Hari berikutnya, Lily terbangun oleh ketukan di jendela kamarnya. Dia menuju jendela dan membukanya. Jackie terbang masuk dan menjatuhkan surat di tempat tidur Lily, lalu bertengger di sudut, matanya terarah pada rambut Lily. Lily mengucek matanya dan mengambil surat itu.
"Sepertinya bukan untukku. Ini untuk James, dia di kamar sana," ujar Lily pada si burung hantu, menunjuk kamar James. Jackie beruhu dan terbang keluar jendela. Lily mengerang. Sekarang dia harus mengantar surat ini pada James.
Dia membuka pintu kamarnya, masih memakai piyama, dan menuruni tangga spiral, lalu naik lagi menuju kamar James. Didorongnya pintu kamar itu dengan jengkel. James terduduk mendengar bunyi debum yang dihasilkan pintu itu, meraba-raba meja mencari kacamatanya, yang dipakainya agar bisa lebih jelas melihat Lily yang menggenggam surat.
"Kenapa kau ke sini pagi-pagi?" tanya James, turun dari tempat tidurnya hanya dengan mengenakan celana pendek. Dia tidak melewatkan fakta bahwa mata Lily mengerjap melihat dada telanjangnya dan berusaha menahan seringai. James mendekatinya tanpa repot-repot memakai baju atasan.
"Burung hantumu membangunkanku," ujar Lily marah, menyerahkan surat padanya. James tergelak. "Jam berapa sekarang?"
James memutar matanya dan melihat jamnya. "Setengah lima," katanya, berbalik menghadap Lily yang terkejut.
"Oh, tidak!" teriaknya, tanpa sengaja menginjak kakinya. James menggigit bibir untuk mencegah dirinya tertawa. Lily berjalan ke tempat tidur James dan merebahkan diri di sana, menyingkirkan selimut dari atasnya.
"Eh, Lily?" tanya James tak percaya.
"Aku malas kembali ke kamarku," kata Lily marah pada bantal James. James tertawa, menggeser selimutnya. Lily menjerit, "Apa yang kau lakukan?"
"Ini tempat tidurku, Evans," kata James sambil berbaring di bagian tempat tidur yang masih kosong, menyelimuti dirinya.
"Aku benci ini," desis Lily, tapi tak bergerak sedikit pun.
"Kalau begitu, pergilah."
"Kau ini benar-benar menyebalkan. Aku mau tidur."
"Silakan."
James melirik surat yang masih digenggamnya. Dia membuka amplopnya dan dua buah perkamen jatuh. James mengernyit, mengambil salah satunya, dan melihat surat itu ditujukan padanya. Dia mengambil yang satu lagi dan mengerjap kaget. Surat itu dialamatkan pada Lily. Dia mengamati tulisan tangannya dan mengenali tulisan ibunya. "Eh, Lily?" katanya, mendengar erangan sebagai balasan. "Yang ini untukmu."
Lily duduk, rambutnya berantakan. Dia menghela napas dan mengambil surat dari tangan James. "Kenapa keluargamu menulis padaku?" tanyanya, menunduk memandang suratnya, yang tulisan tangannya tidak dia kenali. James mengangkat bahu, namun mencoba membaca surat Lily. Lily menyentakkannya supaya James tak bisa ikut membaca. "Jangan baca suratku," katanya marah, membalikkan badan agar bahunya bersandar pada kepala tempat tidur sehingga James hanya bisa melihat bagian belakang perkamen.
Dear Lily,
Selamat atas terpilihnya dirimu jadi Ketua Murid! James yang memberi tahu kami melalui suratnya yang terakhir. Kita memang belum pernah bertemu; namaku Emily, Emily Potter, ibu James. Aku sudah mendengar banyak tentangmu dari James, dan aku ingin meminta maaf secara resmi atas ajakan kencan James padamu yang berulang kali.
Lily tertawa membaca kalimat terakhir, membuat James memandangnya penasaran. Lily menggeleng dan meneruskan membaca, membuat James, yang ingin tahu apa yang dikatakan ibunya pada Lily, kesal bukan main.
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower & Prongs ✔️
FanficSTORY BY: TEENAGE.TRAGEDY Lily Evans menjadi Ketua Murid Perempuan Hogwarts yang baru, namun rekannya, Ketua Murid Laki-laki, adalah musuh lamanya yang dibenci, James Potter.