(7) Menjadi Nyata

984 63 2
                                    





James terduduk dengan cepat dan memandang sekeliling kamarnya. Mengerang, dia melihat arlojinya dan melompat dari tempat tidur. Dia harus turun untuk sarapan sekarang. Dia menunduk dan menyadari dia masih memakai jubah Hogwarts-nya. Sambil mengangkat bahu, dia berlari menuju kamar Lily, lalu mendorong pintunya terbuka sampai melihat Lily yang masih tidur.

"Lily, bangun," kata James lembut dari sampingnya. Lily tersenyum tapi tidak membuka mata. "Lily, kita bisa terlambat." Diguncangnya tangan Lily. Lily mengerang dan berguling, membuat James terkekeh. James berjalan ke sisi lain tempat tidur dan berseru, "Lily, McGonagall mau mencabut lencana Ketua Murid-mu!"

Lily terduduk cepat, memandang berkeliling hanya untuk mendapati James terbahak.

"Tidak lucu!" erangnya, mengucek mata dengan punggung tangannya. Dia mengenakan celana panjang piyama dengan atasan kaos ketat tanpa lengan, membuat James memandanginya. "Kau suka?" Lily nyengir dan memutar badannya di depan James, yang memutar mata.

"Bersiap-siaplah, kita hampir terlambat untuk sarapan," katanya, tetapi Lily tidak memperhatikan, melainkan memandang jubahnya.

"Kau tidur pakai itu?" Lily mengangguk pada jubah James.

"Memangnya kenapa?" tanya James. Jubahnya baik-baik saja buatnya.

"Ya," Lily memandangnya mencemooh dan mengambil tongkat dari meja riasnya. "Jangan bergerak," perintahnya ketika James menatap tongkat itu dengan panik.

Lily mulai mengarahkan tongkat pada James dan menggumamkan sesuatu, dan James merasakan udara sejuk mengalir dari ujung kepala sampai ujung sepatunya.

"Jauh lebih baik," katanya, mengangguk puas. James menunduk melihat jubahnya yang sekarang bersih, begitu juga rambutnya. "Aku mau ganti baju. Keluar sekarang."

James mengangguk bodoh dan keluar. Dia baru selesai membereskan tasnya dan tas Lily di ruang rekreasi ketika Lily turun dengan rambut terikat.

"Terima kasih," kata Lily, menyambar tasnya dari James, lalu keduanya turun ke Aula Besar.

"Apa saja jadwal kita hari ini?" kata James ketika mereka tiba di Aula Depan beberapa saat kemudian. Lily menarik keluar jadwalnya dari dalam tas.

"Transfigurasi, Ramuan, Herbologi, dan jam kosong," katanya gembira.

"Kenapa kau senyum-senyum begitu?" gerutu James. Dia benci mengawali hari dengan Transfigurasi. McGonagall selalu memberi mereka banyak sekali PR, yang cenderung mengacaukan harinya.

"Ramuan," seringai Lily.

James memutar matanya. Lily sangat pintar di kelas Ramuan, dan lebih dari itu, Slughorn menyukainya.

"Aku tak akan terkejut kalau dia menanyakan itu kapan saja, Evans," kata James.

Lily mendorongnya.

"Apa kau cemburu?" tanya Sirius, muncul begitu saja di samping James. "Aku ke mana-mana mencarimu," dia menambahkan, menjawab pertanyaan yang belum sempat diajukan James.

"Aku tidak akan cemburu," kata James, memutar mata pada Sirius untuk mencoba menutupi rona merah yang menjalari kulitnya.

"Oh, tentu saja, Prongsie," Sirius mengacak rambut James. "Kau kan punya aku."

Lily tertawa. James meninju Sirius.

"Jangan sentuh rambutku, Pads!"

"Lily!" jerit seseorang. Lily berbalik, mengawasi Amelia Bones, anak kelas enam Ravenclaw, berlari ke arah mereka. Lily mengerang pelan sebelum memasang senyum lebar di wajahnya, yang menurut Sirius ini menggelikan: dia tak pernah mengira Lily bisa tidak menyukai seseorang yang bukan dari Slytherin.

Flower & Prongs ✔️ Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang