Bagian Kedua Puluh Satu
Terlihat menarik itu datang bukan ketika kita yang banyak gaya, melainkan ketika kita yang memang tampil apa adanya.
-------------------------------
-FifaStory-
"Morning Finaaa!"
"Malem."
Gaby langsung mendengus kesal, "Lo habis sakit apaan sih? Sampe-sampe nggak bisa bedain lagi yang mana pagi sama malem."
"Yang pastinya nggak sakit hati dong, ya kan Fin?" sambung Gita yang ikut menuju ke meja, dan menaruh tasnya di sana. Sedangkan Wini ia langsung duduk di sebelah Fina seraya menggeleng kecil.
Fina tertawa kecil, sebelum menjawab asal. "Gue nggak punya hati."
Gaby langsung berbalik ke belakang, menghadap meja Fina dan Wini. "Masa? Terus lo bernapas pake apa?"
Gita yang notabennya duduk di sebelah Gaby pun langsung menjitak kepalanya kuat, membuat perempuan itu jadi mengaduh kesakitan. "Bernapas pake paru-paru bego! Bukan hati."
"Kan gue nanya Fina!"
"Lah lo, merek aja anak IPA masa bernapas pake apa masih ditanya. Jangan malu-maluin gue deh!"
"Apasih,"
"Apa?!"
"Win tuh liat! Masih pagi udah marah-marahin gue." Gaby mengadu pada Wini.
Alih-alih mendapat pembelaan, Gaby malah mendapat balasan yang tak mengenakkan di telinganya.
"Serah kalian dah. Mau bacok juga tinggal bacok noh! Pusing gue."
Gita langsung tertawa keras, menertawakan ekspresi kesal Gaby sekarang. Bahkan, ia sampai terbatuk-batuk.
"Nah loh, mau mati kan lo!"
"Ada yang ngomongin gue -uhuk, uhuk. Duh, pasti fans gue nih." Dengan gaya songongnya Gita mulai berpendapat sendiri. Membuat sahabatnya langsung menggelengkan kepala tak habis pikir. Terutama Gaby, dia lah orang yang paling utama bergidik geli.
"Siapa sih orang khilaf yang mau ngidolakan lo?"
***
Sajak Putih
Bersandar pada tari warna pelangi
Kau depanku bertudung sutra senja
Di hitam matamu kembang mawar dan melati
Harum rambutmu mengalun
Bergelut senja
Sepi menyanyiMalam dalam mendo'a tiba
Meriak muka air kolam jiwa
Dan dalam dadaku memerdu jiwa
Menarik menari seluruh akuHidup dari hidupku, pintu terbuka
Selama matamu bagiku menegadah
Selama kau darah mengalir dari luka
Antara kita mati datang tidak membelahKarya : Chairil Anam.
Saat ini Fina sedang duduk di bangku yang ada di halaman samping sekolah. Tak banyak siswa yang tau tentang adanya tempat ini. Di sini adalah tempat yang sering Fina gunakan untuk menghabiskan waktu istirahatnya dengan membaca atau sekedar bersantai. Jauh dari keramaian, karena memang tempat ini tersembunyi. Cuma hanya dirinya sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fifa Story [END] ✔
Fiksi Remaja[PROSES REVISI] Nggak semua anak kembar itu memiliki nasib yang sama. Dimana salah satu dari mereka mendapatkan kasih sayang yang berbeda dan fisik yang juga berbeda. Tapi meskipun begitu, mereka masih saling peduli satu sama lain. Memang ada? Tentu...