Azan subuh belum berkumandang. Namun, Anugrah sudah bangun. Dan kini ia tengah bersiap, untuk mengerjakan sholat subuh di mesjid. Anugrah memilih baju kokoh berwarna biru dongker, untuk ia kenakan pagi ini. Dipadu dengan sarung bermotif kotak-kotak. Lantas, ketika pakain koko dan sarung sudah melekat di tubuhnya, Anugrah menyisir rambutnya ke belakang, lalu memakai pecinya.
Sebelum ia keluar dari kamarnya, Anugrah memerhatikan dirinya dari cermin. Ia menatap dirinya dari atas kepala sampai ujung kakinya.
Setelah dirinya memastikan penampilannya, Anugrah langsung ke luar kamar. Saat ia berada di depan kamarnya, ia menatap lantai dua. Dimana kamar Langit berada.
Biasanya, ia akan membangunkan adiknya untuk sholat berjamaah di mesjid. Namun, Langit selalu menolak. Dengan beragam alasan.
Namun, kali ini ia tidak lagi mau mengajak Langit untuk subuh berjamaah. Karena ia sudah tidak terlalu peduli lagi dengan sang adik.
Ia kecewa dengan Langit. Dan rasa kecewa itu membuat Anugrah tidak terlalu peduli dengan Langit. Namun, Anugrah tetap mendo'akan Langit agar berubah menjadi lebih baik lagi.🍃🍃🍃
Langit membuka kelopak matanya. Manik matanya yang berwarna coklat miliknya menatap langit-langit kamarnya. Setelah bangun dari tidurnya, ia tak langsung bergegas turun dari ranjang. Itu adalah salah satu kebiasaan Langit. Yang tak langsung turun kasur. Ia berdiam sambil menatap langit-langit kamar, untuk mengumpulkan nyawanya yang belum kumpul.
Butuh lima belas menit, baru Langit menyibakkan selimut yang membungkus tubuhnya. Tak langsung turun dari kasur, ia malah meraba tubuhnya. Ia menghela napas lega.
Rasa sakit disekujur tubuhnya sudah berkurang. Rasa sakit itu hilang, setelah ia tidur dengan sedikit waktu tambahan.
Langit segera turun dari kasur, dan menggeser gorden jendela kamarnya. Langsung saja, sinar matahari yang panas menyerbu Langit. Langit menghalau sinar matahari dengan telapak tangannya.
"Kok panas sekali pagi ini?" Namun ia terpekik saat melirik jam di dinding. "Sudah jam satu? Uda siang ternyata. Pantas panas!" gumamnya yang baru tersadar.
Langit menggaruk garuk kepalanya belakangnya sambil berjalan keluar kamarnya.
Lagi lagi Langit terpekik melihat Dimas yang berada di depan kamarnya.
"Aduhh Dim! Ngapain lu berdiri di depan kamar gue?"
Dimas hanya nyengir. "Nunggu Bapak,"
"Sejak kapan?"
"Jam sepuluh pagi," beritahu Dimas.
Langit membulatkan matanya mendengarkan ucapan Dimas. "Kenapa lu gak banguni gue?"
"Sudah Pak. Tapi Bapak sepertinya lagi latihan mati. Jadi saya manggil-manggil Bapak, Bapak gak denger. Pak Langit... Pak Langit, bangun! Pak bangun! Seperti itu Pak " Dimas memberitahukan Langit.
"Enak aja lu ngatai gue latihan mati!" omel Langit tak terima. Dimas hanya bisa nyengir kuda. "Ada perlu apa cari gue, sampek nunggui gue segala?"
Dimas mengela napasnya sebelum menjawab pertanyaan Langit. "Salah satu karyawan Bapak, sudah menipu dan menggelapkan uang,"
Kedua bola Langit langsung membulat. "Detailnya bagaimana?" Langit melipat tangan di dadanya.
"Ada salah satu karyawan dengan berani diam-diam menjual dan menawarkan rumah kepada konsumen dengan harga murah tapi kualitas bagus."
"Terus?"
"Setelah para konsumen tertarik membeli rumah yang dia tawarkan, maka para konsumen membayarnya secara cash. Mereka tergiur dengan promosi yang dia tawarkan. Awalnya tidak banyak yang curiga dengan tiba-tiba karyawan itu mengundurkan diri. Ternyata dia mengundurkan diri karena mau kabur membawa uang para konsumen yang telah ia tipu. Para korban yang tadi pagi mengamuk dan marah, meminta rumahnya atau kembalikan uang mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Cahaya Langit [New Version]
Espiritual❤❤ Cahaya wanita berhijab. Saat ia jatuh cinta kepada pria yang sholeh yang ia impikan selama ini untuk menjadi imamnya. Sepanjang malam ia meminta kepada Allah untuk dijodohkan dengan pria itu. Karena ia tahu obat jatuh cinta hanyalah dengan menika...