Mereka meninggalkan rumah keluarga Potter beberapa hari kemudian, meskipun dengan berat hati. Lily tidak ingin pergi. Dia senang tinggal di sana. Rasanya seperti di rumah sendiri, bahkan sedikit lebih nyaman dibanding rumahnya sendiri. Emily dan Daniel sama sedihnya melihat Lily pergi.
"Tetapi aku baru saja bertemu denganmu!" Emily menghela napas panjang, memeluk Lily.
Mereka memang akan kembali ke Hogwarts beberapa hari lebih awal untuk membereskan semuanya: beres-beres dan mengerjakan PR liburan. Sirius meninggalkan motornya di rumah keluarga Potter, karena dia tidak diizinkan membawanya ke Hogwarts, yang cukup mengecewakannya. Dia sedang melewatkan waktu penuh air mata untuk mengucapkan selamat tinggal pada motornya, mungkin dengan mencium Hestia di atasnya, ketika Lily berpamitan dengan Mr dan Mrs Potter.
"Terima kasih telah mengundang saya kemari," kata Lily.
"Oh, sudahlah. Datanglah kapan pun kau mau," kata Emily, melepaskan Lily dan menyeka matanya. "Aku hanya senang James mendapatkan seseorang yang begitu sempurna."
Wajah Lily menjadi panas dan dia tersenyum pada Emily.
"Senang bertemu denganmu, Lily. Aku yakin kita akan bertemu lagi kecuali James tidak pulang ke rumah," gurau Daniel. Lily tersenyum padanya dan memeluknya juga. Daniel balas memeluknya sambil berkedip-kedip menahan jatuhnya air mata. Dia sangat emosional, eh?
"Terima kasih, Dad," kata James dari tempatnya berdiri, lengannya bersilang, di belakang Lily.
"Aku menyayangimu juga, Nak," kata Daniel, merentangkan tangan untuk James, yang, setelah mendelik main-main pada orangtuanya, melemparkan diri dalam pelukan Daniel. "Jaga dirimu baik-baik, juga Lily," pesan Daniel, menyeka matanya.
"Dad menangis?" tanya James.
Daniel tertawa terbatuk-batuk. James beralih pada ibunya, yang air matanya mengalir ke wajahnya selagi mengawasi James.
"Kau cepat sekali dewasa," isaknya Emily, memeluk James. "Jaga dirimu." Dia melepaskan anaknya dan mencoba menyisir rambut putranya itu dengan tangan.
"Mum juga. Jangan melakukan hal-hal bodoh dalam penyerangan atau apa pun. Aku tidak ingin kehilangan kalian," kata James, menatap kedua orang tuanya serius. Emily dan Daniel tersenyum padanya. Emily menangkupkan tangannya di pipi James. Tiba-tiba Lily merasa dirinya mengganggu acara keluarga.
"Menurutmu kita akan meninggalkan putri kesayangan kita?" kata Daniel, memberi isyarat ke arah Lily, memecah keheningan. James tertawa parau, yang Lily tahu betul bahwa dia hampir menangis. "Kau bertanggung jawab terhadapnya, James."
"Saya bisa menjaga diri sendiri," katanya. James menaikkan alisnya, membuatnya memprotes, "Aku bisa!"
James memeluk bahu Lily dan mengecup puncak kepalanya. "Tentu kau bisa."
Lily mendengus, dan memandang berkeliling. "Di mana pacarmu yang cowok?"
James mengacak rambutnya.
"Mungkin dia sedang bersama motornya," dia mengangkat bahu.
"Di mana Hestia?"
"Mungkin dia sedang bersama motor dan Sirius," kata James kaku.
Lily tertawa. Jadi mereka memikirkan hal yang sama. Dilihatnya Daniel mendongak canggung, dan Emily ikut tertawa, merangkul pinggang suaminya. Sirius dan Hestia mendekat, wajahnya sedikit merah. Lily batuk-batuk untuk menutupi tawanya.
"Apa kau mengucapkan selamat tinggal pada motormu?" tanya James, nadanya santai, tetapi Lily bisa mendengar usahanya menahan tawa.
"Secara keseluruhan, ya," Sirius mengedip, membuat Hestia merona. "Dah, Sayang!" Sirius memeluk Emily, yang terkikik dan balas memeluknya. Kemudian dia menambahkan, "Kita akan segera bertemu lagi," seraya mengecup tangan Emily. Sirius berpaling pada Daniel dan tersenyum, "Dah, Papa Potter!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Flower & Prongs ✔️
FanfictionSTORY BY: TEENAGE.TRAGEDY Lily Evans menjadi Ketua Murid Perempuan Hogwarts yang baru, namun rekannya, Ketua Murid Laki-laki, adalah musuh lamanya yang dibenci, James Potter.