Bab 21

8.8K 537 42
                                    

Anugrah dengan gontai masuk ke dalam rumahnya. Entah mengapa, semenjak kejadian yang menimpa Cahaya, dirinya kehilangan semangat. Apalagi, saat ia tak mendapat kabar dari siswinya itu. Semakin membuatnya tak semangat. Langit yang berwarna biru saja, baginya saja berwarna abu-abu. Hidupnya kelabu tanpa kehadiran Cahaya.

"Kalo masuk ucapkan salam!" Anugrah tersentak mendengar teguran dari seseorang. Anugrah menoleh ke arah suara, ia membulatkan matanya kala ia mengetahui siapa yang menegurnya.

"Papa?" panggilnya

"Hem, mana salamnya? Uda gak sholeh yah?"

"Assalamualaikum Pa," Anugrah pun langsung berjalan mendekati lelaki tua itu.

"Waalaikumsalam," Arman membalas salam sang anak.

Anugrah pun menyalami Papanya. Lantas ia duduk di sebelah Papanya. "Papa ngapain pulang Pa?"

Arman mengerutkan dahinya mendengar pertanyaan sang anak. "Emang Papa gak boleh pulang? Toh ini rumah Papa. Bukan rumahmu?"

Anugrah menggaruk tengkuknya. "Gak gitu Pa. Cumakan, Mama di sana sama siapa kalau Papa pulang,"

Papanya mendehem. Ia menyentil dahinya Anugrah. "Anak kolega Papa menikah? Jadi Papa harus pulang untuk undangan," beritahu Papanya. "Emangnya kamu mau gantii Papa undangan? Gak kan?" Anugrah hanya nyengir kuda mendengar ucapan Papanya.

"Emang kamu? Punya muka ganteng, tapi gak laku?" sindir Arman yang lalu menyesap cairan hitam yang mulai mendingin.

"Sabar Pa. Allah belum mempertemukan Anugrah dengan jodoh Nugrah. Papa yang sabar yah. Anugrah aja sabar menanti jodoh Anugrah," kata Anugrah.

"Sampai kapan Nug? Sampai Papa mati?" tanya lelaki tua itu.

"Astagfirullah Pa. Kok gitu ngomongnya. Yah, kalo jujur Nugrah mau sekarang. Tapi yang ngasih jodohkan Allah? Nugrah bisa apa selain bersabar dan meminta," ia menjawab pertanyaan Papanya.

"Yah dicarilah Nug. Zaman uda canggih kok. Cari jodoh aja gak pande. Papa aja dulu modal surat aja, bisa kok dapati Mamamu," sindir Papanya lagi, membuat Anugrah menghela napasnya.

"Dahlah, Nugrah mau mandi!" lelaki itu langsung berdiri. Ia lalu pergi meninggalkan Papanya.

"Papa pulang, juga ngurus Langit." Langkah kaki Anugrah langsung terhenti, kala mendengar ucapan Papanya. Benar tebakannya. Batin Anugrah kesal.

Ia memutar badannya. Menatap papanya.

"Papa pergi ke rumah wanita itu. Dan membuat kesepakatan dengan Ayahnya," beritahu Arman kepada anaknya. Ia menarik satu sudut bibirnya, kala melihat Anugrah berjalan mendekatinya.

"Apa yang Papa lakukan?" Anugrah bertanya dengan raut wajah menahan amarah.

"Membuat kesepakatan,"

Anugrah menghela napasnya. "Iya. Kesepakatan apa?"

"Kami mencabut aduan kami. Agar anak kami bebas. Dan, Papa akan menikahkan Langit dengan Cahaya," Anugrah membelalakkan matanya mendengar ucapan Arman.

"Pa!" dengan suara tinggi ia memanggil Papanya. "Biar apa Pa? Seharusnya Papa gak usa berbuat begitu! Biarkan Langit mendapatkan ganjaran atas perbuatannya!"Anugrah sangat emosi dengan tindakan Papanya itu.

Arman tekekeh. Ia mendorong bahu Anugrah dengan jari telunjuknya. "Kamu bukan seorang Ayah. Jadi tidak akan mengerti dengan apa yang Papa lakukan," Anugrah membuang napasnya dengan kasar, mendengar jawaban Arman. "Papa lakukan ini demi Mama kamu juga. Mama kamu pasti sangat syok, jika ia mendengar anak kesayangannya mendekam di penjara? Kesehatannya sangat dipertahankan Nug. Dan bagaimana jadinya, seorang anak Arman ditangkap polisi?"

Anugrah Cahaya Langit [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang