Chapter 21

38 8 1
                                    

Pagi ini seperti biasa aku berangkat ke sekolah bersama Rey. Sudah dua minggu ini Rey sekolah di tempat yang sama denganku. Menyenangkan sih, tapi aku masih tak mau bicara dengannya. Hanya saat ada perlu saja aku bicara padanya.

"Syif? Kok lo banyak diem sih sejak gue satu sekolah sama lo?" tanya Rey saat di perjalanan menuju sekolah.

'Kamu pikir aja sendiri!' batinku kesal.

"Syifa, jawab dong." ucap Rey.

Aku hanya diam.

"Princess, jawab lahh. Rey kan nanya." ucap Rey sambil memperlihatkan puppy eyes miliknya. Sial! Runtuh pertahananku, ck.

"Kamu tuh yaa, bisa-bisanya masang wajah melas kek gitu. Kalo imut sih ngga apa-apa, ini udah jelek jadi tambah jelek digituin! Dan lagi, nanya apa salahnya? Kamu tuh ngga jelasin ke aku kenapa kamu jadi ngomong pakai lo-gue? Masih ngga sadar salah kamu apa?!" ucapku panjang lebar dengan wajah kesal.

Rey diam. "Kok diam sih?! Aku udah ngomong, kamu malah diam." ucapku bertambah kesal.

"Ngga, kali aja lo mau ngomong lagi. Kan gue bisa dengerin dulu sampai habis cerpen lo." sahut Rey datar.

"Ish! Jangan bercanda kenapa sih?!" ucapku ketus.

"Iya, iya. Maaf ya, Princess. Gue ngomong kek gini karena menurut gue lebih nyaman kek gini. Lagipula, kita itu ngga pacaran. Jadi ya, lebih nyaman aja gitu pakai lo-gue." ucap Rey membuat dadaku sedikit... Sesak? Apa-apaan ini?

"Harusnya kan kamu jelasin dari awal ke aku, jadi aku ngga mogok ngomong ke kamu, Rey." ucapku sambil cemberut.

Tangan Rey menjulur mengusap puncak kepalaku, "Duh, manis banget sahabat gue. Maaf yaa, awalnya gue mau bercanda sama lo. Eh, lo malah marah. Maafin Rey ya, Princess." ucapnya lembut membuatku merasa nyaman.

'Boleh kalo kita lebih dari sahabat? Semakin hari perlakuanmu semakin membuatku nyaman, Rey. Aku hanya tidak ingin terjatuh lagi dan merusak hubungan baik kita. Biarkan hanya aku yang merasakan ini tanpa kamu tau.' batinku sembari tersenyum kecut.

"Cepet turun, kita udah nyampe dari tadi ini mahh." ucap Rey membuyarkan lamunanku.

"Eh... Eh... Iyaa." sahutku lalu turun.

Sepanjang koridor, Rey berjalan di sampingku dengan menggenggam tanganku erat. Hal ini membuatku menjadi sorotan. Semua mata tertuju pada kami saat kami melalui koridor. Dasar Rey!

Kami pun memasuki kelas.

"Eh, udah baikan nih yee?" ucap Helen dengan nada menggoda.

"Apaansih! Biasa aja kali." ketusku.

"Napa lo Syif? Muka lo kok merah gitu?" ucap Anesh. Sialan.

"Ngga. Panas aja suhunya." alibiku.

"Ini dingin loh, Syif. Ngga ada panas sedikitpun." sambung Githa. Mereka menyebalkan!

"Yaa... Itu kan bagi kalian, bagi aku ini masih panas." alibiku lagi.

"Lo kok gagap, Syif? Kenapa?" sambung Deylin lagi dengan polosnya.

"Ah, pertanyaan kalian itu unfaedah tau ngga! Nanya PR kek apa gitu yang bermanfaat. Malah nanya ginian." ucapku tak tahan dengan godaan mereka. Sedangkan Rey, dia sudah duduk di kursinya dan hanya terkekeh.

"Syifa mengalihkan pembicaraan, nih!" ucap Jeje. Kau menyebalkan juga, Je!

"Cieee, Syifa keknya salting deh." ucap Key sambil cekikikan.

"Kalian jangan godain Syifa terus, mampus ntar anak orang." ucap Rey sambil tertawa kecil.

"Aku dibully. Aku ke kantin aja deh." ucapku lalu beranjak pergi.

Don't Fall But Fly [Completed]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang