Syifa dan yang lainnya bersiap untuk pergi jalan-jalan. Mereka telah memutuskan langsung berpisah nantinya usai jalan-jalan untuk mengurus berbagai kepentingan masing-masing.
Kurang lebih enam jam, mereka menghabiskan waktu bersama. Menikmati tiap detik yang bergulir. Bagi mereka, perpisahan ini harus dilewati dengan kebahagiaan.
Lima menit yang lalu, mereka telah tiba di sebuah restoran. Mereka memutuskan untuk makan siang, setelah itu mereka akan saling melepas dan berharap bisa bertemu di lain hari.
"Perhatian semuanya!" teriak Helen.
Mereka semua pun diam dan fokus memperhatikan apa yang akan Helen sampaikan.
"Oke makasih perhatiannya, gue terharu karena selama ini dia ngga perhatian sama gue." ucap Helen dramatis.
Semuanya pun mendengus sebal dan melanjutkan berbincang-bincang.
"Eh! Gue serius nih!" celetuk Helen kesal.
"Apasih, Hel?" sahut Deylin.
"Oke, jadi gini. Kita kan ngga mau perpisahan kita ada yang namanya tangisan, jadi siapapun yang nangis nanti ngga boleh datang saat reuni." jelas Helen dengan senyum miring.
"Eh apaan tuh? Ngga bisa gitu dong!" sela Dave cepat.
"Udahlah, Dave. Cara Helen bener aja sih, kalo gitu kan kita ngga mungkin mewek segala hari ini." jawab Anesh.
Akhirnya, semuanya pun setuju dengan usul Helen.
"Satu lagi, gue udah liat jadwal kita. Menurut gue, kita bisa ketemu tiap tahun dua kali. Itu kalo ngga ada halangan, tapi kita pasti bisa ketemu tiap tahun sekali." jelas Helen panjang lebar.
"Kalo itu kita semua udah pada tau kali, Hel." sahut Key datar.
"Udah udah! Ini udah waktunya kita kembali ke aktivitas kita. Kita ngga boleh nunda lagi kegiatan kita untuk masa depan." celetuk Syifa yang sedari tadi hanya diam.
Mereka semua pun saling mengucapkan salam perpisahan. Tak ada satupun yang menangis. Bahkan, perpisahan mereka tak terlihat seperti yang sering dilakukan oleh kebanyakan orang.
****
"Gimana acara perpisahan kalian?" tanya Mama Syifa pada anaknya itu.
Ya, Syifa dan Rey telah tiba di villa dan berkumpul bersama keluarga. Minggu depan, mereka akan pergi ke Inggris untuk melanjutkan studi. Itu sebabnya, acara keluarga ini diadakan. Ada hal penting dalam acara ini.
"Lancar kok, Ma." jawab Syifa sambil tersenyum mengingat acara tadi.
"Syukur deh, ah iya urusan mau ke Inggris udah siap semua?" tanya Mamanya lagi, kali ini pada Rey.
"Belum sih, Ma. Mungkin lusa nanti baru beres." jawab Rey sopan.
"Oh yaudah, kita makan malam dulu. Ayo!" ajak Mama.
Ketiganya pun pergi ke halaman depan villa. Di sana telah ada anggota keluarga lainnya yang telah berkumpul. Semuanya menyiapkan alat pemanggang, sofa, minuman, dan yang lainnya.
Ketika semua telah disiapkan, para laki-laki duduk untuk berbincang dan para perempuan sibuk menyajikan ayam yang telah dipanggang.
Sepuluh menit berlalu, kini mereka sedang menikmati makanan dengan suasana sejuk malam hari di villa serta hangatnya kebersamaan dua keluarga.
"Rey, kami mau masuk, kalian mau tetap di sini atau ikut masuk?" tanya Mama Syifa.
"Di sini aja, Ma. Itu bintangnya bagus banget, ya Rey?" celetuk Syifa bersemangat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Don't Fall But Fly [Completed]
Teen FictionAku pernah diterbangkan setinggi-tingginya. Tapi, aku juga pernah dijatuhkan sesakit-sakitnya. Apakah kamu juga akan begitu padaku?