Bagian Dua Puluh Delapan
Siapapun mereka. Tetap akan selalu saling membela sesama saudara meski dari sisi yang berbeda.
------------------------------
-FifaStory-
"Fani turun! "
"Awass! -ehh hati-hati!"
Fani melihat ke bawah sebentar, menghela napasnya dan berteriak kecil. "Fiiin gak usah khawatir, gue juga bisa kali cuma beginian. Kecil! Kan lo tau kalo gue jago dalam hal gini."
"Lo turun Fan, udah biar gue aja yang ngambil Occinya. Nanti kalo Mama pulang, trus ngeliat lo di situ, gue yang bakal kena marah. Jadi tolong..."
Fani terdiam. Mendengar ucapan Fina barusan membuat Fani menghentikan apa yang ia lakukan saat ini, yaitu memanjat pohon. Ia melihat ke bawah, dan mendapati Fina yang kini memasang tampang memelas.
Benar kata Fina, pikir Fani.
Jika Mama sampai melihatnya seperti sekarang ini , pasti bakalan Fina yang menjadi disalahkan Mama. Fani tidak akan tega kalau itu benar-benar terjadi.
Ia menghela nafas pelan sebelum mengangguk pasrah, dan memilih segera turun dari pohon tersebut.
Setelah Fani turun, Fina langsung memutar-mutar tubuh Fani ke kiri dan ke kanan. Entah apa yang dilakukan Fina pada Fani, yang jelas pada saat ini Fina tampak memastikan kalau Fani tidak papa. Membuat Fani jadi merasa pusing sendiri.
"Fan, lo nggak papa kan?"
"Apaan sih Fin, gak usah lebay gitu deh."
"Gue gini juga demi kebaikan lo Fan, gue gak mau lo kenapa-napa."
Fani memutar kedua bola matanya "Iya iya, hampir setiap hari gue denger kalimat itu dari lo. Gue nggak papa kok, liat nih!"
Fina terkekeh, "Iya, udah gue periksa kok." ucapnya yang membuat Fani kembali menghela napas lelah. Tak habis pikir dengan sikap Fina yang terkadang berlebihan menurutnya.
"Miaww..."
Secara serempak mereka tersadar, dan mendongak.
"Tunggu ya Occi sayang, tunggu situ jangan kemana-mana!" Ucap Fina. Ia berbicara pada seekor kucing kesayangan mereka yang kini tengah berada di atas pohon.
Dengan susah payah Fina memanjat pohon mangga itu, hingga akhirnya ia sampai dan langsung menaruh Occi di pundaknya. Dengan sangat berhati-hati Fina turun ke bawah, pasalnya Occi yang saat ini berada di atas pundak Fina sangat liar.
Pada saat itu mungkin Occi merasa takut, terlihat dari bulu lembutnya yang berdiri tegak. Bahkan wajah Fina kini sedikit mengeluarkan darah karena terkena kuku tajam Occi. Memang tidak terlalu sakit tapi cukup perih. Begitulah jawaban Fina saat ditanyai Fani.
"Ck, intinya sakit juga kan?"
Fina hanya diam.
Saat ini mereka sedang duduk di kursi halaman belakang rumah. Tepatnya di bawah pohon mangga, yang Fina panjati tadi. Cuaca memang panas, tapi tak begitu terasa panas karena angin yang menyapu kulit mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifa Story [END] ✔
Teen Fiction[PROSES REVISI] Nggak semua anak kembar itu memiliki nasib yang sama. Dimana salah satu dari mereka mendapatkan kasih sayang yang berbeda dan fisik yang juga berbeda. Tapi meskipun begitu, mereka masih saling peduli satu sama lain. Memang ada? Tentu...