17

5.1K 294 40
                                    

Bagian Ketujuh Belas

Sakit mu adalah sakit ku, dan tak apa bila sakit ku bahagia mu.

------------------------------

-FifaStory-

Tok tok tok.

"Fiiin."

"Fina?" Fani terus mengetuk pelan pintu kamar Fina dengan rasa khawatir. Pasalnya sedari tadi ia mengetuk pintu, tidak ada tanda-tanda Fina ada di dalam, membuat Fani semakin cemas sendiri.

Tok tok tok.

Fani terus mengetuk pintu, kali ini lebih keras. "Fina! Lo di dalem?"

Hening.

Fani beralih pada gagang pintu, lantas memutarnya. Dan--

--Ceklek.

Pintu terbuka, membuat Fani menghela napas lega meskipun sempat merutuki dirinya sendiri, kenapa tidak dari tadi saja ia memutar gagang pintu tanpa harus bersusah payah mengetuknya. Tapi ya sudahlah, yang terpenting sekarang pintunya terbuka.

Fani masuk secara perlahan, dan melihat ke sekitar. Lalu matanya beralih pada Fina yang tengah membelakanginya dengan posisi tidur, membuatnya kembali menghela napas lega.

"Huh, ternyata di sini dia." Fani mendekat dan menghampiri Fina, sebelum ikut duduk di tepi ranjang.

Fani sedikit tersentak kaget saat melihat kening Fina yang kini tengah di kopres dengan handuk kecil. Saat ia menyentuh kening Fina, ternyata Fina demam tinggi. Badannya sangat panas, bahkan Fani pun jadi ikut merasakan hawa panas dari tubuh Fina saat jarak yang sedekat ini. Dengan rasa pedulinya Fani mengambil handuk kecil dari kening Fina, dan kembali mengompresnya ulang membuat Fina menggeliat kecil.

"Ma... Pa... Fina rindu kalian."

Fani terdiam, tak mengerti dengan racauan Fina barusan. Kenapa Fina merindukan Mama sama Papa? Mereka kan sudah pulang kemarin, dan Fina tau itu.

"Fina sayang kalian, tapi--- tapi kenapa kalian gini sama Fina."

Fani memilih diam, dan terus mendengarkan ocehan Fina yang masih tertidur.

"Mama..."

"Hikkks... Kalau Fina salah, Fina minta maaf ya Ma. Tapi Mama jangan ngabaikan Fina gini terus Ma... Fina kayak sebatang kara...."

"Fina takut Ma, Pa..."

Tanpa Fani duga, mata Fina yang saat ini terpejam telah meneteskan air matanya dan terus terisak hebat. Membuat hati Fani menjadi mencelos.

"Fina takut..."

Brakk!

Semua air kompresan dari baskom kecil terjatuh dari pangkuan Fani, menyadarkan Fina. Fina mengerjap dan terbangun dari tidurnya. Ia tampak memegangi kepalanya yang terasa sakit, sebelum beralih pada Fani di sampingnya "Fani?"

"Eh maaf jadi ganggu tidur lo ya, duh gue nggak sengaja tadi," ucap Fani yang meminta maaf.

Fina terkekeh hambar, sedetik kemudian kepalanya langsung berdenyut pusing "Argh."

Fifa Story [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang