Author POV
Hari ini Syifa tidak pergi ke sekolah. Dia dan keluarganya akan pergi ke Jepara karena Neneknya sedang sakit.
Di perjalanan, Syifa terus-terusan mendengarkan musik. Syifa memang senang sekali mendengarkan musik, tak heran jika suaranya cukup merdu karena ia selalu mengikuti alunan musik yang didengarnya.
Setelah beberapa jam perjalanan dari Bandung, kini Syifa telah sampai di Jepara.
Saat sampai di hotel, ia langsung beristirahat di kamarnya. Sedangkan kedua orang tuanya dan juga Rendy pergi ke restoran untuk makan. Syifa hanya minta dibelikan untuk dibawa pulang saja untuknya.****
"Princess, ayo bangun. Cepet cuci muka lalu makan, kamu belum makan dari tadi pagi." ucap Rendy sembari menggoyang-goyangkan tubuh Syifa.
Jam telah menunjukkan pukul 3 sore. Itu artinya Syifa telah tidur selama 5 jam. Rendy khawatir dengan keadaan adik kesayangannya itu. Ia takut jika Syifa telat makan, maka Syifa akan sakit.
"Enngghh, Bang Rendy? Hoaaa, udah jam berapa ini, Bang?" tanya Syifa sembari menguap.
"Ini udah jam 3 sore, ayo cepet bangun. Kamu belum ada makan." bujuk Rendy.
"Ah, iya. Abang duluan aja, ntar aku nyusul. Aku mau mandi aja sebentar." ucap Syifa.
Rendy pun mengangguk dan langsung meninggalkan adiknya itu.
****
Malam ini, Syifa dan keluarganya pergi ke rumah sakit untuk menjenguk neneknya Syifa.
"Assalamualaikum," ucap Syifa saat memasuki ruang inap neneknya.
"Waalaikumsalam, ayo masuk Syifa. Nenek udah nunggu kamu dari tadi. Katanya mau cepet ketemu sama cucu kesayangan." ucap Bibi Syifa.
"Halo, Nek. Syifa kangen banget sama Nenek. Nenek kangen Syifa ngga?" ucap Syifa sembari mencium pipi Neneknya yang sedang terbaring lemah.
Neneknya hanya mengangguk pelan dan meneteskan air mata.
"Nek, jangan nangis. Syifa janji, Syifa bakalan jagain Nenek terus disini. Makanya Nenek harus sembuh." ucap Syifa sambil tersenyum kecil.
"Bi, Syifa keluar sebentar ya." ucap Syifa pada Bibinya.
Di luar ruangan Neneknya, Syifa menangis sejadi-jadinya. Ia sudah tidak kuat menahan air matanya sejak tadi. Matanya kini membengkak dan hidungnya pun memerah. Ia berat untuk menerima kenyataan bahwa Neneknya sedang sakit parah di usianya yang renta.
Tidak lama kemudian, Bibi Syifa berteriak dari dalam memanggil dokter. Syifa terkejut dan langsung berlari ke ruang dokter untuk meminta bantuan.
Setelah dokter sampai di ruangan Nenek Syifa, dokter itu langsung memeriksa keadaan Nenek kesayangan Syifa itu. Dan seketika raut wajah dokter tersebut berubah.
Dokter mengatakan jika Nenek Syifa sudah meninggal dunia. Dokter langsung meminta izin pada Papa Syifa untuk mengurus lebih lanjut jenazah Nenek Syifa.
Syifa sekarang menangis di bahu Mamanya, sedangkan Bibinya sedang pergi bersama Papanya untuk mengurus semua yang diperlukan.
Syifa begitu terpukul dengan hal ini. Ia sangat menyayangi Neneknya itu, sudah cukup baginya kehilangan Kakeknya tiga tahun yang lalu.
Mamanya Syifa berusaha menenangkannya tapi tidak berhasil. Mamanya pun menyerahkan Syifa pada Rendy, karena Rendy biasanya mampu menghibur adik tercintanya itu.
"Ren, kamu bujuk Syifa biar ngga sedih lagi, ya. Mama mau nyusul Papa sama Bibi kamu. Mama tinggal sebentar, ya." pamit Mama Syifa pada Rendy.
