23. Takdir

19.1K 2.4K 234
                                        

Jefri duduk termenung di ranjang rumah sakit. Dokter bilang dia mengalami kebutaan. Walaupun bisa di sembuhkan lewat jalan oprasi, tapi tetap saja harus menunggu donor mata tersedia. Dan itu tidak memakan waktu yang sebentar, bahkan bisa sampai bertahun-tahun.

Jefri juga tidak tahu akan menjadi seperti ini. Malam itu saat dia pergi, dia ingin tinggal di rumah Haikal untuk sementara waktu. Karena tidak mungkin untuk dia pulang ke kampung halamannya, dia tidak mau Bapaknya menjadi hawatir karena kepulangannya yang mendadak. Jadilah dia berniat untuk tinggal di rumah Haikal.

Tapi naas, saat dia hendak menyebrang jalan, dia tertabrak mobil yang melaju sangat cepat. Setelah itu dia tidak ingat apa-apa, yang dia tau, tubuhnya terpelanting dan semuanya menjadi gelap. Lalu setelah dia sadar sekarangpun semuanya tetap menjadi gelap. Dia gak bisa lihat apa-apa lagi.

"Aku mau tanya, sebenarnya apa yang terjadi malam itu?"
Tanya orang yang menolong Jefri

"Aku kecelakaan, ketabrak"
Jawab Jefri.

"Dan kamu di tinggal gitu aja tanpa pertanggung jawaban?"
Kesal dia

"Itu takdir, dan makasih udah nolongin aku mas, om. Eh aku bingung harus manggil apa?, apa kamu lebih tua dari aku?"
Tanya Jefri.

"Panggil aku Alex, sepertinya aku lebih tua dari kamu, tapi aku juga belum tua untuk di panggil om"

"Aku panggil Mas Alex aja kalo gitu"

"Terserah kamu aja"
Jefri manggut-manggut. Alex memperhatikan Jefri dengan seksama. Jefri memiliki wajah yang manis untuk ukuran lelaki, matanya juga indah, tapi sayang mata itu terlihat kosong, tidak ada kehidupan di dalamnya.

"Makanan kamu masih utuh, kenapa kamu gak makan?"
Tanya Alex.

"Aku kan gak bisa liat toh mas, nanti kalo aku salah masukin ke idung gimana?. Aku nungguin suster aja nanati"

Alex terkekeh. Jefri itu sosok yang kuat menurutnya. Walaupun dia gak bisa lihat, tapi dia tetap humoris dan berguyon riang.

"Biar aku aja yang suapin kamu"
Alex mengambil mangkuk bubur di nakas samping Jefri. Dan mulai menyuapi Jefri secara perlahan.

"Kamu punya keluarga yang bisa aku hubungin?"
Tanya Alex. Jefri diam. Dia menghentikan kunyahannya. Keluarga. Dia punya Bapak tapi jika Bapaknya tau keadaannya sekarang pasti Bapaknya akan sedih. Jefri gak mau Bapaknya aedih lagi. Cukup dengan kepergian ibunya saja beberpa belas tahun yang lalu Bapaknya merasakan kesedihan. Jefri gak mau Bapaknya sedih gara-gara dia. Dan jika dia pulang ke kosan, dia pasti akan merepotkan Arga dan Ical. Jefri gak mau jadi beban. Di tambah lagi pasti dia akan ketemu dengan Rama. Soal Rama jefri rindu dengan mas-mas Satu itu. Jefri ingin ketemu, tapi gak bisa. Jefri gak mau Rama makin menderita karena dia.

"Jef"
Alex menepuk pundak Jefri, karena sedari tadi Jefri hanya diam tidak menjawab pertanyaannya.

"Aku punya Bapak di kampung mas, tapi aku gak mau Bapak liat kondisi aku yang sekarang buta"
Ucap Jefri.

"Kalo mas bingung mau mulangin aku kemana, mas tinggal buang aku ke panti atau ke dinas sosial aja mas"
Lanjutnya.

"Untuk apa aku kirim kamu ke dinas sosial, kamu bukan pengemis. Kamu akan aku bawa pulang. Sampai mata kamu sembuh kamu akan tinggal di rumah aku"
Putus Alex. Bagaimanapun dia yang menolong Jefri di awala Jadi dia harus menolongnya sampai akhir juga.

"Mas mau nampung orang buta kaya aku?"

"Kamu gak buta Jef, kamu cuma gak bisa liat aja semetara"
Alex gak suka kalau Jefri menyebut dirinya sendiri sebagai orang buta. Jefri masih bisa lihat. Jefri masih bisa sembuh, jadi dia bukan orang buta.

BALADA ANAK KOSAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang