29

1.3K 172 14
                                    

Trigger Warning: Di sini ada cerita tentang infidelity (ketidaksetiaan), kalau misal nggak nyaman bacanya, bisa nunggu chapter selanjutnya di up aja yaa... Dan balik lagi, ini cuman fiksi, jangan dibuat alasan buat benci karakter antagonis di sini. Terima kasih, dan maaf banget udah bikin kalian nunggu selama ini.

...


Sore ini setelah rapat panitia DN selesai, Somi memilih untuk mampir sebentar di BlackPink  Cafe untuk menyegarkan pikirannya. Kini ia sedang menyeruput milkshake yang baru saja ia dapatkan.

Dengan malas ia men-scroll layar ponsel yang menampilkan media sosial Instagram miliknya.

Dan muncullah sebuah notifikasi dari unknown number mengganggu aktivitasnya melihat-lihat beranda IG.

Hai? Inget kan sama gue... Udah siap buat kejutan hari ini? Hahahahah

Begitulah bunyi pesan dari unknown number yang baru saja ia buka.

Somi mengernyit dan memutuskan untuk membalas chat itu karena penasaran.

Lo siapa?

Ga usah tahu ttg gue

Lah?

Kebetulan lo lagi di BP Cafe. Bentar lagi bkln ada surprise buat lo..

Kok lo tau gue ada disini?

Bkn urusan lo, mnding skrg lo siapin diri lo sndiri. Jgn nangis ya syg.. hahahha.

Cting!

Pintu kafe terbuka dan membuat Somi menoleh, ia serta-merta melihat pasangan muda-mudi yang baru saja memasuki kafe.

Somi menyipitkan matanya, merasa tak percaya dengan indra penglihatannya kali ini.

"Bukankah itu Kak Wooshin? Dia, dengan siapa?" ujar Somi lirih dan menutup mulutnya yang terbuka lebar.

Ponsel Somi bergetar tak lama setelah itu, membuat Somi bergegas mengambilnya dan membuka notifikasi dari unknown number yang ada.

Gimana? Udah tau kan kejutannya? So, gimana perasaan lo?

Somi mengedarkan pandangan ke sekeliling kafe dan ponselnya kembali bergetar.

Lo nyariin gue? Ga bakalan bisa, lo gak akan pernah tau siapa gue, wkwkwkwkwk. Mending lo urusin dulu deh PACAR lo itu..

Somi mendengus dan berdiri, ia berjalan mendekat ke arah pasangan muda-mudi yang baru saja masuk tadi.

"Kak," interupsinya membuat perbincangan muda-mudi itu terhenti. Tampak olehnya wajah tampan Wooshin yang terkejut akan kehadiran dirinya tepat di depan mata.

"Siapa, yang?"

"Ah, Tata... Aku mau ngomong dulu sama dia, ya?" izin Wooshin sembari menoleh pada perempuan yang semenjak tadi ia genggam tangannya.

"Teman kamu? Iya, jangan lama-lama ya sayang.." ujar Tata kalem yang justru membuat ubun-ubun Somi merasa mendidih saat itu juga.

Somi berbalik dan berjalan mendahului Wooshin, sampai akhirnya ia berhenti tepat di depan kafe.

Gadis cantik itu menatap Wooshin nanar.

"Siapa dia, kak?" tanya Somi tersendat.

"Somi, aku bisa jelasin. Ini nggak seperti yang kamu pikirin," ucap Wooshin sembari meraih tangan Somi, namun gadis itu menepis kasar tangan Wooshin.

"Tata sakit," jelas Wooshin.

Somi masih diam, menunggu kelanjutan penjelasan dari pemuda di depannya.

"Aku, aku diberi amanat agar menjaga dia. Dia jatuh cinta sama aku. Dan aku nggak bisa buat ninggalin dia, karena saat aku pergi darinya, ia bisa saja sakit dan akhirnya melakukan hal-hal yang bodoh.." ujar Wooshin lagi.

"Kalau lo udah tau tentang itu, kenapa lo masih mau macarin gue, Kak?" tanya Somi.

"Iya, maaf, itu salahku. Aku pikir ini semua akan baik-baik saja. Tapi ternyata .. nggak."

Somi mendecih, "lalu apa lo juga peduli kalau gue sakit dan ngelakuin hal-hal bodoh, hah?!" persetan dengan kesopanan. Hati Somi benar-benar sakit sekarang.

"Aku sayang kamu, tapi aku juga nggak bisa ngelepas Tata. Aku yakin kamu bisa bertindak dewasa, karena kamu pasti lebih kuat dari dia. Aku minta maaf,,," ujar Wooshin.

"Kita putus mulai sekarang," Somi kembali masuk ke dalam kafe untuk mengambil barang-barangnya, lalu ia keluar dan dengan sengaja menabrakkan diri dengan keras pada Wooshin.

Wooshin menyaut tangan Somi, menatap Somi lekat-lekat, "jaga diri, tetep jadi Somi yang dulu. Aku sayang kamu, maaf banget, Som.." ujar Wooshin sendu.

Somi menghela nafas, "Kakak juga," ujarnya singkat lalu menepis tangan Wooshin.

Dia berlari di sepanjang trotoar, tangannya secara reflek mengetikkan beberapa nomor yang ia hafal di luar kepala, nomor telepon Daehwi.

Namun telepon itu tak kunjung diangkat, sampai akhirnya Somi menabrak seseorang karena pandangannya semenjak tadi terfokus pada ponsel.

Somi mendongak, lalu menubrukkan diri pada tubuh di hadapannya itu. Ia sudah tak peduli dengan status yang ada di antara mereka, Somi hanya butuh seseorang yang bisa menemaninya saat ini.

"Kak Mark,," lirih Somi.

TBC

TTM | Lee DaehwiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang