Bagian Keempat Puluh Satu
Belajarlah tersenyum kepada orang yang menyakitimu. Buatlah dia terkagum, agar ia tau apa itu artinya kesabaran.
------------------------------
-FifaStory-
Hari demi hari telah berlalu. Ini adalah hari ke empat Fina menemani Fani di rumah sakit. Kabar baiknya adalah kata dokter kondisi Fani sudah membaik. Hal itu tentu saja membuat Fina bersyukur.
Pagi ini adalah pertama kalinya Fina akan menemui Fani setelah Fani yang tak sadarkan diri beberapa hari. Fina menarik napasnya dalam-dalam, sebelum membuka knop pintu ruangan yang ditempati Fani. Terlihat seorang gadis yang memiliki wajah sama dengannya, tengah berdiam diri.
"Good Morning," sapa Fina dengan senyuman manisnya.
Fani terkejut dengan kehadiran Fina, sebelum tersenyum senang. "Loh Fina?!"
"Iya lah gue, siapa lagi? Selena gomez?"
Fani terkekeh geli, hatinya langsung senang saat paginya disambut dengan kehadiran Fina. Sungguh, ia sangat merindukan Fina. Sebelum akhirnya memukul tangan Fina kuat. Sangat kuat.
"Aww!! Sakit Fan, kok lo mukul gue sih?" tanya Fina yang sedikit terkejut.
"Lagian lo! Pergi dari rumah seenaknya ninggalin gue! Gue kabari nggak bisa lagi! Siapa yang nggak marah? Kemana aja sih lo! Kenapa coba harus pergi gitu? Gayaan ninggali surat, mana isinya aduh bikin gue cemas setengah mampus. Lo bilang kalo lo butuh waktu, buat apaan coba? Emang ya lo itu ngeselin, tapi berhasil buat gue bingung sekaligus cemas. Gue nanya sama temen lo itu, mereka bilang lo masuk sekolah, di situ gue lega sih. Itu artinya lo baik-baik aja, tapi ya tetep aja lo itu salah! Harusnya itu lo ngga---"
"Oke-oke cukup! Lo tarik napas dulu, keluarkan, terus ngomongnya tenang ya, nanti gue dituduh ngapa-ngapain lo kan repot." Fina memperhatikan Fani yang tengah mengatur napasnya yang tersengal, membuat Fina kembali berdecak kesal. "Nah tuh kan, jadi sesek napas sendiri kan jadinya, huh dasar! Nih minum dulu," titahnya.
Fani pun menurut, ia langsung meminum segelas air putih sampai tak tersisa sebelum kembali mengatur napasnya yang masih tak beraturan. Fina melirik Fani lantas terkekeh kecil, tapi yang ditatap malah memasang wajah datar.
Fina menghela napas pasrah "Iya, iya gue salah. Gue minta maaf, malam itu lo tidur, gue nggak bisa tidur. Terus gue keinget sama Nenek, udah lama nggak main ke rumah Nenek, ya udah gue ke sana aja buat beberapa hari." Fina berhenti sejenak, kemudian menunjukkan handphonenya tepat di hadapan Fani "Soal handphone ini? Iya handphone gue ada sih. Tapi sayang, nggak pernah di cek," jelasnya yang di akhiri dengan cengiran.
Fani mendengus, lalu menatap Fina dengan tatapan sebal.
"Sekarang jelaskan? Udah nggak usah ngambek lagi. Gue tinggal lagi baru tau ras--aw!!" Fina mendelik tajam, sekali lagi ia telah di pukul kuat oleh Fani.
"Salah lagi gue astaga," ucap Fina yang masih mengusap tangan yang terasa sakit. Ia kemudian mengangkat jari kelingkingnya ke atas, tepat di hadapan Fani. "Yaudah, gue minta maaf. Ini yang pertama dan terakhir. Maafin gue ya?"
Fani masih tak menghiraukan Fina, hingga beberapa detik kemudian ia mengangguk pasrah, ia juga ikut mengangkat jari kelingkingnya ke atas dan menyatukannya dengan kelingking Fina. "Awas lo bohongin gue ya!" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifa Story [END] ✔
Teen Fiction[PROSES REVISI] Nggak semua anak kembar itu memiliki nasib yang sama. Dimana salah satu dari mereka mendapatkan kasih sayang yang berbeda dan fisik yang juga berbeda. Tapi meskipun begitu, mereka masih saling peduli satu sama lain. Memang ada? Tentu...