Bagian Kedua Belas
Ingat! Nggak semua hal itu tentang bersatu. Karena terkadang, Tuhan hanya mempertemukan kita, tanpa harus menyatukan kita pula.
------------------------------
-FifaStory-
"Ga, lo mau kemana?!"
Dirga tak memperdulikan teriakan Sandy, dan terus berjalan menjauhi keramaian kantin yang membuatnya jengah. Bukannya ia jahat meninggalkan Sandy dan Bima di sana, hanya saja ia sedang tidak ingin di kepoin oleh kedua monyetnya itu. Ya, monyet itu adalah Bima, terutama Sandy. Menurut Dirga, monyet adalah panggilan special untuk mereka berdua yang terbilang petakilan.
Kini Dirga terus berjalan menuju ke taman belakang sekolah. Berharap ia bisa bertemu Fina. Lagi. Entah kenapa, beberapa hari belakangan ini, ia lebih nyaman berada di dekat Fina ketimbang harus meributkan hal-hal aneh yang biasa ia lakukan bersama kedua monyetnya.
Dirga menghentikan langkahnya, dan melihat ke sebuah bangku panjang yang ada di sana. Ternyata kosong. Tidak ada sosok Fina yang tengah duduk di sana seperti kemarin.
Dirga tampak menghela napas pelan, "Giliran nggak dicari aja malah ketemu, coba sekarang? Eh malah nggak ada. Ternyata bener kata orang, takdir tak semudah ketika kita kentut."- batin Dirga sebelum akhirnya ia terpaksa untuk tetap duduk di bangku itu meskipun sendirian.
Dirga menyenderkan punggungnya di sana. Kemudian menyumpalkan handset di kedua telinganya, sebelum-
Pletak!
"Aduh!" Dirga meringis kesakitan. Ternyata sebuah botol kosong tepat mengenai keningnya. Dengan cepat ia mencari tahu dari mana asalnya botol itu, sebelum akhirnya ia mendapati seseorang yang tengah menyengir lebar tanpa dosa ke arahnya.
"Nih, biasakan kalo buang sampah itu pada tempatnya." Dirga melempar balik botol itu dan langsung di sambut oleh orang yang telah melemparnya tadi.
"Pulang nanti, gue ikut lo ya Bang," ucapnya.
"Emang kita kenal?"
"Gue tau kok kalo lo udah tua Bang, tapi- "
"Ck, ngapain ke sini sih? Ngerusak suasana aja lo."
"Lah anjir, orang ganteng gini malah dibilang ngerusak suasana," balasnya yang kini ikut duduk di samping Dirga.
Dirga memutar kedua matanya malas, "Ganteng dari mana? Sama toge aja jauh gantengan toge," celutuk Dirga asal, membuat Yayan mengernyit heran.
"Toge? Ganteng? Emang lo bisa bedakan toge perempuan dengan toge laki-laki? Mereka kan nggak punya kelamin, ngacok lo Bang."
"Udah tau nggak ada, kenapa masih dipikirin pinter!" balas Dirga yang menoyor kepala Yayan gemas.
Yayan menatap Dirga kesal, "Lo mancing sih Bang, udah tau gue kepo."
Dirga terkekeh pelan, "Jujur gue nggak habis pikir sama lo. Setau gue, sekepo-keponya orang hidup, nggak ada mereka pernah ngepoin tentang kelamin toge."
Kali ini Yayan ikut tertawa saat menyadari kebodohannya, "Hhaha dasar bego."
"Hha iya, lo emang bego," celutuk Dirga lagi yang seketika membuat tawa Yayan berubah menjadi tatapan tajam. Setajam pisau dapur.
"Udah, jangan diulang begonya."
"Lah, itu lo sendiri yang ngulang bego?"
Yayan tampak berpikir sejenak sebelum akhirnya memilih bangkit "Tauk ah, dasar bego."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifa Story [END] ✔
Roman pour Adolescents[PROSES REVISI] Nggak semua anak kembar itu memiliki nasib yang sama. Dimana salah satu dari mereka mendapatkan kasih sayang yang berbeda dan fisik yang juga berbeda. Tapi meskipun begitu, mereka masih saling peduli satu sama lain. Memang ada? Tentu...