"Aya kapan ke kota. Dan melanjutkan kuliahmu?" tegur Ibunya yang duduk dipinggir kasur Cahaya.
Kusniah mendengar helaan napas Cahaya. Cahaya pun mengubah posisinya. Yang tadinya ia berbaring, kini ia duduk di atas kasur, dengan badan ia senderkan ke dinding.
"Sepertinya Aya ndak melanjutkan kuliah Aya bu,"
Kusniah begitu terkejut mendengar jawaban dari Cahaya. "Maksud koe opo toh nduk? Kenapa Aya ndak mau ngelanjuti kuliah?" Kusniah tak mengerti dengan pola pikir sang anak.
Cahaya menghela napas pendek. Ia menatap dengan senduh sang Ibu. "Aya malu bu,"
"Malu?" Kusniah mengulangi ucapan Cahaya. Cahaya mengangguk lemah. "Kenapa Aya malu?" tanyanya semakin tak paham.
Cahaya mengembuskan napasnya dengan berat. "Aya malu," beritahunya.
Kusniah mengkerutkan dahinya, mendengarkan Cahaya. "Malu kenapa?"
"Karena Aya sudah gak perawan lagi bu. Dan lagian, pastinya berita tentang Cahaya sudah menyebar seluruh kampus, bahkan kota tempat Aya kuliah. Mereka akan tahu, jika Aya si korban pemerkosaan. Dan mereka pasti akan mengejek Aya yang sudah tidak suci lagi. Aya sungguh malu bu," ungkap Cahaya dengan suara menahan isak tangis.
Kusniah beristigfat mendengar penuturan wanita muda itu. "Astagfirullah, Cahaya. Emang apa yang kamu lakukan? Gak adakan? Aya itu korban lho, bukan tersangka perbuatan zina dengan pasanganmu, yang digrebek masa. Jadi kenapa mesti malu?" tanya Ibunya. Cahaya hanya diam saja, sambil menundukkan kepalanya.
"Ibu ndak setuju yah Ay. Kalo kamu berhenti kuliah!" Cahaya hanya menggigit bibir bawahnya mendengar ucapan Ibunya. Kusniah pun menggenggam tangan Cahaya. "Aya, denger. Walaupun kamu kehilangan mahkota kamu, bukan berarti kamu kehilangan semangat untuk meraih cita-cita kamu. Kan, sudah Ibu bilang. Ujian itu seharusnya menguatkan kamu nak. Bukan melemahkan kamu. Melemahkan semangat kamu untuk meraih semua impianmu," Ibunya terdiam sesaat. "Aya, Ibu rela membanting tulang, demi membiayai kamu kuliah, agar nantinya kamu ndak seperti Ibu nasibnya. Jadi tukang cuci baju orang sama jualan sarapan. Jangan Ay. Jangan seperti Ibu ini. Kamu harus jadi sarjana dan menjadi orang hebat. Yang nantinya bisa mengangkat derajat keluarga kita Ay," Cahaya menatap Ibunya. Ia melihat wajah Ibunya yang menampilkan raut wajah lelah, sedih dan kecewa.
"Tapi, Bu. Aya … Aya,"
Ibunya melepaskan tangannya dari tangan Cahaya. Ia langsung berdiri dari kasur Cahaya. "Gak ada tapi-tapian Ay. Ibu ndak mau mendengar alasanmu, untuk tidak melanjutkan kuliahmu," kata Ibunya dengan nada sedikit nyaring. "Lagian kenapa kalau kamu sudah tidak suci lagi? Apa tidak boleh melanjutkan pendididkan? Ouh kamu takut dicemooh? Karena tidak suci lagi? Jangan takut Ay. Jangan malu. Hadapi saja walaupun Ibu tahu, itu berat. Namun, kita masih ada Allah. Ingat dia, sebut namanya. Insyaallah, semuanya akan bisa kamu lewati," kata Ibunya dengan emosi yang meluap-luap.
Ibunya mengatur napasnya. "Pokoknya kamu harus melanjutkan kuliah! Ibu gak mau tahu!" Cahaya ingin membuka suaranya, tapi Kusniah langsung keluar dari kamarnya.
Cahaya hanya bisa menatap nanar Ibunya, yang berjalan keluar dari kamarnya. Cahaya mendengus kesal. Kenapa Ibunya tidak memahami dirinya kali ini? Padahal, Ibunya adalah orang yang paling memahami dirinya. Namun, kali ini tidak. Ini semua gara-gara lelaki jahat itu. Lelali yang menghancurkan masa depannya, dalam sekejap saja. Cahaya benci lelaki itu.
⁂⁂⁂
Dari semalam, Ibu Cahaya tidak berbicara satu kata pun kepadanya. Cahaya jadi kesal dan sedih. Ibunya akan berbicara, jika ia pergi ke kota melanjutkan kuliahnya.
Jujur, keberanian dirinya untuk muncul ke permukaan umum sangat sedikit sekali. Ia hanya bisa mendesah resah. Apa yang harus ia lakukan.
"Bu, Aya bantui yah?" tawar Cahaya kepada Ibunya.
![](https://img.wattpad.com/cover/115810039-288-k860425.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Anugrah Cahaya Langit [New Version]
Tâm linh❤❤ Cahaya wanita berhijab. Saat ia jatuh cinta kepada pria yang sholeh yang ia impikan selama ini untuk menjadi imamnya. Sepanjang malam ia meminta kepada Allah untuk dijodohkan dengan pria itu. Karena ia tahu obat jatuh cinta hanyalah dengan menika...