Chapter 13

52 9 3
                                    

Delvin POV

Hari ini adalah hari terakhir Syifa di sini. Libur sekolah masih sisa dua minggu lagi.

"Gue harus jadiin hari ini kenangan indah buat lo, Syif. Gue ngga bakal ketemu lo lagi setelah ini." gumamku.

Aku berjalan dengan santai ke taman belakang villa.

Saat sampai di sana, aku melihat Syifa sedang duduk di bangku taman.

"Hoi!" ucapku padanya sambil menepuk bahunya dari belakang.

Dia menoleh. Tapi dia menangis? Ada apa?

Dia langsung dengan cepat memalingkan wajahnya serta menghapus air matanya.

"Eh, lo kenapa? Jangan bilang lo nangis gara-gara gue kagetin lo?" ucapku heran.

Syifa hanya menggeleng.

"Kita baikan sementara. Gue bakal dengerin curhat lo, lo wajib curhat sama gue." ucapku.

"Ngga, aku ngga ada masalah apapun." ucapnya sambil tersenyum kecut.

"Lo pasti ada masalah, cerita aja." ucapku meyakinkan.

"Nenek aku meninggal. Tadi pagi Papa baru dapat kabarnya." jawab Syifa meneteskan air mata.

Aku hanya diam menunggu ceritanya lebih lanjut.

"Aku sayang sama Nenek. Aku masih ngga nyangka aja bakal secepat ini. Padahal baru beberapa saat yang lalu aku ketemu Nenek." sambung Syifa.

Syifa mulai menangis terisak. Aku pun dengan refleks merangkulnya dan menaruh kepalanya pada dada bidangku. Aku tidak peduli dia marah atau tidak dengan sikapku sekarang. Tapi aku hanya bisa melakukan ini untuk menenangkannya.

"Udahlah, Syif. Nenek kamu ngga bakal tenang kalau kamu nangis terus. Tuhan sayang dia kok, Syif. Tuhan bakal jagain Nenek kamu. Kamu harus bisa bahagia, biar Nenek kamu ngga ikutan sedih di sana." ucapku menenangkan.

Syifa hanya mengangguk. Dia memelukku erat. Hangat. Itu yang ku rasakan. Gadis manis yang aku cinta ini sekarang memelukku. Mungkin ini untuk terakhir kalinya.

'I Love You, Syifa.' batinku.

"Syifa?" panggilku. Kini Syifa telah tenang.

"Iya, Vin?" sahutnya.

"Gue mau ngajak lo ke rumah pohon, lo mau?" ajakku.

Terlihat wajahnya langsung bersinar ceria, "Aku mau!" jawabnya cepat.

"Yaudah, kamu siap-siap aja dulu. Dandan yang cantik, ya. Aku tunggu di sini jam 7 malam" ucapku sambil tersenyum manis. Aku mencium sekilas keningnya. Lalu setelah itu aku beranjak pergi.

****

Syifa POV

Delvin mencium sekilas keningku. Setelah itu dia beranjak pergi meninggalkanku.

Entah karena apa aku tidak marah dengan perlakuannya tadi, rasanya nyaman saja berada di dekatnya.

'Aku harap perasaan aku nyata dan bukan ilusi. Aku juga berharap kamu ngga hanya khayalanku saja.'

Aku pun bergegas menuju kamar dan langsung bersiap. Aku dengan cepat menuju kamar mandi.

Selesai mandi, aku langsung mengobrak-abrik lemari untuk mencari baju yang paling bagus.

"Bukan ini!" ucapku dan seenaknya melemparkan baju ke sembarang tempat. Aku melakukannya berulang kali.

"Nah! Ini dia!" ucapku sumringah karena menemukan baju yang pas untuk malam ini.

Don't Fall But Fly [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang