Epilog

28 3 4
                                    

Lima tahun telah berlalu, Syifa dan yang lainnya masih saling mengabari serta sesekali bertemu tiap tahunnya.

Dan untuk urusan asmara, Anesh telah menikah dengan Dave pada enam bulan yang lalu. Key yang telah bertunangan dengan Bryan satu tahun yang lalu. Sedangkan Deylin, Jeje, dan Helen telah memiliki kekasih dan berencana ke jenjang yang lebih serius tahun depan.

Sedangkan Syifa, semuanya tak terduga. Rey saat itu memutuskan tidak pergi ke Inggris melainkan ke Jerman saja. Jadi, hanya Syifa yang ke Inggris.

Dan hari ini merupakan hari pernikahan Syifa. Semua sahabat Syifa ikut serta dalam acara sakral tersebut, tapi tak terlihat keberadaan Rey.

"Lo yakin, Syif?" tanya Jeje.

"Iya, aku udah yakin." sahut Syifa mantap.

"Lo ngga sakit hati, kan? Yakali ntar gue denger lo tiba-tiba kabur di hari pernikahan lo sendiri." ucap Deylin dengan polosnya.

Anesh menoyor kepala Deylin, "Lo apaan sih, Dey?" ucap Anesh sedikit kesal.

"Apa?" celetuk Deylin membuat semuanya mendengus dan geleng-geleng kepala.

"Syifa, ayo! Semuanya udah siap." ucap Mama Syifa.

"Iya, Ma." sahut Syifa.

Syifa pun keluar dari kamarnya diiringi oleh para sahabatnya.

"Gue yakin ini pilihan terbaik lo. Gue yakin sama lo. Kita semua yakin, yang terjadi di masa lalu, biarin jadi masa lalu." ucap Jeje menyemangati di samping Syifa.

Syifa mengangguk mantap sambil tersenyum simpul. Dia melangkahkan kakinya menuju tempat dimana telah ada Papanya serta penghulu.

Hari ini, Syifa akan mengubah statusnya sebagai seorang istri dari seorang laki-laki yang telah beruntung mendapatkannya. Entah laki-laki itu atau Syifa yang beruntung, tetapi yang pasti keduanya akan mengikat janji untuk saling menjaga hubungan di saat suka maupun duka. Mereka berjanji untuk tidak akan meninggalkan sampai maut sendiri yang memisahkan.

Saat berjalan, Syifa teringat sekilas hubungannya dengan Rey dulu. Tak disangka, semuanya berubah begitu cepat. Syifa bahkan tidak menduga akan seperti ini. Hingga saat ini, dia masih sangat mencintai Rey. Tapi takdir Tuhan yang mengatur semuanya, Syifa hanya menjalankannya saja.

"Ayo duduk, jangan gugup ya, Syifa." ucap Mamanya.

"Baik, saya mulai saja. Keduanya siap?" tanya penghulu tersebut dengan ramah.

Kedua insan di hadapan penghulu yang akan bersatu inipun mengangguk sembari tersenyum.

Proses pernikahan berjalan lancar, Rey pun sangat khidmat saat menyatakan ijab qobul.

****

"Ciee yang udah resmi. Samawa yaa." ucap Jeje sambil memeluk erat sahabatnya itu, Syifa.

"Eh gue ngga dipeluk?" celetuk Rey.

"Kok lo genit sih? Baru aja nikah!" sahut Deylin.

"Tidur di luar aja tuh ntar suami lo, Syif." ucap Anesh memanasi.

"Eh jangan dong, gue kan-" sahut Rey terpotong.

"Sudah, diem. Mau ngomong apa tadi, Rey?" kata Syifa geram.

"Pasti Rey mau bilang, malam ini kan-" sahut Dave.

"Diem Dave! Masalah rumah tangga orang itu mah." tukas Anesh.

"Mampus deh lo, Rey. Tidur di luar dah malam ini." ucap Bryan tertawa.

"Eh lo, urus dulu pernikahan lo sama Key. Jangan ikut urusan orang, kasian tuh si Key nunggu lo ijab qobul." ucap Rey sembari tersenyum miring.

"Ngejleb sekali kawan!" teriak Dave.

Semuanya tertawa dan sangat menikmati resepsi pernikahan Syifa dan Rey.

****

Hari itu, aku tidak bisa menggambarkan kebahagiaanku. Semuanya tak bisa digambarkan oleh kata-kata sedikitpun.

Jika saja dunia tidak mempertemukan kami semua, mungkin tidak ada kebahagiaan seindah ini sekarang. Tidak ada cinta, benci, sedih, kecewa, dendam, dan emosi lainnya. Tidak akan ada cerita penuh liku dalam kehidupan kami. Dan, tidak ada cerita yang bisa kami ceritakan pada anak-anak kami.

Kita, melukis sebuah cerita agar bisa dikenang. Tidak hanya kenangan indah yang kita ciptakan. Kenangan pahit pun telah tercetak jelas di memori kita. Namun, itu bukan alasan bagi kita untuk tidak saling menganggap bahwa kita adalah satu kesatuan yang nyata. Kita adalah sebuah emosi yang menjadi satu. Kita bahkan tidak pernah terpisahkan. Ini hanya takdir Tuhan. Tidak ada yang salah di antara kita dan tidak ada pula yang benar.

Kalian, seseorang yang telah melukis kenangan buruk di hidupku. Kau juga bagian dari hidupku yang berarti. Kau membuat pengalaman yang memberiku pelajaran.

Dan kalian, yang telah berbeda dunia dengan kami. Kau juga bagian dari kami sampai kapan pun. Kita tidak terpisah, kita selalu berdampingan. Hanya saja, ada batas yang tidak bisa kita lewati dan memaksa kita untuk tidak saling memandang namun tetap memperhatikan satu sama lain.

Untuk semua, terima kasih karena telah melukiskan berbagai kisah di hidupku. Tidak akan ada aku jika kalian pun tidak hadir di hidupku.


-Syifa

Hai. Maafin, epilognya lama. Maafin juga, kurang dapat feel nyaa. Maklumin karna ini cerita pertama. Makasih buat yang mau buang waktunya buat baca ini😂 Lain kali bakal usaha buat nulis yang lebih baik lagi.

epilognya maksa banget astagaa :"

See you :)
-Silva

Don't Fall But Fly [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang