Bagian Sepuluh
Tolong jangan mengabaikan aku seperti ini. Aku manusia, punya hati dan perasaan yang juga bisa merasakan luka.' -Finata A.f
-----------------------------
-FifaStroy-
Jarum jam menunjukkan pukul 08.05 malam, Fina baru saja selesai membaca buku pelajaran sekolahnya. Ia segera bangkit dari meja belajar dan seperti biasanya ia akan segera menuju ke kamar adiknya, yaitu Fani. Tetapi sebelum itu, ia teringat akan satu hal. Lalu mengambil sesuatu dari dalam ransel biru sekolahnya sebelum tersenyum manis.
Semoga aja Fani senang -batin Fina.
Fina pun langsung segera melangkahkan kaki keluar dari kamarnya dan pergi ke kamar Fani. Cukup dua langkah bagi Fina untuk menuju kamar Fani, karena kamar mereka memang berseberangan yang berada di lantai dua.
"Faan?" panggil Fina sambil mengetuk pintu.
"Masuk Fin, pintunya nggak dikunci kok," balas Fani dari dalam.
Fina langsung membuka pintu secara perlahan dan terlihat di sana Fani yang sedang duduk di hadapan cermin. Gadis itu tengah menyisir rambutnya yang sepanjang bahu dan membiarkannya terurai, sama persis dengan rambut Fina saat ini. Sekarang mereka tampak mirip dengan gaya rambut yang sama. Bedanya poni Fina lebih terlihat terbelah dua, sedangkan Fani tidak akan membiarkan poninya berantakan meskipun sebentar.
Fina langsung menghampiri Fani dengan tangan yang ia sembunyikan ke belakang kemudian mungulurkan tangannya tepat di hadapan Fani.
Fani mendongak kemudian menatap Fina dengan sebelah alis yang terangkat "Apa?" tanyanya heran.
"Ini, buat lo." Fina tersenyum dan langsung memperlihatkan apa yang ada di tangannya.
Melihat itu Fani ikut tersenyum, memamerkan gigi putihnya sambil mengambil kalung yang berliontin merah muda dan langsung memakainya.
Sekarang kalung mereka pun juga sama, hanya saja berbeda warna. Kalung milik Fina berwarna biru sedangkan milik Fani berwarna pink.
"Thanks ya Fin," ucap Fani yang terlihat sangat senang.
"Lo terlihat cantik," puji Fina.
"Yaiyalah, kalo lo bilang gue jelek itu sama aja lo bilang diri lo jelek, muka kita kan sama," sahut Fani yang diiringi kekehan.
"Iya juga ya."
Fani menggeleng sebentar, kemudian memasang bando yang berwarna merah muda dengan motif bola-bola berwarna putih. Ia juga merapikan poninya dengan teliti kemudian berbalik badan menghadap Fina.
"Gimana Fin sekolah lo hari ini?"
"Masih sama seperti biasanya kok, manusia semua isinya."
"Ih bukan itu, maksud gue ada cerita apa gitu di sekolah lo tadi?"
"Kayak lo nggak tau aja, biasalah paling juga pemeran utama ceritanya Gita sama Gaby."
Fani tertawa pelan, "Pasti seru ya? pengen deh gue ngerasain ada di posisi kayak lo. Bisa sekolah kayak anak-anak yang lain, banyak dapet tem-" Fani kemudian di potong oleh Fina.
"Fan udah," potong Fina cepat. Ia kemudian menghela napas pelan sebelum tangannya bergerak untuk menggenggam tangan Fani erat.
"Sama aja kok Fan, cara kita sekarang emang beda tapi tujuan kita sama kan? gue belajar lo juga belajar. Bedanya gue di sekolah dan lo di rumah. Di sana ada nggak enaknya juga kok, ke sana sininya juga capek, enak lo lah. Ya kan?" Jelas Fina yang berusaha agar Fani tidak berkecil hati.
"Sekarang elo emang nggak di izinin Mama sama Papa buat sekolah di luar rumah. Tapi ada kemungkinan kan? kalau suatu saat nanti lo bakal satu sekolah sama gue kalo kondisi lo udah membaik."
"Lo bener Fin, dan gue bakal nggak sabar buat nunggu waktu itu datang," ucapnya sambil tersenyum.
"Gitu dong, jadi harus semangat!" sahut Fina seraya mencubit pipi kiri Fani dengan gemas.
"Sakit tauk!"
Fina tertawa, begitu juga dengan Fani. Sekarang mereka tertawa bersama sambil berpeluk ria. Tapi tak lama kemudian, pelukan mereka terlepas saat seseorang yang mengetuk pintu kamar Fani dari luar.
Mereka berdua menoleh ke arah pintu secara bersamaan. Di balik pintu yang berwarna putih itu, mereka mendapati seorang perempuan yang terlihat letih karena baru saja pulang kerja yang kini menghampiri mereka.
"Mama!" ucap Fina dan Fani secara serempak.
Bella membalas dengan senyuman hangat. Lebih tepatnya membalas senyuman Fani bukan Fina.
Mama langsung memeluk Fani tanpa niat ingin memberikan pelukan yang sama pada Fina. Sedangkan Fina, secara perlahan ia menurunkan kembali kedua tangannya. Ia sempat berpikir, setelah Mama memeluk Fani Mama akan kembali memeluk Fina juga. Memeluk dengan pelukan yang sama, kasih sayang yang sama, dan kehangatan yang sama. Namun ternyata tidak. Yang ia dapatkan hanyalah ketidak perdulian Mama, dan sikap acuhnya Mama. Lagi. Dan lagi.
Fina berusaha untuk tetap tersenyum, meskipun itu sulit. Ia hanya dapat melihat tanpa bisa merasakannya juga. Mama yang menyayangi Fani, Mama yang membantu mengiring Fani ke arah tempat tidur dengan mengabaikan Fina bahkan meliriknya pun tidak.
Kini Fina hanya dapat menghela napas dalam-dalam. Membuang rasa iri di hati kecilnya pada Fani. Membuang rasa sakit hati yang terus-menerus semakin dalam.
Jangankan meluk gue kayak Fani, niatan natap gue aja udah nggak ada. -batin Fina yang tersenyum kecut.
Sekali lagi Fina menarik napasnya dengan sangat dalam. Memejamkan matanya sebentar dan merasakan hatinya yang kini terasa nyeri. Membuat semua bayangan-bayangan dimana keberadaannya yang selalu saja di acuhkan terlintas begitu saja layaknya kaset rusak. Tak sanggup berlama-lama, Fina memilih agar segera menjauh dari tempat ini sebelum air matanya jatuh tanpa izin.
***Follow ig : @goresan.coret_
Akhirnya Fifa kembali abdet lagi nih. Gimana? Feelnya dapet ga? Jangan segan untuk berkomentar ya, kalo sempat diusahain bales kok.
Ps: Jangan pelit sama Votenya ya guys💗 Lovyou!
Salam Cetar^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifa Story [END] ✔
Teen Fiction[PROSES REVISI] Nggak semua anak kembar itu memiliki nasib yang sama. Dimana salah satu dari mereka mendapatkan kasih sayang yang berbeda dan fisik yang juga berbeda. Tapi meskipun begitu, mereka masih saling peduli satu sama lain. Memang ada? Tentu...