29

4.7K 264 131
                                    

Bagian Kedua Puluh Sembilan

Jangan menyakiti seseorang jika kamu tahu bagaimana rasanya hati yang terluka.

------------------------------

-FifaStory-

Sekarang Fina dan Mama sudah berada di halaman belakang rumah. Lebih tepatnya dimana Fina dan Fani berada tadi. Yang membuat Fina sangat heran adalah, kenapa Mama membawanya ke sini? Dan untuk apa?

Lagi pula, saat ini langit siang sudah berganti menjadi malam. Suasana hening langsung menyelimuti keberadaan mereka berdua. Apalagi dinginnya angin malam ini, membuat Fina sesekali tampak mengusap punggung tangannya yang mulai merasakan hawa dingin.

Sedetik kemudian, perasaan Fina langsung berubah senang. Akhirnya, hari yang ia nantikan selama ini datang. Menghabiskan waktu bersama Mama dengan menikmati pemandangan bintang yang terlihat indah di malam hari adalah impiannya dari dulu. Jika biasanya ia akan sendirian, mungkin malam ini tidak. Akan Fina pastikan, malam ini menjadi malam yang tak terlupakan seumur hidupnya.

Fina maju beberapa langkah, mendekati Bella yang masih berdiam diri di hadapannya. "Ma, Mama tau? malam ini Fina sangat bahagia banget. Rasanya Fina masih nggak percaya kalo Mama akan menghabiskan waktu bersama Fina lagi kayak dulu. Fina bahagia, akhirnya bintang itu ke--".

Plak!

Fina terdiam, dan langsung menghentikan ucapannya. Tiba-tiba tenggorokannya tercekat saat Mama yang tanpa pernah Fina duga akan menamparnya. Sungguh Fina masih bingung, kejadian ini terjadi begitu cepat.

Fina kembali mendongakkan kepalanya seraya menatap Mama yang terlihat begitu emosi. Melihat Mama yang seperti itu, kembali membuat Fina merasa bingung yang berkali-kali lipat.

"APA YANG KAMU BILANG TADI FIN?"

Fina tersentak kaget. Namun tatapannya masih terus menatap Mama yang kembali berbicara dengan nada tinggi.

"KAMU INGIN KITA SEPERTI DULU?"

"DAN KAMU INGIN KITA MELIHAT BINTANG-BINTANG ITU BERSAMA-SAMA LAGI? IYA?!"

"Apa salahnya Ma kalo kita kembali kayak du-"

Plak!

"DIAM KAMU!" bentak Mama yang membuat Fina terkesiap.

Sekali lagi Fina terdiam. Memejamkan matanya dengan napas yang terasa gemetar. Tamparan keras ini terulang kembali dalam waktu yang bersamaan. Yang dapat Fina rasakan sekarang, bagian sudut bibirnya mulai terasa ngilu dan keram. Bahkan sesekali pedasnya tamparan itu membuat Fina meringis kesakitan. Sangat perih.

Bella mencoba untuk mengatur napasnya yang tersengal. Ia menghela napas panjang dan menghembuskannya perlahan, sebelum mengalihkan perhatiannya dari Fina. "Di saat Fani yang sedang sakit melawan antara hidup dan matinya, kamu ingin kita bersenang-senang, sedangkan adik kamu?"

Mata Fina memanas, seberusaha mungkin ia menahan air mata yang kapan saja akan turun. Fina mendonggakkan kepalanya menatap lagit, lantas tersenyum kecut. Tidak ada bulan dan bintang. Hanya langit malam yang gelap, sama seperti hatinya.

"Mama kecewa sama kamu Fin. Mama pikir kamu akan memperbaiki kesalahan kamu dengan menjaga Fani dengan baik, ternyata nggak!"

Masih dengan tangan yang memegangi pipinya, Fina hanya bisa menggeleng lemah. Sakitnya tamparan barusan membuat Fina kembali meringis. Ia juga dapat merasakan ada darah yang keluar dari sana. Sulit rasanya untuk membuka suara, sebelum akhirnya memaksakan diri untuk bertanya. "K-kesalahan? M-maksud Mama apa?"

Fifa Story [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang