Jungkir Balik Hati Aluna(2)

111K 13.7K 420
                                    

Dan, ketika aku berbalik, aku sadar, kamu tak lagi menungguku untuk pulang.

***

Aluna terlihat menguap beberapa kali saat acara seminar berlangsung. Kepala editor dari salah satu penerbit yang menjadi narasumber di acara itu tampak sedang menjelaskan sesuatu mengenai minat baca di Indonesia, tapi Aluna tidak menyimak sama sekali. Ia dilanda mengantuk luar biasa, setelah malam tadi begadang mengerjakan tugas dan merevisi novelnya.

"Kamu mengantuk?" Tanya Zello, Aluna yang tadi memejamkan matanya, lantas membuka kedua matanya lebar-lebar, mengarahkan pandangannya pada Zello.
"Emh, iya."

Zello merogoh sesuatu dari saku jas almamaternya, tampak dua buah permen kopi merk terkenal ada di tangan laki-laki itu.

"Biar nggak ngantuk," kata Zello, Aluna terperangah.

Tak mendapat respons dari Aluna membuat Zello membuka salah satu bungkus permen itu, lalu menyodorkannya tepat di depan mulut Aluna.

"Buka mulutmu!"

Seperti kerbau yang dicucuk hidungnya, Aluna hanya mengikuti perintah laki-laki itu dan membuka mulutnya, sehingga Zello bisa memasukkan permen itu ke dalam mulut Aluna.

"Ma-makasih."
"Emh."

Zello lalu membuka bungkus permen yang lain, sebelum memasukkan permen kopi itu ke dalam mulutnya. Dan, pergerakan Zello tadi tidak luput dari perhatian Aluna, gadis itu sibuk bertanya dalam hatinya. Apa yang terjadi pada Zello? Mengapa ia mirip dispenser yang kadang dingin kadang panas.

***

Usai menghabiskan dua jam di acara seminar itu, Zello tak langsung mengantarkannya ke kampus lagi. Laki-laki itu mengajaknya pergi ke toko buku yang juga menjual kertas HVS, Zello bilang kertas HVS untuk menge-print yang tersedia di ormawa telah habis, dan Zello memintanya untuk menemani membeli dua rim kertas HVS di toko buku.

"Aku akan melihat-lihat novel sebentar," kata Zello. Aluna hanya melihatnya tanpa menjawab, ia mengamati Zello berjalan ke jajaran rak novel, di mana banyak novel sastra berjubel di sana. Zello masih sama seperti dulu, laki-laki itu hobi mengoleksi buku-buku sastra, ketimbang novel roman picisan yang biasanya Aluna baca. Dia dan Zello adalah dua kutub yang berseberangan.

Seakan tersadar, Aluna melangkahkan kakinya menuju rak new arrival dan rak recomended, melihat koleksi terbaru novel di sana. Ia mengamati satu per satu novel yang tertera di sana, ada beberapa novel yang merupakan keluaran dari Equalife Publishing--penerbitnya. Aluna membuka beberapa novel yang sudah terbuka, berharap menemukan nama Wisnu di sana, namun sepanjang ia mencari nama editornya itu, Aluna tak mendapati satu pun nama Wisnu, hingga sekitar lima novel yang ia lihat. Hanya ada nama Andira, Citra dan Berta yang tertera sebagai nama editor di halaman pembuka novel. Oh, ia mulai berpikir, mungkin saja Wisnu itu editor baru.

"Mau cari novel apa?"

Seseorang membuatnya tersentak, Aluna melihat sosok seniornya di BEM F yang bernama Denis--ia satu jurusan dengan Zello.

"Mas Denis?"
"Yaaa, sendirian?"

Aluna menggeleng, ia tersenyum pada Denis. Laki-laki berkemeja biru muda itu tampak memegang sebuah buku kumpulan puisi milik salah satu pengarang kenamaan.

"Sama siapa?"
"Oh tadi sama Zello, lagi nyari kertas HVS buat persediaan Ormawa. Mas Denis lagi nyari buku, ya?"
"Emh, untuk tugas."
"Oh, suka sama puisi, Mas?" Tanya Aluna basa-basi ketika ia melihat Denis membawa buku kumpulan puisi.
"Ya, begitulah."

"Lun, ayo," kata Zello, menyentakkan Aluna. Gadis itu memandang Zello yang tampak membawa beberapa buku di tangannya.
"Loh, Den. Di sini?"
"Yoi, lagi nyari buku buat tugas besok senin," jawab Denis, Zello manggut-manggut.
"Gue duluan ya, Mas," pamit Aluna pada Denis, ia mengikuti langkah Zello menuju kasir, membayar belanjaan mereka dengan Aluna yang belum sempat memilih satu pun novel yang tadi ia lihat. Ia berjanji, nanti akan menyeret Davika ke toko buku, kebetulan stok novelnya sudah habis.

So I Love My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang