Setelah selesai melaksanakan sholat subuh, Cahaya tak beranjak dari atas sajadah. Ia terduduk dengan air mata yang tumpah. Untuk sekian kalinya, ia menangis lagi. Entahlah seakan tak akan kering air matanya, sudah berapa kali ia menangis akan tetapi air matanya tak kering jua. Apalagi mengingat Ayahnya yang bersih kukuh untuk tetap menikahi dengan lelaki itu. Yang tak lain adalah lelaki yang menghancurkan mimpi dan masa depannya, yang membuat bekas luka yang tak pernah bisa ia lupakan? Cahaya menangis di atas sajadahnya. Ia menggeleng kepalanya sendiri, tanda tak mau menikah dengan Langit. Ia menggigit bibirnya sendiri, menahan rasa sakit yang ia rasakan kini.
"Hati, aku tak ingin kau kuat, aku tak ingin kau tabah, aku hanya ingin kau ikhlas. Ikhlas menerima segala yang telah menimpa diriku. Karena jika kau ikhlas, maka aku bisa kuat, aku bisa tabah menghadapi semua ini. Menghadapi semua takdir Illahi untukku." Ucapnya kepada hatinya yang telah begitu banyak merasakan luka.
⁂⁂
Anugrah terjaga, kala mendengar suara azan subuh, ia lantas menarik selimutnya dengan kasar, yang membalut tubuhnya. Ia langsung turun dari kasurnya. Ia menyeret kakinya ke kamar mandi, untuk mengambil air wudhu. Jujur, tidur tidak nyenyak tadi malam. Memikirkan Cahaya. Dan hatinya yang akan patah dan terluka.
Dihadapan Sang Pecipta, Anugrah meminta agar Papanya berubah pikiran. Tidak menikahkan Cahaya dengan Langit. Namun, jika do'anya itu tidak dikabulkan, lelaki meminta kekuatan yang lebih untuk menghadapi semuanya. Karena bagaimana pun, ia adalah hamba Allah yang lemah. Terutama hatinya. Karena ia tak sanggup jika melihat Langit dan Cahaya bersanding.
Setelah melaksanakan sholat subuh dan memanjatkan do'a kepada Allah, Anugrah segera bangkit. Ia menatap pintu dari kayu jati itu. Ia pun mendekatinya. Dan perlahan ia mendaratkan tangannya dikenop pintu. Ia memutarnya, dan ia mendengus kesal, karena kamarnya masih dikunci.
"Papa benar-benar kelewatan!" gerutu Anugrah. "Papa tega mengunci anaknya sendiri, demi melancarkan rencana piciknya!" ia menendang pintu kamarnya.
"Pa! Buka ngapa Pa pintunya," teriaknya sangat nyaring, sehingga memecahkan kesunyian di dalam rumah itu.
Arman hanya diam saja mendengar permintaan anak sulungnya. "Maafkan Papa Nug," gumamnya yang menatap pintu kamar anak sulungnya.
"Pa, Nugrah mohon. Lepaskan Nugrah. Langit gak boleh nikah sama Cahaya," Anugrah terdiam sesaat. "Pa, Nugrah gak pernahkan Pa. Minta apa-apa dari Papa. Selama Nugrah hidup, Nugrah juga gak pernah nyusai Papa. Nugrah selalu nurut apa kata Papa. Tapi kenapa Papa tidak mau nuruti kemauan Nugrah ini Pa? Nugrah mohon, turuti keinginan Nugrah ini. Kali ini aja Pa. Nugrah mohon," Anugrah menarik napasnya dalam-dalam. Ada rasa sesak yang melilit dadanya. "Pa, apa Papa gak sayang sama Nugrah?"
Diluar Arman berjalan mendekati pintu kamar anaknya. Ia menempelkan tangannya di pintu kamar Nugrah. "Maafi Papa Nug. Papa gak bisa nuruti kemauan kamu. Karena ini memang jalan yang terbaik nak. Maafi Papa yang egois dan licik ini," Arman menarik napasnya dalam-dalam. "Terimakasih kamu selama ini, sudah menjadi anak yang baik dan berbakti. Maaf, Papa tidak bisa membalasnya," ucap Arman dengan lemah.
Tubuh Anugrah melemas mendengar perkataan Papanya. Ia sangat kecewa dengan sosok yang ia hormati itu. Ia membalikkan badannya hendak menuju kasurnya, akan tetapi tiba-tiba ia terperosot jatuh ke lantai. Ia pun lalu menyandarkan kepalanya di pintu kamarnya.
Ia memegang dadanya, yang tiba-tiba sangat sesak. Ia memejamkan matanya, dan terlintas senyuman Cahaya. Pemuda itu pun langsung membuka matanya kembali. "Astagfirullah yah Allah. Kenapa jadi seperti ini?" Anugrah berulang kali mengembuskan napasnya dengan berat.
"Kenapa harus Cahaya? Kenapa harus Langit? Kenapa harus mereka berdua yah Rabb. Bagaimana aku bisa melihat orang yang kucintai bersanding dengan orang yang kusayangi?" Lelaki itu menepuk-nepuk dadanya. Menenangkan hatinya yang terluka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Cahaya Langit [New Version]
Spiritual❤❤ Cahaya wanita berhijab. Saat ia jatuh cinta kepada pria yang sholeh yang ia impikan selama ini untuk menjadi imamnya. Sepanjang malam ia meminta kepada Allah untuk dijodohkan dengan pria itu. Karena ia tahu obat jatuh cinta hanyalah dengan menika...