Tidak ada yang abadi, termasuk kita. Perpisahan bukanlah akhir, mungkin saja ia hanya sekat tipis yang akan hancur saat semesta menghendaki kita kembali lagi.
"Bang, lo itu ngapain dari tadi bolak-balik ngecek HP? Sampe nggak konsen lihat pertandingan," kata Arsyad saat ia melihat Zello sedang gusar.
"Nggak."
Arsyad mendengus, ia paham sekarang, Zello pasti rindu dengan pacarnya. Laki-laki itu mengambil ponsel Zello, membuka lock di layar ponselnya—Zello tidak pernah memakai sandi di ponselnya—lalu mencari kontak ponsel milik Aluna.
"Lo mau apa? balikin ponsel gue!"
Arsyad terkekeh geli, ia masih sibuk mencari kontak Aluna di sana.
"My Luna, haha?" goda Arsyad saat melihat kontak nama Aluna di ponsel Zello.
"Sialan. Sini balikin!"
Arsyad memberi isyarat Zello untuk diam, sementara ia masih melancarkan aksinya mengobrak-abrik ponsel Zello.
"Kalau cuma lo chat lewat LINE, dia bakal tetep diem. Makanya, peka sama cewek, ini telepon. Udah gue sambungin," ucap Arsyad, sambil menyerahkan ponsel itu pada Zello. Ia sibuk lagi menonton pertandingan La Liga, Barcelona vs Malaga yang ditayangkan malam hari.
"Lo gila? Ini udah malam."
"Halah udahlah, itu udah diangkat."
Zello melotot, ia beranjak meninggalkan Arsyad yang sibuk menatap layar televisi di depannya. Laki-laki itu berjalan ke arah teras, ia buka pintu rumahnya dan duduk di atas kursi rotan yang ada di teras rumah. Udara malam langsung menyambutnya saat ia memutuskan duduk di sana.
"Kenapa, Zell?"
Dahi Zello mengerut saat ia mendengar nada suara Aluna yang serak, ditambah ini sudah terlalu malam untuk Aluna yang masih terjaga.
"Aku ganggu tidurmu ya?"
"Nggak, kok. Belum tidur."
"Kenapa belum tidur?"
"Hah, nggak papa. Emang belum tidur aja. Kamu sendiri?"
"Lagi nonton bola sama Arsyad."
"Oh, udah dulu ya. Aku ngantuk."
Tutt...tuttt..
Sambungan telepon diputus Aluna begitu saja, membuat Zello heran. Ia menghela napasnya, tak bisa menebak Aluna dan segala perubahan mood gadis itu. Aluna kadang menjadi gadis yang mudah ditebak, namun lebih sering ia menjadi sosok misterius yang menyembunyikan banyak hal dari Zello.
Zello beranjak dari teras. Ia kembali ke dalam rumah dan menghabiskan sisa pertandingan yang sudah masuk babak kedua itu. Tapi, ia memang tidak bisa terlihat baik-baik saja, manakala rindu datang tanpa aba-aba dan menyiksanya tanpa iba.
***
Aluna tertegun memandangi ponselnya, beberapa hari ini ia memang tidak sempat menghubungi Zello. Sibuk mengurus maminya membuatnya lupa banyak hal. Keadaan sang mami setiap hari semakin parah. Sejak kedatangannya ke Surabaya, lagi-lagi ia dikagetkan fakta tentang maminya. Menerima fakta bahwa sang mami mengidap tumor payudara bukanlah hal mudah baginya, terlebih maminya telah menyembunyikan hal itu sekian tahun lamanya, membuat Aluna merasa seperti anak tidak berguna, karena tidak ada disaat maminya butuh. Dan, alasan penyakit lambung yang dulu pernah diutarakan maminya, adalah alibi sang mami untuk menyembunyikan penyakit sebenarnya. Ia ingat percakapan mereka beberapa hari lalu, saat pertama kali Aluna mengetahui hal sebenarnya dari Fandy.
KAMU SEDANG MEMBACA
So I Love My Ex
General FictionSeries Campus 2 Bersahabat dengan mantannya mantan pacar? Why not? Berada dalam satu organisasi dengan mantan dan dia adalah ketua departemen tempatmu menjadi pengurus? Uh tunggu, itu enggak baik buat cewek yang sedang dalam upaya untuk move on. ...