Eptá (7)

38.3K 1.8K 16
                                    

Makasih banget buat yang udah baca, tanpa kalian mungkin semangatku udah ilang buat ngelanjutin cerita ini. Sesuai janjiku "200 view for next chapter" , sekarang aku update walaupun sebenernya telat sih.

Aku sendiri juga gatau kalau jangka waktu dapetin 200 view itu ga lama. Dalam 2 hari trus viewnya nambah jadi 200 lebih itu luar biasa buat penulis amatir kaya aku. Rasanya itu pingin gulung-gulung salto dari mobil ke mobil di jalan.

Hahah, boleh di bilang alay tapi itulah perasaanku. Aku ga akan banyak omong, tapi intinya makasih banyak. Ok, selamat membaca.

***
Matanya menggelap, hanya ada amarah disana dan itu menakutkan. Aku tersentak kaget saat dirinya mulai memasuki diriku dengan cepat. Menggerakkan pinggulnya dengan kasar, tak beraturan dan cepat.

Aku merasakan nikmat sekaligus ngilu di selangkanganku, apa mungkin besok pagi vaginaku sobek? Semoga saja hanya pendarahan.

Kepalaku pusing, perutku serasa di remas dan selangkanganku rasanya ngilu. Seluruh tubuhku mulai terasa ringan dan semuanya menjadi gelap.
.
.
.
Alexander Pov.

Apa-apaan gadis itu, menggoda adikku? Dasar jalang. Benar jika buah jatuh tidak jauh dari pohonnya, ayahnya penjahat dan anaknya jalang. Cocok.

Puas memarahinya di depan kerabatku yang juga membenci ayahnya, kuseret dia ke mansion. Dan sesampainya di kamar , aku langsung mengunci pintu.

Ia berlutut di lantai sambil memeluk kedua lututnya, ia terlihat sangat ketakutan saat ini.
"Hukuman apa yang pantas untukmu nona?"
"Maafkan aku tuan, ampuni aku" ia menangis, tubuhnya bergetar karna takut.

Aku menarik tubuhnya supaya berdiri, menopang tubuhnya agar tidak bisa menghindar dariku.

Aku menggendongnya dan menghempaskannya ke kasur dengan kasar. Aku memulai merobek gaunnya dan menyisakan celana dalamnya saja. Oh, jalang murahan. Ia bahkan tak memakai bra, ingin menggoda dengan putingnya yang tegak?

Aku mulai melumat bibirnya dengan Rakus dan tanganku tak lupa meremas kedua payudaranya. Aku menarik kedua putingnya itu dengan keras hingga dia meringis

Dengan satu gerakan aku melepaskan celana dalamnya , menyisakan tubuh polos tanpa sehelai benangpun menutupi tubuhnya.

Menyatukan diriku dengannya dengan satu hentakan cepat, mengerakkannya maju mundur dengan kasar dan tak beraturan. Ketidakberdayaannya saat ini justru membakar gairah terliarku, anggap aku gila. Tapi aku memang bergairah sekaligus marah, sinting bukan.

Aku tau dia kesakitan, tapi ini hukuman setimpal untuk jalang seperti dirinya. Mencoba menggoda adikku apa bukan jalang namanya? Dasar serakah!

Setelah beberapa saat akhirnya aku mencapai pelepasanku, mungkin karna terlalu sibuk dengan gerakan liarku. Aku sampai tak menyadari kalau anna sudah berhenti merintih kesakitan, dan dia juga tak bereaksi apapun.

Ternyata dia pingsan, dengan cepat aku melepaskan diriku darinya dan segera berpakaian. Setelah berpakaian, aku melihat darah mengucur deras dari selangkangannya. Aku panik, dengan cepat aku melilitkan selimut tebal padanya dan membawanya di klinik yang ada di ujung lorong mansion.

Sesampainya disana dr.white langsung menyambutku dan segera membantu membaringkan anna di ranjang.

Dr.White mulai memeriksa keadaan anna dengan seksama, lalu ia menatapku dengan alis berkerut.

"Kapan pertama kali kalian berhubungan setelah pemeriksaan?"
"Keesokan paginya"
"Bodoh! Lalu tadi apa yang kau lakukan?!"
"Aku melakukannya dengan kasar, itu hukumannya karna menggoda adikku!"

Agorástike [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang