(28) Marauders Dan Maraudette

670 39 6
                                    





Aku. Benar. Benar. Idiot. Remus meneriaki dirinya sendiri dalam kepalanya, matanya terpaku pada wajah Tonks. Tonks terlilhat kebingungan, akut, dan amat bahagia pada saat bersamaan—sedikit mustahil. Apa yang dia miliki sehingga memengaruhinya sedemikian rupa? Itu menyakitkan. Dia tak bisa berhenti berpikir betapa kebetulannya Tonks muncul di hadapannya ketika dia menanyai Lily siapa yang akan bersedia mengencani manusia serigala. Dia terus tersenyum sejak mereka menghabiskan waktu siang itu, sekalipun hanya beberapa menit. Dia pun menikmati berdansa dengannya, dan berdebat dengannya. Bisa-bisanya aku sebodoh itu? Bukankah jatuh cinta seharusnya... dramatis?

Rumit? Butuh waktu yang lama?

"Remus," Tonks terkesiap.

Remus menggelengkan kepala cepat-cepat, meletakkan tangan ke mulut Tonks.

"Aku keceplosan, oke?" ujarnya lemah. Dari sudut matanya, dia bisa melihat Tonks mulai nyengir dan jelas sekali otak jailnya sedang bekerja, dan dia tersenyum sendiri. Atau memang semudah ini saja?

"Aku yakin begitu," kata Tonks, mengangguk serius.

Remus nyengir, bersyukur Tonks tidak menekannya gara-gara apa yang dianggapnya keceplosan.

"Aku memang keceplosan, sumpah," Remus menekankan, meletakkan tangan di dadanya sendiri. "Demi kehormatan Marauders."

"Aku mungkin masih kelas dua, tapi aku tak sebodoh itu hingga terjebak," kata Tonks, memutar matanya.

Remus melenguh.

"Kehormatan Marauders adalah landasan yang sah untuk bersumpah," desak Remus, dan keduanya perlahan-lahan mulai berjalan kembali ke Menara Gryffindor. Tonks menatapnya skeptis. "Sungguh!" Remus bersikeras.

Tonks memandang rambut Remus yang berantakan, lalu matanya yang penuh kejujuran dan kesungguhan... ingin sekali dia menangis dalam hati, tetapi akhirnya menyunggingkan senyum.

"Oke, aku percaya padamu," kata Tonks sepenuh hati.

Remus tersenyum puas.

"Itu karena aku selalu benar, kau harus membiasakan diri dengan itu," kata Remus, lalu menggigit bibirnya ketika menyadari apa yang disiratkan kata-katanya. Perutnya serasa jungkir balik, tahu persis bahwa di masa depan, seperti juga saat ini, Tonks takkan mungkin bisa bersama dirinya. Remus takkan mengizinkannya. Mereka tidak akan menikah, atau punya anak, atau mati bersama. Semua ini hanya akan terlupakan.

"Pasti," kata Tonks pelan, menunduk menatap lantai.

Remus menggelengkan kepalanya.

"Jangan," bisiknya sedih.

Kepala Tonks terangkat. Remus menatap lekat-lekat matanya.

"Jangan?"

"Jangan," ulang Remus, menggelengkan kepalanya lagi.

"Dan kenapa begitu?" tanya Tonks, menyipitkan mata.

"Karena!"

"Karena apa?"

"Aku tidak cukup baik buatmu!"

"Apa maksudmu, kau tak cukup baik buatku? Kukira aku tahu apa yang terbaik untukku!"

"Aku tidak seperti itu!" teriak Remus, frustrasi karena Tonks tidak mau mendengarkan, putus asa karena dirinya tidak cukup baik untuk Tonks, dan marah karena Tonks akan berakhir dengan orang lain. Remus akhirnya menemukan seseorang, tetapi pada saat bersamaan juga tidak menginginkannya karena keadaan dirinya. Dia tak akan mengacaukan segalanya untuk Tonks. Kasihan James, pikiran acak muncul dalam kepalanya, teringat bagaimana James selalu depresi soal Lily. Remus belum pernah benar-benar memahaminya.

Flower & Prongs ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang