku akan ikuti alur permainanmu ini.' batin Syifa.
"Apa yang kau pikirkan, sayang? Aku tau kamu lapar, tak usah sungkan padaku. Mari kita makan bersama,"
'Ck, menjijikan!' batin Syifa tak suka.
Orang itu pun mulai menyuapi makanan pada Syifa. Meskipun dekat tapi karena topeng yang dipakai maka Syifa tak bisa melihat wajahnya.
****
"Syifaaaa, kamu dimana?!" gerutu Rey sambil memukul-mukul stir mobil.
Rey menyerah. Dia memberhentikan mobilnya tepat di pinggir jalan. Dia mengecek ponselnya berharap pesan yang dikirimnya telah diterima oleh Syifa.
"Ah, sudah masuk? Tapi ngga diread," gumam Rey.
Rey mengecek apapun yang bisa membantunya menemukan Syifa melalui ponselnya. Beberapa saat kemudian, dia kembali melajukan mobilnya setelah sebelumnya mengirimkan pesan pada Mama Syifa jika dia menemukan titik temu Syifa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Fall But Fly [Completed]
Teen FictionAku pernah diterbangkan setinggi-tingginya. Tapi, aku juga pernah dijatuhkan sesakit-sakitnya. Apakah kamu juga akan begitu padaku?