Rendy hanya mengangguk menanggapi perkataan Mamanya itu. Ia langsung menghampiri Syifa yang masih terisak.
"Princess? Sini peluk Abang. Kamu boleh nangis di dada Abang, luapin dulu emosi kamu." ucap Rendy sembari mengelus kepala Syifa.
Syifa hanya diam dan menyenderkan kepalannya di dada bidang milik Rendy.
"Bang, memangnya harus ya Nenek pergi secepat ini? Kan baru aja Kakek yang pergi." ucap Syifa pelan sambil terisak.
"Princess, Nenek itu kangen sama Kakek. Memangnya kamu mau Nenek nahan kangennya terus? Ngga kan." balas Rendy menenangkan.
Syifa lagi-lagi diam. Dia masih sedih akan hal ini.
"Princess, kamu harus ikhlas. Kalo kamu nangis mulu, ntar Nenek ngga tenang perginya. Nenek bakal tenang kalo kamu berhenti nangis, udah yaa. Princessnya Abang kan kuat." ucap Rendy.
****
Jam menunjukkan pukul 11 malam, kini Syifa dan keluarganya sudah kembali ke hotel. Syifa pun telah tertidur pulas setelah puas meluapkan emosinya dengan menangis. Dia berhasil ditenangkan oleh Rendy.
Besok pagi, mereka harus mengurus pemakaman Nenek Syifa. Rendy telah mengatakan pada Syifa agar tak menangis lagi. Syifa pun telah berjanji pada Rendy jika dia akan kuat nantinya.
****
Pagi pun telah tiba. Syifa dan keluarganya baru saja memasuki area perumahan Bibinya Syifa. Semenjak kepergian Kakek Syifa, Neneknya bertempat tinggal di rumah Bibi Syifa. Meskipun rumahnya tidak sebesar milik Syifa, tapi sudah cukup untuk mereka. Alasan Syifa dan keluarganya di hotel itu karena jarak rumah Bibi ke rumah sakit sangat jauh. Jadi mereka memilih di hotel agar dekat dengan rumah sakit.
"Princess harus kuat." ucap Rendy memberi semangat pada Syifa.
Syifa hanya mengangguk lesu.
Setelah semua proses sebelum pemakaman dilakukan, kini mereka telah menuju tempat pemakaman yang tidak jauh dari area perumahan.
Kurang lebih dua jam lamanya untuk proses pemakaman jenazah Nenek Syifa. Setelah selesai, Syifa langsung berjongkok di dekat gundukan tanah tempat peristirahatan terakhir Neneknya itu. Dia meletakkan bunga Lily putih, bunga kesukaan Neneknya. Tak lupa pula dia membacakan yasin dan doa lainnya.
"Nek, Syifa bakal pulang ke Bandung hari ini. Makasih Nek udah ngajarin Syifa banyak hal. Syifa sayang banget sama Nenek. Kalo Syifa di Bandung nanti kangen pengen ketemu Nenek, Nenek harus datang ke mimpinya Syifa. Nek, satu jam setelah ini Syifa bakalan langsung pulang ke Bandung. Syifa bakal sering mampir ke sini deh, Nek. Udah ya, Nek. Mama, Papa, sama Bang Rendy udah nungguin Syifa. Assalamualaikum, Nek." ucap Syifa dengan mata memanas menahan air matanya.
****
Saat kembali ke hotel, kedua orang tua dan Abangnya langsung pergi ke restoran lagi. Syifa tak ingin ikut. Seperti biasa, ia hanya minta dibelikan untuk makan di rumah saja. Terlebih lagi, ia masih sangat sedih sekarang.
Tiba-tiba ponsel Syifa bergetar dan menunjukkan ada pesan masuk dari WA nya.
Maaf banget karena harus slow update. Kalo emang ada waktu, cerita bakal diusahakan update 1-2 kali dalam seminggu. Next chapter bakal ada chapter spesial ya. Mau tau? Rahasia dong wkwk. Pokoknya ikutin terus aja ceritanya kalo mau tau. See you.
-Silva
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Fall But Fly [Completed]
Dla nastolatkówAku pernah diterbangkan setinggi-tingginya. Tapi, aku juga pernah dijatuhkan sesakit-sakitnya. Apakah kamu juga akan begitu padaku?