"Lily, bangun!" James berseru seraya menghambur ke kamar Lily.
Lily bergumam mengantuk dan mencari sumber suara. James sedang membuka tirai jendela untuk membiarkan cahaya matahari masuk. Mengerang, Lily menarik selimut menutupi tubuhnya.
"Sudah pagi!" ujar James antusias, mengamati Lily dengan geli. Melihat Lily tidak memberikan reaksi apa pun, James melanjutkan, "Lily! Matahari sudah bersinar cerah!"
Lily mengembuskan napas kesal dan bergerak menjauh di tempat tidur. James terkekeh.
"Lily, bangunlah!"
"Pergi sana."
Dengan seringaian di wajah, James menarik selimut yang menutupi kepala Lily.
"Lily!" panggilnya putus asa.
Mengerang, Lily menyurukkan kepalanya ke bawah bantal yang langsung saja direbut James dan dilemparnya.
"Aku sedang tidur!" protes Lily.
James tertawa dan menarik selimut yang dipakai Lily. Lily berteriak dan menggelung diri untuk menghangatkan tubuh. James duduk di tepi tempat tidur dan menyibak rambut Lily dari wajahnya.
"Lily, ayo bangun," katanya lembut.
Lily membuka matanya segaris.
"Kenapa?"
"Aku merencanakan sesuatu yang spesial hari ini," jawab James sungguh-sungguh.
Lily mengernyit padanya.
"Jam berapa sekarang?"
"Itu tidak ada hubungannya," bantah James, melarikan tangan ke rambutnya. "Ayo, turun dari tempat tidur!"
Setelah diberi banyak sekali bujukan oleh James, Lily turun sambil menggerutu.
"Cepat, cepat!" dendang James, mendorong Lily ke kamar mandi.
Lily menggosok giginya, mandi kilat di bawah pancuran, dan berpakaian cepat. James sudah menunggunya di ruang rekreasi dengan bersandar pada sofa, mengenakan seragam Quidditch-nya dan jins hitam, sedang membaca selembar kertas yang tampaknya disobek dari sebuah buku. Dia mendongak ketika Lily keluar dari kamar mandi seraya mengeringkan rambutnya dengan handuk.
"Pagi, Sayang," sapa James manis, menyongsongnya.
"Boleh kutahu kenapa aku dibangunkan sekasar tadi?" gerutu Lily.
"Ayolah," ujar James, mengedip. Lily terkikik. "Nah, bagus tersenyum begitu," seringai James. "Ada hal-hal yang harus kita lakukan hari ini!"
"Apa?" desah Lily.
"Ingat apa yang kujanjikan sebelum NEWT?" tanya James, melambaikan kertas yang tadi digenggamnya.
Lily mengernyit mengamatinya. Matanya membelalak ketika tahu kertas apa itu sebenarnya. James tersenyum melihat wajah Lily yang berseri-seri.
"Benarkah?" tanya Lily, menyambar kertas berjudul Daftar yang dibuatnya ketika kelas lima itu. James mengangguk dan mengecup keningnya.
"Ayo," katanya, menarik tangan Lily. "Bagaimana kalau dilakukan sesuai urutannya?"
Lily mengangguk. James berdeham dan meneliti daftar itu.
"Nomor satu!" kata James dalam nada resmi yang membuat Lily terkikik. "Menyuruh Peeves
untuk membuat kekacauan." James mendongak dan terkekeh. "Kau yakin kau sendiri yang menulis ini?""Yeah, aku bukan cewek baik-baik, tahu," kata Lily seolah itu sudah jelas.
James mengedipkan mata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower & Prongs ✔️
FanficSTORY BY: TEENAGE.TRAGEDY Lily Evans menjadi Ketua Murid Perempuan Hogwarts yang baru, namun rekannya, Ketua Murid Laki-laki, adalah musuh lamanya yang dibenci, James Potter.