Chapter 22

35 7 4
                                    

"Githa? Dia sudah mengetahui hal itu? Bagaimana bisa?" gumamku saat melihat pesan yang dikirim oleh Githa.

****

Pagi ini cerah seperti biasanya. Tapi, suasana hatiku benar-benar tak secerah pagi ini. Aku selalu saja terpikir bagaimana bisa Githa mengetahui semua hal itu.

"Syifa!" panggil seseorang dari belakangku.

Aku pun menoleh, "Key? Kenapa?" tanyaku.

"Gue manggil lo dari tadi, tapi lo baru respon sekarang." ucap Key dengan terengah-engah.

"Maaf, Key." jawabku singkat.

"Tumben lo ngga sama Rey?" tanyanya bingung.

Ah, Rey. "Aku berangkat duluan karena ada urusan bentar pagi ini." alibiku.

Bukan itu sebabku datang lebih awal ke sekolah dan tidak bersama Rey. Hanya saja, aku takut Rey akan bertanya mengapa sikapku berubah hari ini. Aku hanya menghindari hal itu mengingat bagaimana sifat Rey yang selalu saja mencemaskanku.

"Oh gitu. Gue ke kelas duluan ya, udah telat piket nih. Dahh!" ucap Key sembari berlari kecil mendahuluiku.

Aku pun melangkahkan kakiku. Bukan ke kelas, tetapi ke UKS. Aku sangat mengantuk sekarang, mungkin tidur beberapa saat bisa membuatku lebih baik. Toh, hari ini pun guru-guru sedang rapat jadi semua jam pelajaran dikosongkan.

****

Author POV

"Syifa mana?" tanya Jeje saat mereka semua sedang berkumpul di kantin.

"Ntah, tadi pagi sih gue ketemu di koridor. Tapi gue duluan ke kelas karena gue piket. Lalu gue ngga tau deh dia kemana." jelas Key ada teman-temannya.

"Dari tadi gue WhatsApp dia tapi ngga direspon." ucap Helen cemas.

"Gue juga udah coba hubungin ponselnya, tapi nihil juga." ucap Anesh.

"Key, tadi Syifa ada bilang sesuatu sama lo ngga?" tanya Deylin yang sedari tadi hanya diam menyimak.

"Dia cuma bilang kalo dia ada urusan pagi ini dan itu sebabnya dia ngga berangkat bareng Rey." jelas Key.

"Udahlah, palingan dia sama Rey." ucap Githa ketus.

"Gue kok ngerasa kalo belakangan ini itu lo ngga peduli sama Syifa, Git?" ucap Jeje heran.

"Apasih!" balas Githa kesal.

"Lo kenapa sih, Git? Ada masalah sama Syifa? Kalo iya, selesaikan baik-baik ngga bisa? Dia itu juga sahabat kita kan." ucap Anesh.

"Ngga! Dari awal gue emang penasaran sama sifatnya Syifa. Tapi makin ke sini, gue sadar kalo Syifa itu cuma manfaatin kita buat tempatnya menggantungkan diri. Kalian ngga sadar itu?!" ucap Githa sedikit keras pada teman-temannya.

"Githa cukup! Lo ngga boleh mikir kek gitu, dia itu sahabat kita!" ucap Deylin tak kalah keras.

"Hei! Kenapa kalian yang berantem sih!" lerai Helen.

Seisi kantin menatap bingung ke arah mereka. Tak biasanya mereka saling membentak seperti itu, terutama di tengah umum.

"Belain aja terus si munafik itu!" ucap Githa lalu beranjak pergi entah kemana.

"Githa kenapa jadi kek gitu?" tanya Jeje yang masih kaget dengan ucapan Githa barusan.

"Gue ngga tau." jawab Anesh.

"Syi... Syifa?" ucap Key terbata-bata sambil melihat ke arah depannya.

Anesh dan yang lain yang duduk membelakangi arah pandangan Key pun menoleh dan kaget. Mereka kaget mengetahui bahwa ada Syifa di sana dengan mata berkaca-kaca.

Don't Fall But Fly [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang