Bab 4

13.1K 799 28
                                    

"Assalamualaikum," mendengar salam dari seseorang membuat Cahaya, Talita, Bella serta Gracia memutar kepala ke arah sumber suara yang memberi salam kepada mereka. Melihat si pemberi salam, otomatis mereka langsung bangkit dari bangku.

"Waalaikumsalam pak," jawab mereka dengan bersamaan kecuali Gracia. Keempatnya kebingungan dan bertanya tanya, kenapa sang dosen menghampiri mereka. Tidak dengan tangan kosong pula.

"Ada apa yah pak?" tanya Gracia dengan mencoel lengan Cahaya. Cahaya hanya melotot ke arah Gracia. Sempat-sempatnya temannya itu menggoda dirinya.

Anugrah tak langsung menjawab pertanyaan Gracia. Ada seberkas keraguan dihatinya. Apakah yang ia lakukan ini benar? Pikirnya. Namun,  saat ia melirik Cahaya sekilas, keraguannya lenyap.

Ia mengembuskan napasnya.

"Saya pinjem Cahaya dulu. Boleh?"

Mendengar ucapan Anugrah, tentu membuat keempatnya terkejut. Terutama Cahaya.  Jantung gadis itu langsung berdebar debar. Dan juga ada rasa hangat yang merayap di hatinya. Saat Anugrah hendak meminjamnya.

Dan timbullah pertanyaan-pertanyaan dibenaknya. Untuk apa Anugrah memijamku? Apa mau melamar aku? Pikir Cahaya yang sudah kejauhan.

"Jadi boleh saya pinjem dia sebentar?" tanya Anugrah lagi kepada anak didiknya. Yang sedari tadi tak merespon dirinya.

"Eh, iyah. Boleh. Jangankan dipinjem. Bapak minta juga boleh kok! Tapi kudu dinikahi!" kata Talita bergurau.

"Ya udah, yuk Cahaya!" ajak Anugrah yang berjalan dahulu.

"Ii... iya Pak," Cahaya langsung melangkahkan kakinya untuk mengikuti Anugrah..

Melihat Anugrah berhenti, membuat Cahaya berhenti juga. Jarak mereka tak jauh dari teman-teman Cahaya tadi.

Jika dihitung-hitung, hanya berjarak 7 langkah saja.

"Ada apa yah Pak?" tanya Cahaya dengan perasaan campur aduk. Kepalanya pun menunduk tak sanggup melihat wajah Anugrah.

Bukan jawaban, Anugrah memberikan sesuatu kepada Cahaya.

Dahi Cahaya bergelombang. "Apa ini Pak?" tanyanya bingung.

"Itu jilbab. Kamu pakai.  Dari pada kamu pakai mukena, saya rasa kurang nyaman. Lagian mukena di mesjid jadi berkurang. Pakailah. Saya gak tahu kamu suka atau tidak tapi tolong di hargai." ucap Anugrah.

Blush. Kedua pipi Cahaya merona merah. Hatinya langsung berbunga bunga. Mendapatkan jilbab dari Anugrah.

Ya Allah, Ya Rabbi. Gimana aku gak jatuh hati pada beliau. Pak Anugrah perhatian banget sih bikin aku meleleh.

"Ma ... ma ... makkaaa ... sih Pak, besok saya pulangkan ini jilbab,"

"Gak usah. Itu untuk kamu. Emh ya sudah saya jalan duluan yah. Di simpan baik-baik," pesan Anugrah kepada Cahaya.

"Assalamualaikum," Anugrah memberi salam dengan diakhiri senyuman.

"Waalaikumsalam," balas Cahaya dengan hati Cahaya meledak ledak saat melihat senyuman Anugrah yang begitu menawan. Bahagia menyelimuti dadanya.

Anugrah pun pergi meninggalkan Cahaya dengan sebuah jilbab berwarna merah. Cahaya langsung mendekap jilbab yang masih di dalam plastik. Matanya menatap punggung Anugrah dengan senyuman merekah.

"Ada hikmah disetiap kejadian. Ya Allah, pak Anugrah calon imam masa depanku. Aku tak akan pernah lelah memintamu menjadi imamku. Karena hatiku sudah tertawan oleh iman dan senyuman yang menawan. Ya rabb, jangan marah ya Rabb. Jika aku terus terusan meminta agar pak Anugrah menjadi imamku," desis Cahaya tanpa sadar

Melihat Anugrah yang sudah pergi meninggalkan Cahaya. Buru-buru ketiga temannya menghampiri Cahaya. Tentu saja mereka rasa penasaran.

"Ay, pak Anugrah ngasih apa?" tanya Talita yang penasaran sekali.

"Iya Ay. Dia ngasi apaan?" Bella ikut-ikutan bertanya. Namun, Cahaya masih diam saja.

"Dia ngasi surat undangan pernikahan yah? Pak Anugrah mau nikah? "

Mendengar ucapan Gracia, kedua mata Cahaya melotot. "Sembarangan! Pak Anugrah itu jodoh gue! Jadi nikahnya sama gue!" respon Cahaya dengan berapi api.

"Makanya, dijawab dong! Tadi pak Anugrah ngapain?" Talita bertanya lagi.

"Mau tau aja...." kata Cahaya yang langsung meninggalkan ketiga temannya dengan perasaan dongkol.

Sedangkan Cahaya. Rasanya hari ini hari yang paling indah disepanjang hidupnya. Ia berjalan dengan riangnya. Senyumnya mengembang sambil mendekap jilbab itu.

💕💕💕

Cahaya hendak masuk ke dalam kamar mandi. Namun, langkahnya terhenti kala ada Fanny dan Syla di depan pintu kamar mandi. Fanny, Syla, Rena menghadang jalan Cahaya

"Permisi, gue mau lewat!" kata Cahaya kepada kedua temannya itu.

Cahaya menggigit bibir bawahnya sendiri melihat Fanny, Syla dan Rena memasang wajah sinis.

"Permisi, Fan, Sy, Ren .... eh apa-apaan ini?" protes Cahaya saat Fanny tiba-tiba merebut jilbab dari dekapannya.

"Syl, Ren, lo bantui. Tarik tangannya biar lepas!" titah Fanny kepada Syla yang diangguki kedua gadis itu. Ia menarik tangan kanan Cahaya agar melepaskan jilbab itu. Tak butuh waktu lama untuk mengambil jilbab itu dari Cahaya.

Fanny, Syla dan Rena tersenyum lebar.

"Syl, Ren, pegangi itu badannya!" lagi lagi Syla dan Rena menuruti perkataan Fanny. Keduanya menahan tubuh Cahaya, membuat Cahaya tak bisa bergerak.

"Astagfirullah... apa yang mau kalian?" tanya Cahaya dengan suara bergetar menahan tangis.

Fanny mengambil gunting dari dalam tasnya. "Ini," ucapnya sambil menggunting jilbab pemberian Anugrah. Fanny menggunting jilbab itu dengan brutal.

"Jangan Fan," ucapnya. Tubuhnya meronta ronta agar Syla dan Rena melepaskan dirinya. Namun, tenaganya kalah dengan tenaga kedua gadis itu yang memegang kedua tangannya.

Selesai menggunting jilbab pemberian Anugrah, Fanny tertawa terbahak bahak. "Rasain! Ganjen!" cibir Fanny yang langsung pergi tanpa rasa belas kasihan kepada Cahaya. Syla dan Rena pun melepaskan Cahaya.

Cahaya langsung mengutip jilbab yang sudah digunting-gunting Fanny. Cahaya menahan air matanya agar tidak tumpah. .

"Ya Rabb," adunya pada sang pecipta melihat jilbab itu yang sudah menjadi serpihan serpihan kain .

Alvin tersenyum puas melihat adegan tadi. Ia mengusap dagunya. Merapikan rambutnya lalu berjalan menghampiri Cahaya.

"Cahaya?"

"Al... Alvin," Cahaya terkejut melihat kedatangan Alvin.

"Lo kenapa?"  tanya Alvin berpura pura.

"Ini Al, jilbab gue..." Cahaya menggantung ucapannya sambil menatap nanar jilbabnya.

"Tadi gue liat lo pake mukena. Trus gue ke toko jilbab. Beliin lo jilbab. Ini dipakai yah." Alvin meletakkan totebag berisi jilbab buat Cahaya. Belum lagi Cahaya membalas ucapan Alvin. Alvin segera meninggalkan Cahaya. Dengan senyuman licik.

Anugrah Cahaya Langit [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang