Bab 16

9.3K 525 7
                                    

Selepas mengajar Anugrah langsung meluncur ke kos-annya Cahaya. Ia tadi pagi, mendapat kabar dari Bella, jika Cahaya sudah pulang dari rumah sakit. Hatinya sangat lega, ketika ia mendengar kabar itu. Ia pun tak lupa mengucapkan hamdalah.

Jujur saja, ia tadi malam tak tidur karena pikirannya sangat kalut. Sepanjang malam ia terjaga di atas sajadah. Ia mengeluarkan semua isi hatinya kepada Sang Pecipta. Selain mencurahkan isi hatinya, ia pun juga meminta kepada Allah. Agar Cahaya segera siuman. Dan ia juga meminta agar Cahaya diberi ketabahan dan kesabaran untuk menghadapi ujian hidup yang didapatkan wanita itu.

Anugrah pun memberhentikan mobilnya di depan kos-annya Cahaya. Ia tadi, meminta alamat kos-an kepada Bella. Ditanya untuk apa oleh Bella, Anugrah dengan santai menjawab untuk menjenguk Cahaya. Dan Bella hanya batuk-batuk tak jelas saat mendengar jawaban Anugrah.

Kenapa? Pikir Anugrah heran. Salahkah dia yang ingin menjenguk Cahaya?

Sebelum turun dari mobilnya, Anugrah menelpon kembali Bella. Ia menunggu beberapa detik, agar panggilannya diterima Bella.

"Assalamualaikum Bell," Anugrah langsung memberi salam, ketika ia sudah tersambung dengan Bella.

"Waalaikumsalam pak," wanita itu membalas salam sang dosen. "Ada apa yah Pak?" Bella bertanya dengan sedikit menjerit.

"Saya sudah di depan kos-kosan kalian. Ng, anu  kosan  yang kalian tempati yang mana yah?" tanpa rasa malu, ia bertanya kepada siswinya.

"Uhuk!" Bella langsung terbatuk. Dan menurut Anugrah, batuknya Bella itu disengaja wanita itu. Wanita iti tidak beneran terbatuk.

"Dimana? Nomor berapa? Di atas apa dibawah?" lagi-lagi Anugrah bertanya tanpa memerdulikan Bella yang terbatuk.

"Ng, Bapak mau ngapain?" Anugrah mengembuskan napasnya, mendengar pertanyaan siswinya.

"Kan sudah saya bilang tadi pagi. Saya mau jenguk Cahaya," Anugrah mencoba bersabar menghadapi siswinya itu.

"Kirai tadi pagi Bapak bercanda. Hihihih," Bella malah terkikik. Anugrah hanya mendehem, merespon kikikannya. "Eh, maaf pak. Duh, Bapak nanya kos-an kita yah. Bapak turun dari mobil Bapak. Terus, bapak masuk deh ke kos-an kita. Tenang pak, gerbangnya dibuka kok. Kos-an kita dibawah, nomor 05. Pintunya warna kuning. Dari gerbang, langsung kelihatan kok kos-an yang kita tempati," Bella berhenti sesaat. Wanita itu mengambil napas dahulu, sebelum melanjutkan ucapannya. "Bapak paham?" tanya Bella.

"Emh, paham." Bella langsung menghela napasnya.

"Ya sudah, Pak. Silahkan masuk. Bella soalnya lagi gak ada di kos-an. Bella lagi jalan-jalan sama Papa. Tapi di kosan ada Cahaya, orang tuanya sama Talita," beritahu Bella kepada Anugrah.

"Huum. Begitu, oke deh. Terimakasih atas informasinya," ucap Anugrah.

"Iya Pak. Ya sudah dulu yah. Assalamualaikum,"

"Waalaikumsalam." Begitu Anugrah membalas salam Bella, Bella langsung memutuskan sambungan mereka.

Anugrah pun menyimpan ponselnya ke saku kemejanya. Dan sebelum ia turun dari mobilnya, Anugrah memerhatikan penampilannya dulu. Lewat kaca spion, ia merapikan rambutnya, yang masih rapi. Saat ia sudah memastikan penampilannya, ia meraih bungkusan yang berisi buah-buahan. Yang ia belikan untuk Cahaya. Barulah ia turun dari mobilnya.

Anugrah mengambil napas dalam-dalam terdahulu, sebelum melangkahkan kakinya, memasuki area kos-kos-an Cahaya. Entah mengapa ia tiba-tiba merasa gugup. Namun, lelaki itu dengan cepat menghilangkan rasa gugup yang tiba-tiba menyerang.

Lelaki yang tengah memakai kemeja putih itu pun melangkahkan kakinya, menuju kosan Cahaya.

Rasa gugup menghampirinya lagi, kala berdiri di depan sudah pintu kos-an Cahaya.

Anugrah Cahaya Langit [New Version]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang