Bagian Ketiga Puluh Satu
Yang harus di lakukan sekarang hanyalah tetap tersenyum di depan mereka, agar semua terlihat baik-baik saja. Karena senyum adalah tempat persembunyian yang aman untuk banyak luka'. -Finata A.f
------------------------------
-FifaStory-
"Loh Fin, itu sudut bibir lo kok biru gitu?"
Fina yang sedari tadi duduk diam di tempatnya pun langsung mendongak, saat mendengar ucapan Wini yang sudah pasti tertuju padanya. "Kalian udah dateng?"
"Lah ini anak pake basa-basi segala, kelewat basi tau nggak." celutuk Gita asal, yang langsung membuat Gaby menyikutnya pelan. Gita meringis saat melihat Fina yang hanya terdiam, ia jadi merasa bersalah dengan ucapannya barusan.
"Lo kenapa sih? Cerita ke kita, liat tuh sampe biru gitu. Lo nggak habis ikut tawuran kan?" tanya Wini lagi.
Fina menggeleng pelan dan tersenyum geli. "Ya nggak lah, ya kali gue ikut tawuran. Gue tadi nggak sengaja numbur pagar rumah karna buru-buru, udah itu doang kok." jawab Fina asal.
"Buru-buru? bukannya tadi lo datangnya pagian ya Fin? lebih dulu dari kita malah." Secara serempak Gita dan Wini langsung menganggukan kepalanya setuju dengan apa yang di ucapkan Gaby barusan. Meskipun dalam hati mereka sedikit terkejut, Tumben bener.
"Y-ya gue kan tadi naik angkot, takut angkotnya pergi duluan lagi."
"Angkot? Biasa juga taksi Fin," sambung Gita yang entah kenapa merasa aneh dengan Fina.
"Pak Jononya sakit, mau nggak mau gue naik angkot." jawab Fina lagi, membuat mereka jadi manggut-manggut paham. Meskipun sedikit ragu.
"Sakit?" tanya Wini yang sedari tadi memperhatikan Fina.
Sekali lagi Fina tersenyum, "Nggak kok Win, kalian tenang aja. Nggak usah khawatir gitu, sakitnya juga sudah hilang. Cuma ya birunya aja yang masih keliatan."
"Coba gue liat," Gita langsung mendekat ke arah Fina. Ia sedikit mengangkat dagu Fina dan memandang teliti sudut bibir Fina yang masih tampak membiru.
1 detik.
2 detik.
3 detik.
"Oh ini cukup lo olesin salep aja Fin, nanti juga hilang sendiri birunya."
"Kok salep sih? Ngacok lo." sambung Gaby heran.
"Ya trus kasih apa, balsem?!"
"Panas dong?" tanya Gaby dengan polosnya.
"Bukan panas, tapi HOT! puas lo?"
Gaby langsung mencebikkan bibirnya sebal. Selalu saja Gita emosian, emang dia salah?
Sedangkan Fina, diam-diam ia tampak menghela nafas lega. Fina pikir Gita curiga kepadanya.
Maaf kalo gue bohong sama kalian -batin Fina.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifa Story [END] ✔
Teen Fiction[PROSES REVISI] Nggak semua anak kembar itu memiliki nasib yang sama. Dimana salah satu dari mereka mendapatkan kasih sayang yang berbeda dan fisik yang juga berbeda. Tapi meskipun begitu, mereka masih saling peduli satu sama lain. Memang ada? Tentu...