24

5.3K 249 61
                                    

Bagian Kedua Puluh Empat

Terkadang kamu harus melupakan apa yang kamu rasakan dan mengingat apa yang kamu dapatkan.

-------------------------------

-FifaStory-

"Fin ke sana dulu yuk! Ada es krim." Fina mengangguk, kemudian mengikuti Fani yang terlihat begitu antusias menuju lemari es.

Setelah berjalan kaki tanpa ada tujuan, akhirnya mereka berdua memilih untuk mampir ke Minimarket yang lumayan jauh dari rumah mereka. Bahkan masih di sekitar kompleks rumah mereka sendiri saja, mereka sempat tersesat. Apalagi jika pergi jauh, mungkin tanpa sadar bisa saja mereka sampai ke korea selatan. Oke, mungkin ini berlebihan.

"Duh yang mana ya? Vanilla apa Choklat?" ucap Fani yang bertanya pada diri sendiri. Tiba-tiba saja ia jadi merasa bingung, ditambah lagi ketika melihat banyak aneka rasa lainnya di sana. "Fin, kalo lo mau rasa apa?"

"Gue, samain aja."

"Yaudah deh, Vanilla aja ya?" tanya Fani yang dibalas anggukan kepala. Melihat itu, membuat Fani mengambil satu bungkus lagi es krim yang sama dengan miliknya sebelum menuju tempat pembayaran.

Fani berjalan menuju kasir dan menaruh dua es krim itu di sana. Disusul oleh Fina yang juga meletakkan keranjang yang berisi beberapa bungkus cemilan yang akan mereka beli. Tak butuh begitu lama bagi Fina dan Fani untuk membayar semuanya.

Selesai membayar, mereka berdua beriringan berjalan keluar pintu. Selama itu juga Fina dan Fani menjadi sorotan para pengunjung lainnya. Tapi hal itu, sudah tidak asing lagi bagi mereka berdua. Siapapun yang melihat Fina dan Fani bersama pasti akan kembali mengulang untuk yang kedua kalinya. Memastikan kalau mereka berdua ternyata kembar. Ya, mungkin begitulah.

"Duduk di bangku sana bentar, mau?" tanya Fina tiba-tiba.

Fani langsung menatap Fina bingung, dalam hati bertanya.

Duduk di sana, ngapain?

"Nggak mau? Yaudah, kita pulang a-"

"Yuk kalo lo maksa, nggak papa." Fani langsung mendahului Fina menuju bangku panjang yang berada di taman kecil kompleks mereka.

Awalnya Fina mendengus kesal, tapi akhirnya ia tersenyum geli dengan tingkah Fani. Fani selalu saja bertingkah seperti anak kecil. Semaunya, dan apapun itu pokoknya harus memang bebar-benar dituruti.

Fani duduk di bangku itu, dan disusul oleh Fina yang juga ikut duduk di sebelahnya. Hingga tak lama kemudian, es krim yang mereka makan benar-benar habis. Hanya tersisa setangkai kayu tipis yang sebelumnya berfungsi sebagai ganggangan.

"Kalo gini gue jadi keinget waktu kita kecil dulu," ucap Fani kemudian yang memecahkan keheningan di antara mereka.

Mendengar itu, Fina ikut menoleh dan menatap Fani. "Bagian yang mana?" tanya Fina yang tampak berusaha mengingat sesuatu dimasa kecil mereka. "Bagian dimana lo nangis histeris soalah-olah kehilangan berlian yang harganya milyaran rupiah padahal cuma sandal lo yang putus?" Fina terkekeh pelan, dan menggeleng pelan. "Gue nggak habis pikir. Cuma karna alasan nanti sandal kita nggak samaan lagi, lo sampe nangis gitu."

Fifa Story [END] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang