Setiap mata menatap aneh ke arah Cahaya. Tak puas hanya dengan menatapi Cahaya, mereka juga bisik-bisik membicarakan Cahaya.
Namun, Cahaya tak ambil pusing dengan tatapan ataupun bisik-bisik orang-orang tentang dirinya. Cahaya berjalan dengan penuh rasa percaya diri yang tinggi. Ia sama sekali tidak risih dengan tatapan atau bisik-bisik orang-orang tentang dirinya.
Cahaya terus berjalan dengan senyuman yang menghiasi wajahnya.
Hingga, akhirnya ia ikut bergabung dengan teman-temannya yang sedang berada di bawah pohon rindang. Kebiasaan mereka selalu ngumpul pohon rindang untuk bertukar cerita ataupun ghibah.
"Ay, lu kenapa?" tanya Talita bingung saat Cahaya ikut bergabung dengan mereka.
"Kenapa?" tanya balik Cahaya.
"Kenapa lu bilang? Mana jilbab lu?" Bella ikutan bertanya.
"Kenapa lu pake mukena Ay?" sambung Gracia penasaran.
"Hehehe ... jilbab gue jatuh ke dalam ember penuh air. Jadi basahlah dan terpaksa pake mukena," beritahu Cahaya pada mereka.
Ya, Cahaya terpaksa memakai mukena, pinjam dari mesjid. Mau bagaimana lagi? Pikir Cahaya. Hanya itulah cara satu-satunya agar auratnya tertutup, memakai mukena ke kampus.
"Sekali-kali Ay gak pake jilbab napa? Gue mau lihat lu tanpa kerudung," kata Syla salah satu teman Cahaya.
"No. Hijab gak boleh dilepas pasang. Hingga akhir hayat hijab selalu melekat. Ini adalah bukti ketaqwaan gue kepada Allah. Kecuali saat mandi sih yah gue paksa lepas hijab," Cahaya merespon ucapan Syla, dan Syla hanya mengangkat bahu dan sibuk kembali dengan ponselnya.
"Ay," panggil Gracia.
"Apa, Cia?" Cahaya menanggapi panggilan kepada teman non muslimnya itu.
"Lu kok nolak Alvin. Kayaknya bukan Alvin aja yang lu tolak. Hampir setiap laki-laki lu tolak deh? Kenapa? Lu gak takut apa gak dapet jodoh?" Gracia merasa heran.
"Hahahh jadi perawan tua kapok lu Ay," ejek Syila.
"Kenapa gue takut? Jodoh gue uda ditentui sama Allah. Gue tinggal nunggu aja. Namun, sembari menunggu jodoh gue datang, gue memperbaiki diri untuk menjadi lebih baik lagi. Membenahi akhlak, meningkatkan kualitas iman yang kadang naik dan kadang turun__""
"Buat apa?" tungkas Gracia.
"Karena gue gak tahu siapa yang melamar duluan. Jodoh atau Maut? Jadi kalau salah satunya yang melamar gue duluan, gue udah siap," Cahaya menjawab pertanyaan Gracia. "Lagian jodoh gak dicari tapi dido'akan. Yang dicari itu rezeki," tambahnya lagi sambil tersenyum.
"Tapi Ay, sepertiga malam itu maksudnya apa Ay? Tadi gue denger lu pas nolak si Alvin?"
"Sepertiga malam itu maksudnya dia sholat tahajud. Waktu utama sholat tahajud itu antara jam 1 hingga 3. Di situlah ketika kita berdo'a dan meminta kepada Allah, insya allah dikabulkan."
"Kenapa harus dari jam 1 sampek jam 3 Ay?"
"Gini Cia, kalo kamu internetan dari jam 1 sampai jam 3, cepatkan koneksinya?"
"Iya. Laju pun. Karena kita gak berebut jaringan. Semua orang pada tidur,"
"Nah itu. Sama kayak berdo'a di sepertiga malam itu. Do'a kita didengar oleh Allah dan langsung dijabah Allah karena disaat jam segitu orang-orang pada tidak berdo'a,"
"Ohh begitu. Jadi maksudnya kamu berdo'a di sepertiga malam, supaya didengar oleh Tuhanmu. Karena di jam segitu orang-orang pada tertidur pulas. Dan tak berebut memohon kepada Tuhan lu? Yah... gue paham," Gracia dengan tersenyum memahami penjelasan Cahaya.
"Oh God!!!" teriak Bella mengagetkan mereka semua.
"Ada apa Bel?" tanya mereka serempak.
"Papa gue ultah hari ini. Duh gue harus ngasih kado apa yah??" Bella kebingungan.
"Dasi aja Bel," anjur Talita.
"Sepatu. Gue ada langgangan toko sepatu yang murah tapi kualitas bagus," saran Syila.
"Baju ae Bel," Gracia memberi pendapat.
"Idihh gue bingung ditambah gue lagi bokek. Hehehh ... " ungkap Bella.
"Ngapain bingung. Ada hadiah yang lebih baik dari dasi, sepatu, atau baju. Tanpa mengeluarkan duit lagi. Dan membuat Ayah lu bahagia dunia akhirat,"
"Apa itu?" tanya Talita, Bella dan Gracia serempak, membuat Cahaya sedikit terkejut.
"Kamu pake hijab," jawab Cahaya dengan tersenyum.
"Aduh Ay, gue belum siap pake hijab. Hati gue masih hati iblis. Percuma berhijab kalo kelakuan bejat," Bella memberi alasan.
"Hijab dan akhlak itu hal dua hal yang berbeda. Hijab itu murni dari perintah Allah. Dan akhlak adalah budi pekerti kita masing-masing. Ingat seorang ayah akan diminta pertanggung jawabnya karena sang anak gadis tidak berhijab. Selangkah anak gadis keluar tanpa hijab, maka sang ayah akan merasakan panasnya api neraka. Kamu mau Papa kamu tersiksa api neraka?"
"Idihh Ay, gak maulah. Gue belum dapet hidayah Ay," elak Bella lagi.
"Hidayah itu kita jemput. Kapan akan datang kalau bukan kita yang belum mulai?"
"Tapi, gue belom siap,"
"Apalagi yang belum lu siapkan?" Cahaya gemas pada Bella yang banyak alasan seperti lagu Saskia Gotik, seribu alasan.
"Eh Ay? Lu kok maksa sih? Itukan urusan akhirat dia. Dia mau masuk neraka atau surga itu urusan dia, lu kok repot sih?" sanggah Syla dengan nada ketus.
"Memang urusan akhiratnya bukan urusan gue. Tapi tidak ada salahnya gue mengajaknya ke jalan yang benar? Karena dia sahabat gue, makanya gue ajak. Biar kita sahabat until jannah, Syl. Cuma itu alasan gue," Cahaya menjelaskan pada Syla yang wajahnya sudah agak kesal.
Cahaya melihat wajah Syila merah padam karena kesal. "Udah deh Ay, lu ceramah jangan di sini. Noh di mimbar sana!"
"Bukan menceramahi, gue cuma mengajak saja. Apa salah gue?"
"Yah... sudah lho. Cahayakan cuma mengajak kalian supaya dekat sama Tuhan kalian. Kalau gak mau jangan marah. Cahayakan cuma mengingatkan kalian sama Tuhan kalian aja sih?" Gracia pun menengahi perdebatan mereka.
"Sudah... sudah jangan berdebat," ucap Talita menyudahi pembicaraan mereka itu. Syla yang merasa kesal langsung pergi meninggalkan mereka semua.
Perbedaan pandangan memang sudah lumrah. Cahaya tak pernah memaksa tapi selagi ia mampu, Cahaya akan mengingatkan dan mengajak teman-temannya untuk berhijrah. Bagi Cahaya, urusan akhirat temannya bukan urusannya. Namun, ia ingin persahabatan yang mereka bina ini bukan hanya seumur hidup tapu hingga ke surga kelak.●●»
TBC
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Cahaya Langit [New Version]
Espiritual❤❤ Cahaya wanita berhijab. Saat ia jatuh cinta kepada pria yang sholeh yang ia impikan selama ini untuk menjadi imamnya. Sepanjang malam ia meminta kepada Allah untuk dijodohkan dengan pria itu. Karena ia tahu obat jatuh cinta hanyalah dengan menika...