Bagian Ketiga Puluh Lima
Berteman itu susah. Jangan sampai bikin dia nyesel udah berteman denganmu, hanya karena yang menurutmu canda tapi luka baginya.
-------------------------------
-FifaStory-
Panas gilak yawloh!
Seketika gue berharap ada ibu peri dateng, trus nyelametin gue.
Gue? Heloo...kita satu kelasan kalee, ini lo masih susah tapi udah main ngelupain kita semua. Mati aja sono!
Auk ah!
Tuhkan liat, kulitt gue jadi hitem masa?
Panas banget parah, ketek gue jadi lumerr deh keknya.
"Bacot ah lo pada, diem napa? makin panas nih rasanya!" teriak Genta tiba-tiba membuat semua anak kelas XI-IPA 5 langsung terdiam tak berkutik sama sekali, terutama para perempuannya. Sekarang mereka semua sedang berdiri di tengah lapangan seraya hormat bendera. Mereka semua dihukum saat Ibu Sinta yang mengetahui fakta yang di ucapkan Genta di kelas. Padahal ini masih bisa di bilang pagi, namun teriknya matahari pagi ini akan membuat siapapun merasakan panas yang menyengat.
"Disini bukan cuma lo aja yang kepanasan, tapi kita semua." lanjut Genta dengan gaya sok bijaknya.
"Lo sih pake ngebocorin semuanya."
"Iya, bener tuh."
Genta membalikkan badannya jadi menghadap mereka satu persatu. "Terus kalian pikir ini salah gue? Ngaca noh, siapa suruh ngerjain Pr di sekolah? Pr itu dikerjain di rumah asal kalian tau ya."
"YEUHH, LO YANG NGACA!" sorak mereka serempak dengan nada kesal.
"Denger ya, gue itu malem tadi ngerjain. Cuma karna ya gue ketiduran jadi gue sambung di sekolah," elaknya. Ia kemudian kembali berbalik badan seperti semula. Dengan posisi sebagai pemimpin dari seluruh teman-teman yang lainnya.
"Lo kalo salah, ya salah aja kali, dasar parasit!" sambung Sandy dengan wajahnya yang mulai tampak memerah akibat teriknya matahari.
Begitupun dengan yang lainnya, terlebih lagi pada seorang siswa tinggi yang berdiri hormat di sebelah Bima, ia adalah Jeka Firmansyah.
"Woy Cina taylor! Jangan tidur napa!" tegur Aldi membuat mereka semua ikut mengalihkan perhatian ke arah yang dimaksud.
"Bangke! Ini emang mata gue sipit dari sononya, bukan merem!" balas Jeka yang menggeram kesal, namun mampu membuat mereka semua jadi tergelak tawa.
Mereka semua terus tertawa, dengan tatapan yang masih tertuju pada Jeka. Sedangkan yang ditatap hanya bisa menghembuskan napasnya kasar, "Kita sampe kapan nih? Liat tuh Dirga sama Bobi enak banget mereka."
"Sampe mataharinya sedih."
"Hujan dong goblok!"
"Kalo hujan langitnya yang sedih, bukan matahari pinter!"
Bima yang mendengar perdebatan yang tidak jelas itu hanya bisa menghela napas lelah, tak habis pikir dengan tingkahnya Sandy dan Aldi. Ia kemudian melihat ke kiri dan ke kanan. Semua teman-temannya tampak berkeringat, dan kehausan. Bima kemudian beralih ke koridor kelas yang tampak sepi. Namun tak urung, banyak kepala-kepala manusia lainnya yang tampak menjembul dari balik jendela. Mereka menatap soalah-olah hal ini adalah hal yang paling menarik. Tapi bukan itu yang mengalihkan perhatian Bima, melainkan pada dua orang siswa laki-laki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifa Story [END] ✔
Novela Juvenil[PROSES REVISI] Nggak semua anak kembar itu memiliki nasib yang sama. Dimana salah satu dari mereka mendapatkan kasih sayang yang berbeda dan fisik yang juga berbeda. Tapi meskipun begitu, mereka masih saling peduli satu sama lain. Memang ada? Tentu...