Syifa POV
Hari ini rasanya aku tak ingin pergi ke sekolah. Cuaca hari ini sedang buruk sekali. Rasanya malas saja ingin ke sekolah.
"Princess, ayo cepetan. Ntar Abang gantengmu telat nih," ucap Bang Rendy.
Aku hanya menoleh ke arahnya dan berjalan malas.
"Kok males gitu sih? Semangat dong, Abang denger sih katanya kalian bakal libur selama sebulan. Ya, karena cuaca yang kek gini." ucapnya membuatku kaget.
"Yang bener? Abang tau dari mana? Yeyyy, libur!" teriakku semangat.
"Kamu ini ya, kalo udah libur seneng banget. Abang punya temen yang jadi guru di sekolah kamu." ucap Bang Rendy sambil melihat tingkah konyolku.
"Iya dong, harus seneng. Kan bisa tidur seharian sama ngemil." ucapku antusias.
"Kek anak kecil," gumam Bang Rendy.
Aku mendengarnya, namun aku sengaja tak peduli. Toh, aku yang menjalani semuanya.
****
Akhirnya aku sampai di sekolah. Sekolah masih sangat sepi karena aku datang lebih awal dari biasanya. Itu karena Bang Rendy harus berangkat lebih awal dan supir keluargaku sedang cuti karena istrinya sedang sakit. Mama dan Papa juga pergi ke luar kota lagi.
Sudah biasa bagiku jika aku hanya dengan Bang Rendy di rumah. Jika orang lain menganggap aku akan kesepian, tentu tidak. Karena orang tuaku selalu berkomunikasi denganku dan Bang Rendy meskipun hanya untuk mengingatkan agar sholat, makan, dan tidur tepat waktu. Perhatian kecil dari mereka membuat aku dan Bang Rendy mengerti jika mereka pun sedang berusaha memenuhi kebutuhan kami.
Saat ini, aku sedang berjalan di koridor menuju lokerku dan aku hanya sendirian. Jeje dan yang lainnya belum datang sedangkan Key dan juga Helen sedang dalam perjalanan menuju sekolah.
Saat aku sampai di lokerku, aku mengambil buku biologi di dalamnya. Tiba-tiba aku mendengar ada suara langkah kaki. Aku menoleh ke semua arah tapi tidak ada siapa-siapa. Aku takut, tapi aku bisa apa.
Beberapa saat kemudian, suara langkah kaki itu menghilang dan saat itu pula ada seseorang yang menutup mataku dari belakang.
"AAA!" teriakku refleks.
"Hahahahahahahaha!" suara tawa seseorang di belakangku.
Orang itu membuka mataku dan aku pun menoleh ke arahnya.
"Jeje! Bikin aku kaget aja!" ucapku kesal melihat Jeje yang masih tertawa keras mendengarku berteriak ketakutan.
"Duh, maaf deh Syif. Abisnya lo fokus banget liat ke dalam loker, ada apaan sih? Ada surat cinta yaaa? Atau jangan-jangan lo punya secret admirer, ciee Syifa." ucapnya sambil menertawakanku.
"Aku tuh lagi ngingat jadwal hari ini tau, yakali aja aku salah bawa buku. Lagian mana ada yang ngirim surat cinta buat aku." ucapku ketus.
Jeje hanya tertawa kecil menanggapi perkataanku. Aku pun langsung berjalan menuju kelas dan dia mengikutiku di belakang.
****
Sesampainya aku di kelas, Anesh dan yang lainnya sudah menunggu aku dan Jeje.
"Hoi, Syif!" panggil Deylin.
"Apaan sih, Dey? Biasa aja kali manggilnya." sahutku ketus.
"Iya nih, si Deylin toa banget." ucap Jeje.
"Kalian kok baru nyampe kelas sih Je, Syif?" tanya Githa.
"Lo kek ngga tau aja mereka pada kemana dulu." timpal Helen.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Fall But Fly [Completed]
Teen FictionAku pernah diterbangkan setinggi-tingginya. Tapi, aku juga pernah dijatuhkan sesakit-sakitnya. Apakah kamu juga akan begitu padaku?