Ketua Departemen Infokom

127K 13.4K 817
                                    

Ada setitik kenangan yang pada akhirnya melahirkan rindu luar biasa

***
"Jadi, departemen lo kebagian sepuluh anggota, Zel. Ntar lo oprek sepuluh anggota, jangan lebih, jangan kurang. Inget cari anggota yang bisa ngomong, karena departemen lo bakal banyak kegiatan yang mengharuskan buat kenal banyak orang," kata Aldo--ketua BEM F di Fakultas Bahasa dan Seni.

"Oke, Do."

Aldo membuang napasnya. "Gue masih nggak habis pikir, lo itu anak dari mantan Pres BEM, kemampuan lo juga mumpuni, kenapa lo nggak nyalon jadi Pres BEM aja sih? Malah ngambil jabatan rendah kayak gini, Zel?"

"Gue belum cukup pengalaman, Do. Lo jangan ngedesak gue kayak yang dilakuin anak-anak lain."

Aldo mendengus, "sekarang lo bisa menghindar, tapi gue yakin, pemira tahun depan, bakal ada asosiasi kampus yang ngedesak lo buat ikutan pemira."

Zello mengangkat kedua bahunya. Ia tak peduli. Baginya, jabatannya sebagai ketua departemen informasi dan komunikasi BEM F saat ini sudah lebih dari cukup menyita waktunya, jika suatu saat mereka memintanya untuk maju dalam pemilu raya, ia harus banyak berpikir ulang untuk hal itu.

Sampai satu pesan di ponselnya membuat fokusnya kembali. Zello meminta izin pada Aldo untuk segera meninggalkan ruang rapat di ormawa sambil membuka ponsel berlogo apel tergigit itu.

Andira Rose A: pekerjaan pertamamu, ada beberapa naskah yang harus kamu cek, sudah aku kirim ke emailmu, brother. Silakan kamu cek. 😊 good luck, My Bear.

Arzello Wisnu P: thanks, My Andira ❤️

Laki-laki itu tersenyum sembari membuka emailnya yang terkoneksi ke ponsel itu. Andira adalah sepupunya yang berprofesi sebagai kepala editor di perusahaan penerbitan milik papanya. Andira--perempuan keturunan Skotlandia itu sudah tinggal di Indonesia sejak kematian ayahnya lima belas tahun yang lalu, saat itu Zello baru berusia empat tahun dan Andira berusia delapan tahun.

Sejak itu pula Jiver--papanya membawa Andira tinggal di Indonesia atas permintaan Cecelia--ibunya, serta almarhum papanya--Arion, dan membiarkan Cecelia hidup seorang diri di Skotlandia, sampai tiga tahun kemudian Cecelia memutuskan untuk menikah dengan sahabat masa kecilnya. Dan, baru dua tahun lalu Andira tinggal seorang diri apartemen dekat kantor untuk memudahkan pekerjaannya.

"Ntar malem ngopi, bahas tes wawancara besok, gue tunggu di warung biasa," kata Ahmed--laki-laki keturunan Pakistan yang Zello juluki Onta cerewet.

"Hmmm."
"Lo sakit gigi menahun ya? Atau mulut lo kesumpelan kaca? Ngomong aja ham hem ham hem, giliran ketemu cewek aja lo manis, cuih lo."

Ahmed mencibir, membuat Zello tergelak. See, temannya itu memang cerewet, apalagi dengan wajah memerahnya ketika marah-marah, dia benar-benar seorang Timur Tengah.

"Gue pergi."

Zello berlalu begitu saja meninggalkan Ahmed yang sibuk menyumpah serapahi dirinya. Laki-laki itu memilih untuk segera pulang dan mengecek beberapa naskah yang dikirim oleh Andira.

***

Mungkin Zello tidak jadi pulang, ia mampir ke sebuah kedai kopi yang lokasinya dekat dengan kampus. Laki-laki itu mulai membuka laptop dan menemukan beberapa email dari Andira. Ia mengerutkan keningnya, tampak meneliti satu per satu naskah yang baru masuk. Hingga matanya fokus pada sebuah naskah dengan judul Ex Circle.

Zello membaca sinopsis naskah itu dengan saksama, membaca bab awal dari naskah tersebut. Dahinya mengerut berkali-kali ketika dia mencermati sinopsis naskah yang sedang ia baca.

So I Love My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang