Mengembalikan kamu ke sisiku, memang tidak semudah mendapatkan kamu saat pertama kali. Ada rintangan dari semesta yang harus kulalui.
Tangan Aluna menggenggam sebuah kotak berisi kado untuk Rama. Ulang tahun adiknya sudah lewat seminggu yang lalu, namun gadis itu belum juga menyerahkan kado yang tempo hari ia beli bersama Zello. Aluna tahu, mungkin Rama akan kecewa karena ia tak menghadiri acara ulang tahun bocah yang saat ini genap berusia sepuluh tahun itu.
Gadis itu mengembuskan napasnya, melewati pagar bercat putih di depannya. Sebuah rumah bergaya Asian tampak di depannya. Aluna menggengam kado yang ia bawa lebih kencang, sudah lama kedua kakinya tidak menginjak halaman rumah ini. Mungkin tiga tahun yang lalu, terakhir kali ia mengunjungi rumah keluarga baru papinya. Rumah itu tampak khas, halamannya luas, tamannya terlihat segar, Aluna baru tahu saat ini taman di rumah itu telah berubah. Ada beberapa tanaman baru, ayunan dan sebuah seluncuran berwarna merah yang menghuni taman di pekarangan rumah itu.
Suara ketukan pintu terdengar, itu berasal dari tangan Aluna yang mengetuk pintu rumah papinya beberapa kali. Ia mengembuskan napasnya,mengetuk-etukkan sepatunya di muka lantai, sembari menunggu pintu jati yang diberi plitur kayu itu dibuka oleh si tuan rumah.
"Mbak?" suara Jani memenuhi indra pendengaran Aluna.
Jani adalah anak dari Mama Diah dengan almarhum suami pertamanya, hanya terpaut dua tahun dari Aluna. Saat ini, Jani kelas dua belas. Ia telah tumbuh dengan baik. Tubuhnya lebih tinggi dari Aluna, mungkin pengaruh gen dari Mama Diah yang memang bertubuh tinggi.
"Rama ada?" tanya Aluna langsung, karena memang tujuannya bertamu adalah untuk Rama.
"Ada Mbak, masuk aja."
Aluna mengangguk sekilas dan masuk ke dalam rumah itu. ia duduk di atas kursi kayu yang ada di ruang tamu.
"Aku panggil Rama dulu, Mbak."
"Yah."
Jani masuk ke dalam rumah, sementara Aluna sibuk mengamati bingkai foto keluarga yang terpasang jelas di dinding rumah itu. ada papinya, Mama Diah, Rama dan Jani di sana. Mata Aluan memejam, ia membayangkan kapan sekiranya bisa foto seperti itu dengan papi dan maminya? Mati-matian gadis itu menahan air matanya. Tidak ada yang harus disesali dari perpisahan kedua orang tuanya, semua telah terjadi, tidak akan ada yang mampu mengembalikannya menjadi utuh seperti dulu. Papinya telah bahagia dengan kehidupannya selama ini, begitu pula maminya.
"Lun..."
"Eh, Ma?"
Aluna berdiri saat mendengar suara Diah memanggilnya. Gadis itu beranjak, menyalami Diah—istri papi, ibu tirinya.
"Kamu kok baru dateng?"
"Emh iya, Ma. Sibuk di kampus. Maaf ya, Ma."
"Nggak papa, Sayang. Mama ngerti kok."
"Mbak Alunaaaaa..."
Teriakan Rama dari arah belakang Diah membuat Aluna terseyum lebar, bocah itu menghampirinya dengan binar bahagia di kedua matanya. Rama menengadahkan tangannya di depan Aluna.
"Kado..."
"Itu di meja, salam dulu sama Mbak dong, masa nagih kado dulu," ucap Aluna pura-pura kesal pada Rama. Bocah itu malah tertawa dengan gigi-gigi besarnya—khas anak kecil.
"Asikkk, kado....aku buka ya, Mbak?"
Aluna mengangguk saat Rama menghampiri kadonya dan mulai membuka kado yang ia bawakan. Rama membuka dengan tidak sabaran, jari-jemarinya begitu lincah menyobek bungkus kado bergambar kartun itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
So I Love My Ex
General FictionSeries Campus 2 Bersahabat dengan mantannya mantan pacar? Why not? Berada dalam satu organisasi dengan mantan dan dia adalah ketua departemen tempatmu menjadi pengurus? Uh tunggu, itu enggak baik buat cewek yang sedang dalam upaya untuk move on. ...