Believe Me

95.3K 11.3K 339
                                    

Dear guys, lama ya? maaf deh, lagi banyak tugas beneran. Dan mau cerita ini, aku lagi kesel karena ada yang menyamai ide cerita So I Marry A Senior bhaks, ada yang mau coba buat Jiver versi lain. Huhu it's hurt me, tapi nggak papalah, Anggap saja dia fans. Eak dah. Luka seorang penulis itu saat karyanya dijiplak tapi dia nggak bisa ngapa-ngapain. Aku mau jadi orang baik, engga mau bikin hebih sebenarnya, cuma mau minta dukungan aja sama kalian, supaya aku nggak down dan nggak ngelanjutin cerita ini. Huhu, semoga bisa lanjut sampai akhir ya guys, terima kasih sudah mendukungku, jangan mengkhianatiku yak wkwk.

salam damai dari bumi orange.

ig squad: aristavee, arzello.prakarsa, aluna_dewi, seriescampus.ofc

***

Jangan menjaminkan kebahagiaan dengan nama selamanya, jika pada akhirnya kita harus kembali berkubang pada luka.

Ahmed sibuk dengan ponselnya, Aldo dengan kopi hitam dan Zello sibuk tersenyum menatap foto Aluna. Mereka sedang ada di Ormawa, usai membahas program kerja Departemen Dalam Negeri, di mana Ahmed yang menjadi ketua departemennya. Mereka sedang membahas Ospek Fakultas yang akan segera dilaksanakan setelah mahasiswa baru masuk.

"Nggak ada Lio, sepi," ucap Ahmed, setelah ia bosan bermain dengan ponselnya. Ia letakkan ponsel itu di atas karpet, menyadarkan tubuhnya yang dibalut kemeja merah pada bilik pembatas.

"Dia apa kabar ya?" Ahmed mengimbuhi.

"Dia pasti baik, ini udah sebulan, semoga saja dia nggak lama di sana," ucap Zello, mengalihkan pandangannya dari foto Aluna di ponsel.

"Apa dia bakalan bener-bener sembuh?"

Aldo menghela napasnya, mendengar ucapan Ahmed. Diteguknya sisa kopi yang ada hingga tandas, ia lihat Ahmed sekilas, sebelum beranjak mencari remote televisi dan menyalakannya, menampilkan sebuah berita penangkapan Presiden BEM dari kampus lain, yang sedang hangat diperbincangkan di kalangan mahasiswa.

"Lio bakal bener-bener sembuh kalau lingkungannya baik dan manu nerima dia lagi, tugas kita buat selalu dukung dia," ucap Aldo, matanya masih tak lepas dari layar televisi yang menayangkan berita.

"Mending lo belajar, Med. Senin depan kita UAS, habis itu kita bakalan sibuk ngurus Ospek," ujar Zello.

Ahmed mengangguk pelan, "belajar nggak belajar percuma, Zell. Lo kan tahu gue selalu nyari contekan kalau ujian." Ahmed terkekeh, Zello menatapnya malas.

"Kalau lo begini terus, kuliah lo bakalan molor sampe 14 semester. Mau lo, jadi mahasiswa abadi?"

Ahmed berhenti terkekeh, matanya melotot tajam pada Zello, mata bulat dan besar khas keturunan Timur Tengah.

"Sekata lo, tuh mulut lo, ya kali mahasiswa abadi."

"Hahaha..."

Aldo tertawa, ia lalu merebahkan tubuhnya di atas karpet hijau di Ormawa. Matanya terpejam sejenak, seperti mengingat sesuatu. Saat matanya kembali terbuka, pandangannya jatuh pada sosok Zello.

"Lo siap kan, Zell?"

Ia berkata tiba-tiba, membuat dahi Zello mengerut. "Apanya?"

"Jadi Pres BEM," kata Aldo.

Zello membuang napasnya, ia berdiri, menepuk-nepuk bajunya yang agak kusut. Ia simpan ponselnya di kantong celana, melihat sekilas pada Ahmed dan Aldo.

"Kita lihat nanti," pungkasnya sebelum pergi, ia tak peduli ketika Ahmed memanggilnya untuk tetap diam. Zello melangkahkan kakinya, menuju jurusan seni rupa, di mana Aluna sedang sibuk dengan tugas akhirnya.

So I Love My ExTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang