(11) Perbudakan

660 46 2
                                    






"Kau apa?" tanya James, menatap Lily penasaran.

"Bukankah itu yang ingin kau katakan?" Lily balas bertanya dengan gugup, mundur selangkah.

James menatapnya dengan ekspresi tak terduga pada mata cokelatnya. "Er, yeah, tapi aku tidak mengharapkan kau akan membalasnya," katanya malu, menunduk menatap lantai, tangannya hinggap di rambutnya. Dia kembali menatap Lily, yang bisa melihat kebahagiaan yang luar biasa di matanya.

"Terima kasih sudah membuatku ketakutan setengah mati. Kenapa kau tidak meng-Avada Kedavra diriku saja?" sindirnya. Tergelak, James bergerak mendekat dan meraih wajah Lily, tetapi Lily mendorongnya. "Tidak," katanya.

"Lils, kau baru saja bilang kau mencintaiku dan kau mengharapkanku untuk tidak menciummu?"

"Tapi bukan kau yang bilang! Dan mengingat kau belum mengatakannya, aku tidak akan menciummu sampai kau mengatakannya sendiri." Mengangkat bahu, Lily mengitari James, yang menyambar tangannya.

"Aku mencintaimu, Lils," kata James, tersenyum.

Lily merasakan perutnya bergejolak dan hatinya mengembang mendengar kata-kata itu. Dia bahagia sekali. James maju selangkah, tetapi Lily memunggunginya lagi.

"Apa lagi sekarang, Lily?" erang James. Lily menyeingai.

"Kau harus melakukannya seromantis yang kulakukan."

"Itu tadi tidak romantis."

"Justru sangat romantis! Aku menebaknya. Kau membuatku menebak, dan alih-alih kau mengatakannya, aku menjawabnya. Itu romantis, tahu. Di sisi lain kau hanya mengatakan itu supaya bisa menciumku. Dan itu bukan cara yang baik untuk mengungkapkannya," kata Lily, dan dengan kedipan matanya, dia berbalik dan keluar dari kamar itu, meninggalkan James berdiri di sana dengan ekspresi kaget di wajahnya, yang perlahan-lahan berubah menjadi seringai. Dia tahu persis bagaimana dia akan mengucapkannya.

James mengikuti Lily ke kamarnya sendiri, dan mendapati Lily sudah duduk di samping Sirius di tempat tidur Sirius. "Gadis-gadis, keluar!" perintahnya, menunjuk pintu. Lily menatapnya, dan James mengedip padanya.

"Itu agak kasar, tahu," kata Hestia dari pangkuan Sirius.

"Yeah, Prongs, bagaimana kalau kami tidak ingin para gadis keluar?" kata Remus dari sudut, matanya masih terpaku pada bukunya.

"Gadis-gadis keluar," ulang James.

"Lily, kukira aku akan mencarikan untukmu cowok baru," desah Hestia, berdiri dan menyambar tangan Lily.

"Kukira justru aku yang akan mencarikanmu cowok baru yang lebih tahu sopan santun," Lily terkikik.

"Lily, ini cowok-cowok yang kita bicarakan. Kecuali aku mengencani Remus, aku tidak akan mendapatkan cowok yang tahu sopan santun." Hestia mengedip melewati bahunya kepada Remus, yang memerah.

Sirius menggeram seraya bangkit.

"Akan kutunjukkan padamu apa itu sopan santun," gumamnya, mendekati Remus, yang mencabut tongkatnya untuk berjaga-jaga. Sirius menerkam Remus, yang meluncurkan Mantra Pelindung, menyebabkan Sirius terjatuh ke lantai. "Bagus sekali, sobat," kata Sirius. Remus tertawa.

"Ayo pergi sebelum cowokmu mengamuk," ajak Hestia, mengedip pada James. Dia mulai berjalan, lalu menjerit seraya menghadap Lily. "Ingat apa yang kita bicarakan?"

"Kita membicarakan banyak hal, Hestia," kata Lily, memutar matanya.

"Tentang para Marauders," pekik Hestia. Lily menatapnya hampa. "Oh, Merlin! Lily, kau benar-benar tak berguna. Ingat saat aku mencoba menghiburmu saat kelas lima, setelah Severus memanggilmu Darah-Lumpur?" Lily mengangguk. "Dan aku membuat lelucon tentang menyatukan James, Sirius, dan Remus dalam satu ruangan yang sama dan mengajukan pertanyaan pada mereka?"

Flower & Prongs ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang